Minggu, 24 Juli 2016

Keputusan Berpakaian Gamis dan Bercadar #24

Hijau Itu Teduh
dok.pri
Jangan Mengolok-olok Pemakai Gamis #24
Tahun 1990, ketika saya menjadi mahasiswa baru D3, ada beberapa mahasiswi jurusan yang sama mengenakan gamis warna gelap dan bercadar. Mahasiswi lainnya juga memakai gamis warna gelap tapi tidak bercadar. Baik yang bercadar atau tidak, termasuk mahasiswa yang berhijab atau tidak, semua mengikuti kuliah dengan berbaur. Tidak ada penbentukan kelompok-kelompok tertentu.
Saya tidak merasa berbeda dengan mereka. Saya merasa sama saja antara saya dengan mereka. Kami kuliah dengan mata kuliah yang sama. Bedanya tempat mengaji kita. Saya tidak perlu menceritakan ini. Yang jelas, kami memiliki pemahaman sedikit berbeda tentang pemakaian busana. Saya melihat mereka biasa saja. Kalau ada orang yang berbisik-bisik membicarakan mereka yang bergamis gelap dan bercadar, itu juga bukan urusan saya.
Kalau sekarang banyak saya lihat perempuan bergamis gelap dan bercadar, hal itu saya anggap biasa saja. Selain perempuan, yang laki-laki juga memakai gamis dan celana panjang cingkrang. Bagi saya, itu tak masalah. Kita memiliki pemahaman yang tak sama. Kalau kita bisa bertoleransi terhadap pemeluk agama lain, tentu saja kita juga akan membiarkan yang demikian. Bila kita sudah dewasa, tentu hal semacam ini tak perlu dibesar-besarkan.
Suatu ketika, saya mengetahui ada sekolah di bawah yayasan Islam. Kebetulan ustaznya memakai gamis dan bercelana cingkrang. Sedangkan ustazahnya bergamis warna gelap dan bercadar. Dengan demikian murid/santrinya juga sama pakaiannya. Hanya saja santriwati yang masih kecil tidak bercadar.
Saya tidak merasa asing melihat pemandangan semacam ini. Ah, biasa saja. Tapi ternyata ada sebagian orang yang melihat anak-anak kecil berpakaian semacam yang saya sebutkan di atas merasa kurang lazim. Bahkan ada anak yang memakai gamis dan bercelana cingkrang seperti diolok-olok. Saya rasa orang yang mengolok-olok ini tidak dewasa.
Ternyata ada hikmah besar dengan pakaian gamis tersebut. Pertama melindungi/menutup aurat, kedua terhindar dari pelecehan seksual, ketiga kenyamanan pemakainya. Oleh sebab itu, hargailah mereka yang telah memutuskan untuk berpakaian bergamis.
Kalau kita merasa nyaman dengan pakaian kita, tak perlu mengolok-olok orang lain. Kita boleh berbeda dan tak sama. Kita jugalah yang berhak memutuskan.

Karanganyar, 24 Juli 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar