Selasa, 17 Februari 2015

Tersesat Setelah Sa'i

Peristiwa yang kedua adalah teman saya tersesat. Waktu itu teman saya melakukan sa’i (umroh sunah, kata beliau). Setelah sa’i lalu shalat berjamaah (maghrib atau isya’). Teman saya akan kembali ke tempat sa’i, untuk berkumpul dengan keluarganya. Ternyata beliau salah jalan. Beliau sampai di lantai 2. Teman saya berusaha mencari jalan agar berada di tempat semula. Beliau sangat yakin bisa sampai ke tempat itu. Lama berada di lantai 2 dan tidak menemukan jalan seperti yang dibayangkan semula.
Orang yang pertama kali ditemui adalah petugas kebersihan. Sepertinya petugas kebersihan ini adalah orang Indonesia. Teman saya lupa nama hotelnya. Hanya anehnya ketika teman saya menunjukkan kartu identitasnya, orang tersebut tidak bisa membaca. Bahkan tulisan dalam identitas tersebut memang tidak terbaca. Teman saya juga heran, dia sendiri juga tidak dapat membaca tulisan yang ada di kartu identitas. Padahal kata teman saya di kartu tersebut ada tulisan nama hotel di Madinah dan Mekah, tempat beliau menginap.
Bertemu dengan orang yang berbeda, teman saya bertanya. Yang ditanya juga tidak tahu. Masih diliputi rasa keheranan, teman saya akhirnya bertemu orang dan bertanya letak pintu keluar. Menurut beliau, beliau berjalan di tempat yang agak remang, tapi justeru tulisan dalam identitas tersebut kelihatan.
Beliau bertanya pada beberapa orang letak hotel yang dimaksud. Tidak ada yang tahu. Beliau mengucapkan istighfar.  Akhirnya beliau bertanya pada petugas keamanan. Petugas keamanan yang baik hati itu kebetulan akan melakukan perjalanan di sekitar hotel tempat teman saya menginap. Mereka berjalan beriringan. Petugas keamanan tersebut menunjukkan arah jalan ke hotel, sedangkan dia sendiri berjalan ke arah berbeda.
Singkat cerita, teman saya bertemu dengan keluarganya. Mereka mencari-cari lalu akhirnya menunggu di tempat di mana mereka bertemu. Ternyata tempat beliau tersesat tidak jauh dari tempat pertemuan beliau dengan isteri dan saudara-saudaranya.
“Saudara saya bingung dan mengkhawatirkan saya. Padahal saya yakin bisa kembali dan bertemu mereka.”
Deg, merinding saya. Mungkinkah ini ujian dari Allah Yang Maha Pandai dan Maha Perkasa? Sekali lagi, mungkin kita harus merendahkan diri.
Cerita dari orang yang tersesat ketika di tanah suci melaksanakan rangkaian kegiatan ibadah haji/umroh (di Mekah dan Madinah) memang banyak versinya. Tapi hikmah yang dipetik sama.
Mungkin di antara para pembaca memiliki pengalaman.Cukuplah kita ambil hikmahnya. Saya sendiri belum juga sampai tanah suci. Semoga bermanfaat.
Karanganyar, 17 Februari 2015 

Pengalaman Umroh di Tanah Suci

Kisah yang saya tulis ini adalah cerita seorang teman sekantor. Beliau baru saja pulang dari tanah suci menjalankan ibadah umroh. Ibadah yang didambakan sebagian besar orang Islam selain Ibadah Haji. Teman saya berangkat bersama keluarga besarnya. Beliau berangkat bersama isteri, adik, kakak dan ipar-iparnya.
Oleh-oleh ibadah umroh yang saya harapkan adalah cerita selama teman saya menjalankan ibadah umroh. Teman saya ini mengidap diabetes millitus. Setiap hari beliau menyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya dan banyak mengkonsumsi obat. Banyak makanan yang menjadi pantangannya. Akan tetapi selama beradadi tanah suci, alhamdulillah, beliau dapat melepaskan diri dari obat-obatan.
Tak ada makanan yang dipantang. Allah memberikan kemudahan bagi hamba-hambaNya yang taat. Teman saya tidak berpantang makan nasi. Intinya selama di tanah suci, beliau sehat wal afiat tanpa obat-obatan.
Ibadah umroh dapat dijalankan dengan mudah. Allah memberi kemudahan itu. Ada cerita menarik selama berada di Mekah. Yang pertama adalah Allah memberi sebuah teguran. Cerita beliau, pada tiap kegiatan biasanya di sela-sela waktu sang ustad menganjurkan minum air zam-zam. Tujuannya untuk memulihkan tenaga. Teman saya dan rombongan mengikuti anjuran sang ustad.
Suatu hari beliau dan rombongan melakukan sa’i. Belum selesai sa’i, sang ustad menganjurkan minum air zam-zam.
“Aku tidak minum. Takutnya nanti beser (sebentar-sebentar kencing),”kata teman saya.
Setelah beristirahat sebentar, mereka kembali melanjutkan sa’i sampai selesai. Setelah selesai sa’i, teman saya mengalami beser seperti yang diucapkan/ditakutkan beberapa waktu sebelumnya. Lalu beliau beristighfar.
Peristiwa yang kedua adalah teman saya tersesat. (Bersambung)

Karanganyar, 17  Februari 2015