Jumat, 27 November 2015

Penyesalan (Tangan Kiri Anakku Patah)


Gambar 1. Faiz sebelum operasi
Sumber: dok. Faiqah Nur Fajri
Sudah beberapa kali saya mengingatkan suami untuk momong Faiz dengan baik. Ke mana saja anaknya pergi harus selalu suami menyertai. Kata suami,”Anak laki-laki, gakpapa.” Apalagi kalau sudah naik sepeda, saya selalu minta pada suami agar berada di dekatnya.

Yang kedua adalah saya sudah minta pada suami agar depan garasi yang berbatasan dengan sawah tetangga untuk dipagar atau ditembok. Rupanya kata-kata saya tak dihiraukan.

Sore itu, saya dan suami dikejutkan teriakan Faiz, si thole, anak keduaku. “Ayah, tolong…..”
Suami langsung keluar, Faiz sudah ditolong oleh saudara saya yang bekerja menggarap sawah belakang rumah. Suami menggendong Faiz dan berkata,”Ma, tangan Faiz patah.”

Saya diam saja. Saya pegangi tangan Faiz, Faiz berada di pangkuan saya.
Akhirnya, kami membawa Faiz ke rumah sakit diantar tetangga. Di sepanjang jalan, suami menangis dan berulang-ulang minta maaf pada Faiz,”Le, ayah minta maaf.”

Menyesal, barangkali itulah kata yang pas buat mengungkapkan kata hatinya. Tapi semua sudah tak ada artinya.

Karanganyar, 27 Nopember 2015

Rabu, 11 November 2015

Dunia Anak adalah Dunia Bermain

Gambar 1. Senyum Ceria
Sumber: dok. Faiqah Nur Fajri
Sudah beberapa hari ini Thole dijemput siang. Tidak seperti waktu-waktu sebelumnya, pulang sekolah Thole berada di Taman Penitipan Anak dan dijemput untuk pulang ke rumah pada sore hari. Saya sering merasa kasihan kalau Thole dijemput sore, waktu berada di rumah jadi sedikit. Pertemuan dengan Thole begitu singkat karena setelah Maghrib keburu tidur. Akan tetapi bila Thole pulang/berada di rumah siang hari, maunya naik sepeda ngeluyur terus. Tambah tidak tega karena jalan depan rumah dan perumahan ramai.
Bila sudah di rumah, saya berusaha untuk mengajarkan huruf dan angka, atau sekedar bertanya tentang huruf dan angka. Ternyata Thole belum begitu paham dengan huruf dan angka, baru beberapa saja yang dia tahu. Dibandingkan dengan Dhenok, rasanya jauh. Dulu ketika Dhenok seusia Thole, dia sudah memiliki kesadaran untuk belajar. Mudah bagi saya untuk mengajarkan membaca dan menulis.
Saya memang harus mau menerima kelebihan dan kekurangan kedua anak saya, si Thole dan Dhenok. Saya kadang membatin, di tempat les membaca si Thole itu perkembangannya bagaimana ya? Saya lalu memupus harapan dengan menerima keadaan si Thole. Mungkin saatnya saya harus mengajarkan huruf dan angka sendiri sambil bermain. Atau mungkin saya mengajar Thole setelah bangun tidur pagi, sebelum Thole mengayuh sepeda di pagi hari untuk olahraga.
Semoga si Thole segera berkeinginan bisa membaca tanpa dipaksa. Dunia dia adalah dunia bermain dan sesuatu yang menyenangkan. Bagi anak-anak dunia ini menyenangkan kalau banyak bermain. Ketika ada paksaan untuk melakukan sesuatu, itu pelanggaran hak. Dan sesuatu yang tak menyenangkan tersebut ditunjukkan dengan sakit panas sebagai bentuk protesnya.

