Kamis, 31 Maret 2016

The Power of Writing (Bagian 3)


Komitmen Menulis
Menulis itu membutuhkan komitmen. Tanpa komitmen, sebuah tulisan tak mungkin jadi. Membangun komitmen menulis memang bukan hal mudah. Komitmen harus diperjuangkan dan diusahakan. Bapak Ngainun Naim ingin memenuhi komitmen untuk menulis setiap hari, walaupun hanya satu halaman. Dengan menulis setiap hari inilah maka muncul tulisan-tulisan dalam berbagai bentuk. Kesemuanya itu bisa dibaca di facebook, journal, buku, blog dan lain-lain.
Berjejaring
Bila ingin memiliki tulisan yang bermutu maka harus terus belajar. Salah satunya adalah belajar ke sesama penulis. Cara belajar bersama penulis lain adalah dengan bergabung dengan grup/komunitas kepenulisan. Grup/komunitas kepenulisan ini bisa kita dapatkan di jejaring social atau tempat berkumpulnya penulis di suatu wilayah (berkomunikasi langsung).
Bila ada kesempatan, bisa memanfaatkan waktu pertemuan dengan penulis yang datang ke kota/daerah. Berbagai acara diskusi tentang kepenulisan oleh penulis bisa digunakan untuk tanya jawab, berbagi pengalaman, menggali ilmu.
Facebook dan blog juga bisa digunakan untuk belajar tentang menulis dari penulis-penulis. Bapak Ngainun Naim menuliskan bahwa Bapak Much. Khoiri (kebetulan beliau berdua teman saya di www.kompasiana.com)  menyebutkan beberapa alasan mengapa penulis harus membangun jejaring, antara lain:
1.      Penulis memerlukan pembaca (di antara pembaca kemungkinan ada penulis)
2.      Jejaring memungkinkab para penulis berbagi pengetahuan, pengalaman, strategi penerbitan, atau strategi pemasaran atas karya atau buku yang dihasilkan.
3.      Penulis perlu jejaring untuk saling mengangkat
4.      Jejaring penulis akan memperkuat posisi tawar
5.      Pembelaan
6.      Menulis bareng
Tugas Penulis Itu Menulis
Tugas penulis adalah menulis. Bukti seorang penulis adalah karya yang dibuat. Di kompasiana menulis tanpa jeda menjadi tantangan sendiri. Menulis saja tidak cukup, karena harus memosting (mengirimkan) tulisan. Untuk memosting tulisan perlu perjuangan karena tidak mudah. Hal ini berkaitan dengan sinyal internet. Apabila sudah bisa memosting tulisan dengan sukses, maka tetap harus disiplin menulis. Karena penulis tugasnya menulis, dan tidak berhenti sampai memosting tulisan.
Injeksi Spirit Menulis
Seorang penulis memerlukan bacaan. Bacaan ini tentu saja dari penulis lain. Bahan bacaan ibaratnya adalah asupan gizi yang harus dikonsumsi oleh penulis. Bahan bacaan tentang kepenulisan menjadi penyemangat bila spirit mulai menurun. Selain bahan bacaan, sebagai injeksi spirit menulis adalah bertemu dengan penulis lain yang berbagi cerita, bertukar pengalaman dan mengambil hikmah.
Tulisan dan Kepercayaan
Tugas penulis adalah menulis. Bila tulisan yang dihasilkan bagus, tentu saja dapat dimuat di media. Orang akan percaya dengan kualitas tulisan yang sudah dihasilkan. Semakin sering tulisan yang dihasilkan dimuat di media, orang semakin percaya bahwa tulisan yang dihasilkan memang berkualitas.  Tulisan yang berkualitas adalah tulisan yang bermanfaat dan mengandung suatu kebaikan.  
Membuat Tulisan Ilmiah Secara Renyah
Seorang penulis yang baik harus selalu membuka dirinya untuk memahami berbagai fakta, realitas, atau bacaan untuk kemudian menyerapnya, dan kemudian mengikatnya menjadi sebuah tulisan. Jika sikap ini diusahakan untuk selalu dikelola dan dirawat secara baik maka tulisan demi tulisan dapat selalu diproduksi.
Tulisan sebagai bentuk komunikasi tertulis akan dapat menyampaikan materi atau isi tulisannya sebagaimana diharapkan manakala dituangkan dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap.
(BERSAMBUNG)

Rabu, 30 Maret 2016

The Power of Writing (Bagian 2)


BAB II : MOTIVASI MENULIS
Write or Die
Menulis memerlukan kondisi fisik yang segar. Dalam kondisi fisik yang fit tentu semangat menulis menggebu-gebu. Akan tetapi suatu saat memang ada penurunan semangat menulis, bukan karena fisik melainkan moodnya saja yang menurun. Hal ini bisa diatasi dengan menulis secara konsisten setiap hari sedikit demi sedikit.
Agar bisa konsisten menulis setiap hari, maka tulisan bisa diposting ke media social misalnya twitter, facebook dan blog. Sebenarnya menulis dan berbagi tulisan untuk orang lain merupakan bentuk syukur. Bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan.
Dosen Universitas Negeri Surabaya, Much. Choiri, mengatakan menulis adalah hidup itu sendiri. Bagi beliau pilihannya hanya dua: write or die, menulis atau mati. Artinya berkarya (menulis) tanpa henti, menulis merupakan kegiatan yang tak bisa ditinggalkan.
Keajaiban Menulis
Bapak Wijaya Kusumah atau dikenal sebagai Omjay menulis buku berjudul “Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi”. Omjay aktif menulis di blog pribadi dan blog keroyokan www.kompasiana.com. Dari menulis ini Omjay merasakan manfaatnya/keajaibannya,.di antaranya adalah 1) menerima honor, 2) sering diundang sebagai pembicara (tentang menulis), 3) memiliki banyak teman, 4) bisa membeli peralatan, 5) menulis, khususnya di blog adalah alat rekam yang ajaib.
Manfaat menulis adalah memberikan inspirasi kepada orang lain untuk menulis.
Penulis Itu “Makhluk Langka”
Hanya sebagian kecil orang yang mau menulis. Dari kalangan akademisi, dosen, guru dan mahasiswa jumlahnya tidak terlalu banyak. Dari kalangan umum, juga tak jauh berbeda hanya sedikit saja. Oleh sebab itu bisa dikatakan bahwa penulis itu makhluk langka, artinya tidak gampang ditemukan.
Jangan Mudah Menyerah
Banyak orang yang ingin bisa menulis tetapi berhenti sebatas sebagai keinginan belaka. Sementara bukti tulisan sendiri tidak ada. Mereka tidak mau mewujudkan keinginannya menjadi penulis karena banyak alasan dan banyak mengeluh. Kunci penting menulis adalah tidak mudah menyerah.
Ada beberapa persoalan yang dihadapi oleh “calon penulis” yang memiliki keinginan menulis:
1.      Ingin menulis, tetapi tidak tahu bagaimana memulainya
2.      Sudah mulai menulis kemudian menemui jalan buntu
3.      Sebenarnya bisa menulis tetapi semangatnya tidak stabil
4.      Putus asa karena merasa karyanya tidak dihargai
Bila ingin sukses menulis maka jangan mudah menyerah.
(BERSAMBUNG)

Selasa, 29 Maret 2016

The Power of Writing (Ringkasan Buku)

Gambar 1. Buku The Power of Writing
dok.pri
RINGKASAN BUKU
Judul Buku                  :  The Power of Writing
Penulis                         :  Ngainun Naim
Penerbit                       :  Lentera Kreasindo
Cetakan                       :  2015
Tebal                           :  230 hal + xiv
ISBN                           :  978-602-1090-14-5
BAB I : SPIRIT MENULIS
Ayo Menulis,
Menulis harus dilandasi dengan semangat. Karena spirit menulis kadang naik, kadang turun. Dengan semangat menulis yang besar maka bisa mengalahkan kemalasan yang tengah melanda. Dalam kondisi spirit menurun, maka harus segera bangkit dan tidak berlarut-larut di dalam kondisi ini.
Ayo Membuat Blog,
Sebenarnya blog hampir sama dengan buku harian. Bedanya kalau buku harian ditulis untuk dibaca sendiri sedangkan untuk blog merupakan catatan yang bisa dibaca orang lain. Belajar menulis, bisa dilakukan dengan cara menulis blog atau mengisi blog setiap hari. dengan memosting tulisan setiap hari maka kualitas tulisan akan semakin baik. Apabila pengunjung blog masih sedikit, maka bergabung di blog keroyokan akan manambah pembaca tulisan yang diposting. Blog sangat penting untuk sarana mempertajam kualitas tulisan.
Manfaat Menulis
Menulis bermanfaat untuk :
1.      Membangkitkan ide-ide (gagasan) baru
2.      Membantu mengorganisasikan gagasan-gagasan dan menjelaskan konsep-konsep
3.      Membuat jarak antara penulis dengan gagasan-gagasannya sehingga gagasan-gagasan tersebut mudah dievaluasi oleh penulisnya
4.      Membantu menyerap dan mengubah informasi
5.      Membantu menyelesaikan masalah
6.      Menjadikan seseorang sebagai pembelajar yang aktif dibandingkan menjadi penerima informasi yang pasif
(Maaf) Babu Saja Menulis
Sri Lestari adalah seorang Asisten Rumah Tangga (TKW). Perempuan beruntung tersebut bisa menulis dan majikannya mendukung kegiatannya. Secara otodidak Sri Lestari belajar membuat dan menulis di blog. Hasilnya luar biasa! Sri Lestari salah satu di antara perempuan yang bekerja sebagai TKW, tulisannya menginspirasi orang banyak.
Energi Kata
Kata-kata tertulis itu memiliki energy. Dalam kegiatan membaca dan menulis, ada energy yang besar yang dapat merubah hidup kita. Pramoedya Ananta Toer mengatakan.”Menulislah. jangan pedulikan apapun hasilnya. Teruslah menulis, sebab jika Engkau tidak menulis maka Engkau akan hilang dari pusaran sejarah.”  
SMS, Twitter, dan Inspirasi Kepenulisan
Menurut Arswendo Atmowiloto, menulis itu gampang. Akan tetapi kenyataannya banyak orang yang gagal bisa menulis dengan berbagai alasan. Menulis membutuhkan proses dan perjuangan yang tidak ringan.
Akan tetapi sekarang ada cara untuk tetap bisa melahirkan suatu tulisan, misalnya dengan menulis melalui SMS, twitter, facebook, atau media lainnya yang bisa digunakan sebagai sumber inspirasi. Penulis kreatif tidak akan kehabisan cara untuk terus menulis dan menghasilkan karya.
Statusmu, Kabarmu
Facebook bisa menjadi media yang baik untuk melatih menulis. Caranya adalah dengan menulis layaknya artikel dan diberi judul. Status FB yang ditulis memberikan manfaat. Sebab, apa yang ditulis memberikan manfaat antara lain silaturahmi (menyapa sabahat FB), merawat tradisi menulis, dan ibadah (karena yang ditulis memberikan manfaat untuk orang lain)
Penulis Tidak Mengenal Pensiun
Penulis tidak mengenal pensiun itu benar. Kalau tidak menulis artikel non fiksi, fiksi, mungkin menulis buku. Masalah tidak seaktif dahulu karena ada kesibukan yang mungkin tak bisa ditinggalkan. Akan tetapi penulis tetap menulis, karena penulis tugasnya adalah menulis. Mereka adalah penulis yang konsisten. Dengan terus menulis maka mereka bisa meraih kemajuan hidup dan kemajuan peradaban.
Akan tetapi bila seorang penulis, berhenti menulis (sementara atau seterusnya) atau pensiun mereka memiliki alasan, antara lain : 1) sibuk dengan jabatan, 2) mapan secara ekonomi, 3) kehabisan stamina
Produktivitas Menulis dan Jebakan Plagiat
Penulis yang berkualitas akan membuat tulisan yang berkualitas. Untuk mendapatkan tulisan yang berkualitas, diperlukan proses panjang dalam menulis. Penulis yang jujur adalah membuat tulisan yang orisional bukan menjiplak. Kalaupun ada tulisan pada bagian-bagian tertentu yang diambilkan dari tulisan orang lain, maka penulis akan menuliskan sumber bacaannya atau penulis sebenarnya. Produktivitas menulis tinggi tapi tetap menjaga kejujuran.
Syarat Penting Menulis yang Baik
            Menulis yang baik iru menulis yang tidak asal menulis, tapi ada syaratnya. Syarat menulis yang baik adalah rajin membaca. Dengan rajin membaca, wawasan dan pengetahuan kita semakin luas. Oleh karena wawasan dan pengetahuannya luas maka perbendaharaan katanya juga banyak. Seorang penulis pasti gemar membaca
Literasi Perjuangan
Selain Sri Lestari, ada Eni Kusuma yang TKW namun berhasil memberikan motivasi pada banyak orang. Meskipun hanya lulusan SMA dan berprofesi sebagai TKW, Eni Kusuma mampu meraih kesuksesan dengan menulis buku. Semua dilalui Eni Kusuma melalui perjuangan. Dalam diri Eni ada potensi (membaca) yang bisa dikembangkan dan dioptimalkan untuk menghasilkan ssesuatu yang berharga.
Pengalaman Menulis Pertama
Pengalaman menulis pertama dan dimuat di media lalu mendapatkan honor, merupakan pengalaman yang tak mungkin terlupakan. Bahkan tahapan-tahapan menulis hingga mendapatkan honor benar-benar tak bisa dilupakan begitu saja. Semua masih lekat di ingatan. Perasaan senang dan bangga pastilah ada. Mendapatkan honor pertama inilah yang menjadi penyemangat untuk membuat tulisan lainnya.
(BERSAMBUNG)

Minggu, 27 Maret 2016

Gelang Identitas Untuk Orang tua Lanjut Usia

Setelah kembali dari mudik, saya harus segera menuliskan ini. Mumpung masih ingat dan semoga bermanfaat untuk orang lain. Berbagi itu sangat perlu, apalagi berbagi tulisan yang bisa membantu orang lain yang memiliki permasalahan yang sama.
Kepulangan saya kali ini hanya ingin bertemu ibu dan bapak saja, tidak ada tujuan yang lain. Syukur, Alhamdulillah, ibu dan bapak dalam keadaan sehat wal afiat. Saya tambah bersyukur, karena beberapa hari yang lalu ibu kambuh lagi ambeiennya, sekarang kondisinya membaik dan tensinya normal.
Dua tahun yang lalu ibu menjalani operasi ambeien. Setelah menjalani operasi, ternyata kami baru tahu kalau ibu menjadi pelupa. Kalau diajak berbicara ibu bisa menjawab, dan nyambung tapi kejadian yang baru saja kadang malah sudah lupa. Mungkin Allah memberikan ujian pada kami, anak-anaknya, untuk sabar merawat ibu.
Karena ibu mudah lupa, mungkin kadang-kadang bapak jadi tidak sabar. Ya, namanya orang tua, tidak ada yang mau mengalah. Kalau sudah begitu ibu dan bapak tensinya jadi naik. Sebulan yang lalu ibu merasa pusing. Adik saya dan suaminya membawa ke dokter. Karena tensinya tinggi, seketika itu ibu diminta untuk meminum obat yang diberikan dokternya. Adik saya  mengantri mengambil obat.
Ternyata dulu waktu ibu sakit ambeien dan tensinya tinggi, setelah mendapatkan obat oleh dokter sudah dipesan, ibu harus cek tekanan secara rutin. Minum obat untuk darah tinggi rutin tidak boleh terputus dan ada beberapa makanan yang harus dipantang, terutama mengurangi garam.
Sepertinya setelah obat ambeien sudah habis, ibu tidak mengkonsumsi obat untuk darah tinggi. Bapak juga berpikir kalau obat untuk darah tingginya sudah habis. Sekarang adik saya memberi tahu bapak dan keponakan saya yang tinggal bersama ibu dan bapak. Pesannya : ibu tidak boleh lupa minum obat. Karena ibu pelupa maka bapak dan keponakan saya bertugas untuk mengingatkan minum obat dan control kesehatan ringan di Puskesmas.
Karena ibu pelupa, tentu saja ke mana-mana ibu harus ditemani anggota keluarga, ibu tidak boleh bepergian sendiri. Kami khawatir ibu lupa tempat yang akan dituju dan bingung ketika mau pulang. Nah, karena ibu menjadi pelupa di usianya ke 70 ini, dokter menyarankan ibu diberi gelang identitas. Saran ini berlaku untuk orang tua, terutama yang sudah benar-benar sepuh dan pelupa.
Apakah gelang identitas itu? Gelang identitas merupakan gelang dengan nama pemakai dan berisi alamat/no telepon salah satu keluarga yang mudah dihubungi. Ternyata gelang identitas ini memiliki tujuan positif, yaitu apabila orang yang memakai gelang tersesat maka siapa saja yang menemukan orang ini akan mudah menghubungi keluarganya. Orang tua ini bisa secepatnya kembali ke keluarganya. (Bapak saya bilang kaya wong munggah haji kae nganggo gelang. dadi nek kesasar ketahuan kalau dia orang Indonesia hehehe)
Orang tua adalah orang yang sudah memasuki usia senja, lebih-lebih orang tua ini sudah menjadi pelupa. Sebenarnya bukan hanya orang tua saja yang diberi gelang identitas semacam ini. Maaf, untuk anak-anak/orang kurang normal juga bisa mengenakan gelang ini.
Akhir-akhir ini sering ditemukan orang tua yang sudah “sangat pelupa” atau anak kurang normal dan diajak komunikasi agak sulit. Adanya medsos mempermudah mempertemukan orang tua ini/anak dengan keluarganya. Mungkin gelang identitas ini akan sangat membantu dan bermanfaat.
00000
Kelihatan ibu dan bahagia waktu saya datang. Tapi bapak sempat bertanya pada saya,”kamu pulang karena apa? Karena dikabari siapa?”
“Ya, pingin pulang saja. Kan saya sudah lama tidak pulang. Apalagi kemarin waktu ibu sakit saya tidak bisa pulang.”
“Berarti ada yang memberi tahu kalau ibu sakit.”
“Nggih pak, lewat WA.”
“Ya wis. Sekarang ibu sudah sehat. Makannya juga dikontrol. Tapi ibu sudah sering lupa.”
Saya, ibu dan bapak berbincang-bincang ringan sambil bercanda. Saya suka bapak dan ibu tertawa lepas. Ibu juga tertawa kalau disindir-sindir. Sekarang ibu tidak marah lagi kalau disindir-sindir. Saya benar-benar terharu. Kadang saya menyesal tidak bisa dekat dengan ibu dan bapak di saat mereka sudah berusia senja. Tapi bapak memahami keadaan saya. Malah siang itu bapak bertanya pada saya mau pulang jam berapa? Saya memang pamit pada suami akan kembali ke rumah sore hari. tapi tiba-tiba langit gelap dan hujan deras. Jam setengah empat sore seharusnya saya meninggalkan rumah ibu dan bapak, tapi saya urungkan.
Saya mengirim pesan singkat pada suami. Saya minta maaf karena tidak bisa kembali ke rumah sore. Jawaban suami sungguh membuat saya kaget. ANAK-ANAK NYUSUL. Badalah, pagi-pagi saya tidak pamit anak-anak soalnya nanti mereka ribut. Akhirnya anak-anak tahu dan minta menyusul mudik. Akhirnya suami, dhenok (kelas X SMA) dan thole (TK), ke Yogyakarta naik sepeda motor. Malamnya kami sekeluarga berkumpul di rumah ibu dan bapak. Tidak sengaja kami akhirnya mudik semua.
Hari Minggu, saya dan anak-anak diantar adik pulang ke Karanganyar. Suami saya naik sepeda motor pulang sendiri. Alhamdulillah, kami selamat sampai di Karanganyar. Terima kasih Lely, yang sudah mengantar keluargaku pulang dan terima kasih kamu sudah wira-wiri mengantar ibu dan merawat beliau. Jadikan semua itu ladang amal. Yang sabar dan berlemah lembutlah pada ibu dan bapak.
Karanganyar, 27 Maret 2016

Jumat, 25 Maret 2016

Ini budi Dan Pendidikan Karakter

Sebelum masuk SD, saya harus menjalani tes. Saya masih ingat, bukan tes membaca melainkan langsung diajak bicara (bercakap-cakap), kala itu dengan Bu Yati. Berjalan bolak-balik melewati jalan di antara bangku kiri dan kanan dari depan sampai belakang. Kemudian diminta untuk menulis angka. Saya menulis sesuai yang diperintahkan. Tapi saya keterusan, bablas wae sampai angka 7 lalu dihentikan.
Setelah dinyatakan diterima dan mulai masuk sekolah, bapak mengantar saya sekolah. Hari berikutnya saya berangkat sekolah bersama teman-teman. Kebetulan dalam satu kampung yang sekolah di SD yang sama, jumlahnya banyak.
Saya duduk di bangku nomor 2 dari depan. Pada hari pertama ini, seingat saya ada seorang teman yang duduk di depan saya BAB di dalam kelas (waktunya sudah hampir pulang). Pantas saja bau.
Sekolah itu menyenangkan. Karena belajarnya juga dengan gembira. Pelajarannya hanya bahasa Indonesia (membaca dan menulis), matematika (berhitung), menggambar, menyanyi, agama dan olah raga.
Membaca dan menulis hanya : “ini budi” yang dibaca dan ditulis berulang-ulang. Setelah itu : membaca dan menulis “ini ibu budi”, “ini bapak budi”, “ini adik budi” dan “ini kakak budi”, dan seterusnya.
Sepertinya pada satu halaman hanya berisi tulisan yang sama, dan ada gambarnya. Ada gambar seorang anak perempuan yang menyiram bunga, anak kecil main kuda dari gedebog pisang.
Tentu saja hari-hari selanjutnya, pelajarannya membaca dan menulis serta berhitung. Waktu itu pelajaran kelas 1 sederhana sekali. Bahkan saat tes catur wulan untuk bahasa Indonesia, ini yang saya ingat lo: ada gambar bola. Sudah ada huruf b maka siswa menuliskan huruf selanjutnya. Ada gambar topi, siswa disuruh menuliskan huruf-huruf yang harus disusun. Itu saja Bu Yati, guru kelas satu membacakan soalnya dan cara mengerjakannya. Matematika juga gampang. Masih tambah-tambahan sederhana.
Pendidikan karakter benar-benar ditanamkan sejak dini. Waktu itu, Bu Yati menggunakan bahasa Jawa krama madyo dalam menyampaikan materi pelajaran. Sopan santun, cara berbicara, gotong royong sudah diterapkan. Kalau ada siswa yang tidak memakai basa krama selalu diingatkan.
Anak sekolah tidak terbebani. Bukunya tidak banyak, tidak perlu memakai tas besar dengan buku setumpuk. Buku yang dibawa hanya 4, dua buku tulis dan 2 buku paket. Keempat buku tersebut ukurannya tidak tebal. Tidak ada LKS, tidak ada pelajaran tambahan, tidak fullday. Semua berjalan lancar-lancar saja. Kelas 1 masuk sekolah jam 7 pulang sekitar jam 10. Anak-anaknya juga pandai.
Sekarang, anak kelas 1 SD pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi  bacaannya panjang. Anak masih kesulitan membaca, apalagi memahami isinya. Tugas guru berat, tugas orang tua juga tidak ringan. Belum lagi pelajaran matematika, dan pelajaran yang lain.
Anak kelas 1 seharusnya belajar sambil bersenang-senang, dengan penuh riang gembira.  Belajar bersosialisasi, mengenal lingkungan, belajar adab sopan santun.
Ada orang yang mengatakan, zamannya sudah berubah. Jangan samakan anak-anak sekarang dengan zaman kita masih kecil.  Zaman boleh berubah, tapi pendidikan karakter dari dulu sampai sekarang tetap sama, karena pedoman kita juga sama yaitu mendidik anak berkarakter. Kalau anak-anak sudah berkarakter, maka akan mudah bagi kita (orang tua) memberikan pelajaran yang bersifat akademik.
Semoga anak-anak kita lebih berkarakter.
Karanganyar, 25 Maret 2016
Sumber Bacaan:

http://www.kompasiana.com/noerimakaltsum/ini-budi-dan-pendidikan-berkarakter_56f4d7cd93977319052c6f87

Rezeki Berkah Pedagang Kaos Kaki Keliling

Bagi saya, Mas Paiman yang sering menawarkan kaos kaki dan celana kolor (baik pendek maupun panjang) sudah tidak asing lagi. Cara menawarkan dengan santai dan kekeluargaan inilah yang membuat guru-guru membeli barang dagangannya. Yang paling saya suka, Mas Paiman tidak mudah tersinggung. Semua ditanggapi dengan senyuman.
Namanya juga pedagang, jadi ya tidak gampang marah. Dengan demikian, kalau Mas Paiman datang menawarkan dagangan selalu saja ada yang membeli. Paling dia datangnya sebulan sekali. Ada yang membeli kaos kaki, kaos tangan, ikat pinggang, celana kolor, kaos atau kemeja. Tergantung harga penawarannya cocok tidak? Ada bonus untuk pelanggan kalau jadi membeli dagangannya, yaitu plastik kresek.
Dahulu, kaos kaki tidak terlalu tebal diberi harga sepuluh ribu rupiah per 3 pasang. Sekarang harganya naik menjadi sepuluh ribu rupiah per 2 pasang. Karena harganya sudah umum, beli di keramaian Taman Pancasila malam hari juga sama, saya langsung membeli. Buat persediaan, bisa digunakan bergantian.
Sebulan yang lalu, saya iseng-iseng menanyakan harga celana panjang yang bisa dipakai untuk harian. Mas Paiman memberikan harga seratus ribu dapat 3 potong. Saya membantin, menjahitkan celana saja ongkosnya tiga puluh ribu rupiah. Saya menawar, kalau boleh tiga puluh ribu saya beli satu. Namanya juga pedagang, ngotot 100. 000 dapat 3 potong. Saya sih tidak butuh-butuh amat. Kalau itu bisa deal kan lumayan, celana di rumah yang sudah cacat bisa dibungkus plastik lalu dimusiumkan.
Tidak usah pakai alot, langsung diberikan begitu saja. Lumayan, bisa untuk gonta-ganti. Kemarin siang Mas Paiman datang lagi. Biasa, menawarkan dagangannya.
“Kaos kaki, bu.”
“Celana yang seperti ini warnanya coklat ada atau tidak?”tanya saya.
“Nggak bawa bu. Kalau yang ijo ini atau biru juga bagus lo bu.”
“Mas, arep takpakai untuk pramuka, mosok ijo. Terus kalau biru jodone bajuku pake apa? Kalau ada yang coklat.”
Rupanya dia tidak membawa. Teman saya membeli celana panjang warna biru, deal. 30.000, langsung bungkus tas kresek.
“Kalau celana pendeknya berapa?”
“Dua potong lima puluh ribu, Bu.”
“Tiga puluh ribu.”
“Isih adoh Bu.”
“Maksudnya untungnya belum banyak ta?”saya ngeyel.
“Empat puluh, Bu.”
“Kalau boleh tiga lima. Kalau nggak boleh ya sudah.”
“Empat puluh Bu, taktambahi kaos kaki.”
“La aku ndak butuh kaos kaki je Mas.”
“Dereng angsal Bu.”
Saya tidak memaksa, kalau tidak deal ya sudah. Toh saya belum butuh-butuh amat. Ini masih mending, teman saya malah nawarnya sepuluh ribu.
Rezeki datangnya dari mana saja. Kalau kita membeli sesuatu pada pedagang yang sungguh-sungguh, semoga barang yang kita beli bermanfaat. Pedagangnya mendapatkan keberkahan dari keuntungan yang diambil.
Saya jadi ingat, dulu waktu SMP sering membantu ibu berjualan di pasar. Kebetulan pelanggan ibu tidak ada yang menawar dagangan ibu sampai titik penghabisan. Ketika saya kuliah, saya membantu menjualkan dagangan kakak saya. Ada kosmetik Sara Lee, mukena, dan sprei. Kebetulan pembeli juga tidak banyak bertanya. Untuk kosmetik, sudah ada buku katalognya. Mukena dan sprei bisa diangsur 3 kali. Kakak saya juga tidak mengambil untung banyak. Maklum, konsumennya adalah tetangga sendiri. Ketika saya jualan telur asin buatan sendiri, konsumennya juga tidak menawar karena harganya sama dengan di pasaran.
Saya ingin membeli barang-barang yang ditawarkan pedagang keliling yang mampir di sekolah saya. Kalau saya suka dengan produknya, dan melihat pedagang ramah menawarkan dagangannya, saya akan membeli meski teman saya bilang mahal. Bagi saya kemahalan harganya tidak masalah, paling kemahalan seribu dua ribu rupiah. Apalagi kalau barang itu bisa digunakan selama satu tahun, wah jadi murah sekali.
Beberapa hari yang akan datang, Mas Paiman akan datang ke sekolah, membawakan celana panjang coklat pesanan saya. Terima kasih Mas Paiman, sudah melayani guru-guru dengan ramah dan tiap candaan tidak dimasukkan ke hati.
Kaaranganyar, 25 Maret 2016

Kamis, 24 Maret 2016

Dikemuli Sarung, Anak Jadi lengket Sama Ayahnya

Saya pernah dibilangi sama Ibu mertua, jangan sekali-sekali memnyelimuti bayimu dengan sarung Bapaknya. Alasannya, agar si anak tidak lengket dengan Bapaknya. Katanya, anak kecil terutama bayi, bila tidur diselimuti dengan sarung milik Bapaknya maka kelak tidak pisah dari Bapaknya. Bila Bapaknya jauh darinya, anak itu akan rewel. Sepertinya itu hanya mitos. Kenyataannya, dua anak saya tidak ada yang saya selimuti dengan sarung milik Ayahnya, mereka lengket semua.

Banyak yang maido, tidak percaya dengan yang saya omongkan. Kedua anak saya lahir disaksikan Ayahnya. (Suami mendampingi saya) Setelah lahir, malamnya keduanya punya nasib yang sama yaitu ditinggal Ayahnya yang repot jadi wasit badminton, turnamen bergengsi. Bahkan si kecil malah ditinggal-tinggal ke luar kecamatan sampai malam hari untuk keperluan Sensus Penduduk Tahun 2010.

Yang jelas, kedua anak saya memang lebih dekat dengan Ayahnya daripada dengan saya. Padahal keduanya sering dimarahi Ayahnya. Kadang saya ingin mbok anak-anak dekat dengan saya saja. jadi kalau di rumah tidak ada Ayahnya mereka tak perlu tanya-tanya, apalagi harus mencari.

Moga-moga kelak mereka berdua mengingat bahwa dulu yang sering dicari adalah Ayahnya, bukan Ibunya.

Kartu Kredit dan Kartu ATM

Beberapa waktu yang lalu, kantor tempat saya bekerja kedatangan dua orang cantik pegawai bank. Sepertinya mereka berdua bekerja di bagian marketing. Mula-mula mbak-mbak cantik ini menemui bendahara sekolah. Tidak hanya sekali mbak-mbak cantik ini datang. Ternyata beliau berdua menawarkan kartu kredit dari salah satu bank. Di antara kedua mbak cantik ini yang paling aktif merayu-rayu adalah mbak Mega. Mbak Mega menjelaskan tentang kartu kredit, fungsi, manfaat, keuntungan, hingga cara menggunakan. Tak lupa dijelaskan pula mekanisme pembayaran cicilan bila kartu kredit digunakan. Yang tak kalah penting adalah masalah bunga yang kompetitif (halah, benar tidak ini?).
Setelah dirayu-rayu, akhirnya ada beberapa teman yang tertarik untuk memilikinya. Mungkin ada sekitar 10 orang yang akhirnya memiliki kartu kredit. Kata mereka, gak enak sama mbak Mega yang sudah menawarkan sampai berbusa-busa, mengajak makan-makan (strategi menggaet nasabah, barangkali), terus kita tidak membuat kartu kredit. Saya hanya tersenyum. Saya memang ikut makan-makan, karena dipaksa makan bakso yang membelikan mbak Mega. Sebenarnya saya tidak mau, tapi terus dipaksa-paksa. Kalau akhirnya saya tidak ikut membuat kartu kredit, itu ya nggak masalah.
Beberapa hari kemudian mbak Mega datang lagi, kali ini membagikan beberapa amplop untuk teman-teman yang membuat kartu kredit. Dalam amplop isinya selain kartu kredit juga bemacam-macam catatan. Mbak Mega berpesan untuk segera diaktifkan agar kartu kredit bisa dipakai. Lumayan kan, tinggal gesek kartu kredit barang yang kita inginkan bisa kita bawa pulang. Dengan catatan toko yang kita tuju ada kerja sama dengan bank yang mengeluarkan kartu kredit.
Teman-teman yang sudah diberi amplop ternyata tidak segera mengaktifkan kartu kreditnya. Jadilah, dia ditelepon mbak Mega untuk segera mengaktifkan kartu kreditnya. Hanya satu orang yang akhirnya mengaktifkan kartu kredit, yang lainnya masih utuh di amplop. Huwihhhh.
Teman saya yang sudah mengaktifkan kartu kredit, mencoba bertransaksi. Ajaib, semua dengan mudah dia dapatkan barang-barangnya. Nah, karena kurang control, kreditnya menumpuk banyak. Bila tiap bulan tidak tertib membayar cicilan, ternyata bunganya berbunga. Saya kurang tahu, entah karena apa, teman saya jadi sering ditelepon pihak bank.
Ngomong-omong soal kartu kredit, saya memang tak tertarik sama sekali. Pikiran saya kartu kredit sama dengan hutang dan hutang. La wong sekarang hidup saya nyaman tanpa hutang, hidup saya mapan, tidur nyenyak, makan enak dan lahap karena tak punya hutang kok malah mau mencoba membuat masalah dengan berhutang.
Bukan karena saya kaya raya dan simpanan materi saya banyak, bukan, bukan itu. Saya ini orang lugu apa adanya. Tidak pernah memaksakan diri memiliki benda-benda yang tidak saya butuhkan. Apalagi dengan jalan berhutang.
Orang tua saya dulu orang tak punya, anaknya banyak, sekolah semua. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, membayar sekolah yang bersamaan, kadang harus berhutang. Hutang di bank plecit, di koperasi, bank. Pokoknya gali lubang tutup lubang. Malah dulu rumah kami sempat mau dijual untuk menutupi hutang (Alhamdulillah, tidak jadi dijual karena ada saudara Bapak yang membantu). Itu dulu tahun 80-an. Pengalaman pahit orang tua tidak akan saya ulangi. Dulu orang tua berhutang karena benar-benar untuk mencukupi kebutuhan, bukan untuk gaya-gayaan, apa lagi hanya untuk jaga gengsi.
00000
Ketika ngobrol di kantor dengan teman-teman, ada yang bilang,”biar kita kelihatan gaya, di dompet kita, kita deretkan beberapa kartu kredit.”
Saya tidak bermaksud sombong, sungguh lo tidak bermaksud sombong. Hanya ingin mengubah pola pikir. Jangan bangga menggunakan kartu kredit. Itu saja, tak ada maksud lain. Perkara orang tetap ngeyel memanfaatkan kartu kredit, ya mangga mawon. Itu hak mereka.
“Saya tidak bangga membawa kartu kredit, Pak. Saya lebih bangga dan percaya diri  membawa kartu ATM, meskipun saldonya tidak begitu banyak. Mengapa demikian? Menggunakan kartu kredit jelas nanti hutangnya tidak terkontrol, gesek sana gesek sini. Kalau menggunakan kartu ATM jelas kita mau mengontrol pengeluaran. Wong di kartu ATM jelas uang kita. Apa ya mau menabung susah payah, Cuma mau dihambur-hamburkan? Pasti kita akan selektif menggunakan/menggesek kartu ATM.”
Sebenarnya dulu saya juga tidak mau membuat kartu ATM, tapi salah satu bank di mana saya menjadi nasabahnya mewajibkan memiliki kartu ATM. Ya, dengan kepepet saya membuat kartu ATM. Alhamdulillah, saya bisa mengontrol diri untuk tidak menggunakan kartu ATM.
Fasilitas kartu ATM ini ternyata memberi manfaat/keuntungan, terutama kalau kita mau mengambil uang. Bila mengambil uang langsung ke teller, kita malah dikenakan biaya administrasi, sedangkan kalau di mesin ATM tidak. Tapi kalau mengambil jumlah minimal yang sudah ditentukan, mengambil langsung ke teller tidak dikenakan biaya administrasi. Bila mengambil uang di mesin ATM, antriannya tidak panjang. Sedangkan di teller, antriannya mengular alias panjang.  
Sewaktu-waktu kita membutuhkan uang, kita bisa mengambil melalui mesin ATM (pengalaman saya). Karena saya tidak pas tengah malam harus mengambil uang, jadi menurut saya, saya belum pernah mengalami kesulitan. Pernah pada suatu saat saudara saya membutuhkan uang dan saya harus transfer. Kebetulan bank yang dipilih saudara saya tidak sama dengan saya. Saya berusaha untuk mentransfer uang lewat teller. Sudah ngantrinya panjang, saya juga harus menggesek ATM (saat itu saya tidak membawa kartu ATM). Mbak Cantik Teller tadi menyarankan untuk mengirim via ATM. Badalah, saya belum pernah je. Apa mungkin nanti bisa? Ternyata ada mas Satpam yang siap membantu.
Sore harinya dengan pede saya mendatangi mesin ATM dan mau mentransfer. Mas Satpam yang ganteng dan baik hati itu menolong saya. Dengan instruksi yang sederhana, tapi Mas Satpam agak menjauh, nut nut nut nut. Tidak pakai sulit, tidak sampai 5 menit selesai. Dan saya mendapatkan kertas print kecil berisi transaksi. Oalah, gampang ta. Oke, saya jadi bersyukur bisa menggunakan kartu ATM saya dengan bijak. Saya tidak asal gesek. Saya menyediakan beberapa uang pecahan di dompet, agar saya tidak sebentar—sebentar gesek kartu ATM.
Oleh sebab itu, siap-siap tinggalkan atau gunting kartu kredit kalau kartu yang Anda anggap sakti menjadi masalah di kemudian hari. Dan gunakan kartu ATM Anda dengan bijak.
Karanganyar, 24 Maret 2016
Sumber tulisan ini : http://www.kompasiana.com/noerimakaltsum/kartu-kredit-dan-kartu-atm_56f374a1f57a613c07cee648

Rabu, 23 Maret 2016

Power of Kepepet

Di antara waktu menerangkan pelajaran pada siswa, saya sering meluangkan beberapa waktu untuk diskusi tentang motivasi. Tujuan saya adalah agar siswa tidak jenuh dalam menerima pelajaran. Harapan saya dengan diskusi kecil pembahasan di luar materi pelajaran, membuat anak semangat.
Kali ini saya memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.  Misalnya, seseorang yang bermimpi. Mungkin mimpinya biasa-biasa saja, tidak istimewa. Mimpi ini menjadi istimewa karena ada sesuatu yang tak masuk akal terjadi begitu saja. Dalam mimpi tersebut seseorang mengikuti ujian, padahal dia merasa sudah lulus di tingkat tersebut. Dan yang terjadi adalah orang itu tak bisa mengerjakan soal, karena soalnya sulit. Setelah tak menemukan jalan keluar, beberapa saat kemudian orang tersebut menghadap gurunya. Ternyata guru di alam mimpinya adalah kawan lamanya. Maka kesulitan tersebut dapat diatasi.
Seseorang bepergian, di dalam mimpinya dia mutar-mutar tanpa tujuan, lupa arah jalan pulang. Lalu dia menemukan adanya jembatan yang biasa dilewati. Orang tersebut bisa pulang tanpa tersesat.
Yang ketiga, mungkin ini termasuk mimpi buruk. Di mana pun orang ini berada, selalu saja dikejar orang lain atau anjing. Orang tersebut berlari dan terus berlari. Sayang tenaganya hampir habis. Pada saat inilah, tiba-tiba dia bisa terbang dan tak bisa dikejar orang lain atau anjing. Usaha terbang ini saya menamakan power of kepepet. Artinya, pada saat kita terjepit dan mengalami jalan buntu ada jalan keluar yang tak kita sangka-sangka.
Demikian juga untuk siswa-siswa yang diberi tugas mengerjakan soal atau mengerjakan tugas lainnya misal membuat benda kerja, membuat power point, membuat proposal untuk tugas wirausaha. Merasa tidak bisa, dia menyerah begitu saja tanpa mau berusaha. Tapi menjelang DL, power of kepepetnya muncul. Siswa ini mendadak mendapatkan ide untuk melakukan ini itu. Ternyata dia bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik. Itulah power of kepepet.
Tidak ada siswa yang tak bisa melakukan apapun. Setiap siswa bisa melakukan suatu pekerjaan apabila dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Perkara hasil usahanya baik atau tidak, yang penting dia bisa menyelesaikan tugas tepat waktu.
Power atau kekuatan itu akan muncul di saat kita benar-benar membutuhkan bantuan untuk usaha kita. Oleh sebab itu jangan pernah meragukan kemampuan Anda sendiri. Yakinlah, Anda pasti bisa melakukan suatu pekerjaan.
Seperti seorang penulis, yang memiliki komitmen untuk terus menulis. Penulis yang dikejar DL baik tulisan atau mengikuti lomba, power of kepepet ini biasa datang tiba-tiba.
Karanganyar, 23 Maret 2016