Karanganyar, 11 Nopember 2015

Rabu, 04 November 2015

Kupu-kupu, Mitos dan Syirik

Gambar 1. Kupu-kupu, Mitos atau Syirik
Sumber : dok. Faiqah Nur Fajri
Sejak akhir tahun 80-an hingga 90-an, kakak saya yang sudah bekerja sering mengatakan kupu-kupu yang masuk ke dalam rumah pertanda akan datang rezeki. Sebetulnya itu hanya iseng-iseng saja. Tidak percaya-percaya amat.
Kalau kebetulan setelah ada kupu masuk kok terus ada rezeki yang tiba-tiba datang, itu bukan karena kupu-kupu. Semua itu sudah diatur oleh Allah. Biarpun beberapa kupu-kupu yang masuk rumah berlama-lama hinggap di dinding, kalau belum datang waktunya ya rezeki yang diharap-harap nggak bakalan datang.
Sekarang saya tinggal di rumah sendiri, jauh dari Yogya, jauh dari kota. Saya tinggal di tengah sawah. Ada pohon pisang dan pohon keras lainnya. Mau tidak mau saya harus melihat kupu-kupu setiap saat. Terutama kupu-kupu dari ulat yang makan daun pisang. Orang Jawa bilang “Enthung”.
Terserah apa kata orang! Ada kupu-kupu pembawa rezeki mau dikatakan mitos, atau tahayul, atau syirik terserah mereka-mereka saja. Tapi itulah kenyataannya. Rezeki adalah pemberian dari Allah bukan dari kupu-kupu.
Kalaupun ada kupu-kupu yang masuk rumah kemudian saya mendapatkan rezeki, percayalah bahwa rezeki tersebut bukan dari kupu-kupu. Sekali lagi rezeki itu dari Allah.
Sudah beberapa kali kejadian ini berlangsung. Kalau saya sih kerap percaya kalau kupu-kupu masuk rumah maka sebentar kemudian dapat rezeki. Tapi saya ada dasarnya lo. Karena saya kan bekerja dan saya mendapatkan honor.
Hanya saja kok kupu-kupu tahu tanggalnya ya? Atau kupu-kupu tersebut sudah membaca buku primbon, atau si kupu-kupu Cuma kira-kira saja. Ealah, kupu-kupu masuk rumah (biarpun tidak musim kemarau, tidak musim bunga) kok ya tanggal-tanggal tua. Jantung saya jadi berdesir lo bila ada kupu-kupu yang masuk dapur. Beberapa hari berikutnya dapat diduga, bakalan terima honor sebab kami terima honor di tanggal tua.
Kupu-kupu masuk rumah, saya sih menanggapi biasa saja. Gak percaya mitos apalagi tahayul. Tapi saya sering berharap ada sesuatu yang dapat saya terima. Rezeki kan tidak hanya uang, bisa berupa macam-macam.
Jadi jangan sinis bilang percaya kayak gitu namanya syirik! (SELESAI)
Karanganyar, 4 Nopember 2015

Minggu, 01 November 2015

Akhirnya Berhasil Sampai Ngruki dengan Modal Nekad

Gambar 1. Kopdar IIDN Solo
Sumber: dok.pri
Seumur-umur baru sekali ini saya melakukan perjalanan jauh. Biasanya saya selalu diantar suami bila bepergian jauh. Seandainya suami tak ada di rumah, kalau tidak naik angkutan umum, saya tidak diizinkan naik sepeda motor sendiri.
Bagi orang lain jarak antara Karanganyar-Solo hanya dekat saja. Berbeda dengan saya, saya membayangkan pos-pos tertentu yang saya pakai untuk acuan kesuksesan saya menempuh perjalanan. Berlebihan? Ya, mungkin.
Hari ini suami melayat kemudian dilanjutkan bersilaturahmi ke rumah temannya. Anak-anak ikut serta. Saya memberanikan diri naik sepeda motor karena suami sudah memberi izin. Modal saya adalah nekad, bensin full (bukan bengsin lo, kalau bahasa jawa memang bengsin kali), rute sekedarnya, uang secukupnya dan doa.
Dengan kecepatan 30 km/jam, saya menempuh perjalanan Karanganyar-Ngruki selama 1 jam. Plok-plok, berhasil-berhasil. Demikian juga waktu pulang, kecepatan dan waktu tempuhnya sama.
Mungkin karena suami khawatir, maka dia menelpon saya. Saya baik-baik saja. Alhamdulillah saya sampai Ngruki lalu tiba di rumah dengan selamat. Teman-teman saya yang bergabung di IIDN Solo memberikan selamat pada saya. Soalnya mereka tahu keadaan saya yang belum pernah muter-muter sendiri. Terima kasih suami dan teman-teman IIDN Solo yang sudah memberikan dukungan kepada saya untuk bergabung dan ikut KOPDAR. Sampai di rumah saya dikejutkan dengan oleh-oleh sayuran yang dibawa suami. Ada sawi, labu siam, daun bawang dan tomat.
Gambar 2. Sayuran dari Ngargoyoso
Sumber: dok.pri
Karanganyar, 1 Nopember 2015