Sabtu, 19 Maret 2016

Pentingnya Berkomunikasi Antar Anggota Keluarga

Seni menciptakan suasana penuh kebahagiaan harus dilakukan setiap anggota keluarga setiap hari. Yang memiliki kewajiban untuk membuat suasana tenang dan damai bukan monopoli seorang isteri (ibu). Ayah dan anak-anak juga mempunyai andil. Apa jadinya bila ayah dan ibu tak pernah atau jarang berkomunikasi. Ayah dan anak bahkan bertemu saja tidak apalagi berbincang-bincang. Ibu dan anak memang lebih sering berkomunikasi dibandingkan dengan ayah dan anak.
Tidak ada komunikasi antar anggota keluarga akan membuat hubungan semakin jauh. Satu sama lain tidak memiliki keterikatan batin. Semua memikirkan dirinya sendiri dan sibuk dengan dunianya masing-masing. Meskipun tinggal satu rumah, ternyata ada juga yang antara suami dan isteri tidak berkomunikasi secara intens. Kalau berbicara seperlunya saja. Seandainya anak-anak tidak ada masalah, dianggap tak perlu bicara panjang lebar. O, o, ternyata yang ini keliru besar.
Untuk anak-anak maksimal tingkat SLTA, ibu sering berkomunikasi dengan mereka. Minimal kalau mau sarapan, makan siang atau makan malam selalu menawarkan pada mereka. Atau, bila hubungan ibu-anak ini begitu akrab pasti anak akan melakukan komunikasi yang lebih. Bahkan anak sekarang tidak malu curhat pada ibunya kalau hubungan mereka dekat. Anak merasa nyaman ngobrol dengan ibunya, baik anak laki-laki maupun perempuan. Ibu juga akan merasa kalau anaknya lebih percaya pada ibu daripada pada temannya.
Akan tetapi ada juga yang ibu dan anak berkomunikasi dalam keadaan tidak santai, tidak penuh kebahagiaan. Komunikasinya dalam suasana panas, ibu marah, anak marah. Kadang ayah juga merasa harus berkomunikasi dengan anaknya kalau beliau pas marah.
Orang tua lupa, dalam keadaan marah kita bukannya memberi nasehat melainkan melampiaskan kemarahan. Anehnya, pada saat marah inilah orang tua merasa anaknya tidak patuh dan membantah. Banyak kita temui, anak lebih nyaman berada di luar rumah di lingkungan yang mau menerima keadaan dia. Anak tidak betah berada di rumah karena di rumah sendiri dia merasa tidak nyaman.
Berbeda kalau antar anggota keluarga sering berkomunikasi. Ada obrolan kecil yang bisa mengakrabkan hubungan ibu-ayah, ibu-anak, ayah-anak dan ayah-ibu-anak. Mungkin obrolan itu tidak penting-penting amat.
Contoh, seorang anak TK mengajak bicara ibunya. Anak tersebut mulai melontarkan sebuah kalimat. “Ma, kasihan pak tani. Padinya ambruk. Hujannya deras. Kok padinya bisa ambruk?”
Dari obrolan kecil ini, bila ibu menjawab pertanyaan si anak dan anak puas maka ibu juga merasa senang bisa berbincang-bincang dengan si kecil. Kadang anak-anak bercerita tidak membutuhkan tanggapan dari orang tuanya secara berlebihan. Perhatian orang tua sekedar menjawab cukup yang dibutuhkan saja. Karena pada dasarnya anak hanya butuh didengarkan omongannya.
Pada saat santai, waktu luang, situasi nyaman dan memungkinkan untuk berbicara, inilah saat yang tepat bagi orang tua menasehati anak. Anak akan beranggapan diajak diskusi (bukan dinasehati). Akan tetapi kalau orang tua menasehati saat marah, kesannya bukan memberi nasehat melainkan memarahi bahkan memojokkan. Sama-sama memberi nasehat, ajaklah anak ngobrol di kala suasananya santai penuh keakraban.
Ternyata anak akan mengingat-ingat nasehat orang tua sebagai kebaikan dan anak akan menuruti apa yang disampaikan ibu dan ayah. Kalau pesan yang kita sampaikan ke anak berkenan maka orang tua mudah sekali untuk membentuk anak. Anak akan diarahkan sesuai keinginan orang tua juga akan gampang.
00000
Suami-isteri, ibu dan ayah, juga harus berkomunikasi secara lisan. Walaupun sekarang jaman modern, semua serba canggih, semua serba memanfaatkan tenologi, jangan sampai komunikasi hanya melalui kotak ajaib berupa ha-pe. WA dan BBM serta sms saja tak cukup. Sesibuk apapun, bila sudah bertemu pasangan, suami dan isteri harus menaruh ha-pe atau menyimpannya jauh-jauh. Paling ngobrol juga tidak sampai 3 jam penuh. Kalau 3 jam penuh benar-benar digunakan untuk ngobrol, pasti bahan pembicaraannya banyak. Lebih baik lagi 3 jam ngobrol dan berkomunikasi antara anak, ibu, dan ayah. Orang yang bahagia adalah orang yang berhasil menjalin komunikasi di dalam keluarganya.
Bila ada masalah, selesaikan dengan kepala dingin. Bicara secara terbuka agar satu sama lain tak ada luka.
Karanganyar, 19 Maret 2016

Sumber bacaan :
http://www.kompasiana.com/noerimakaltsum/pentingnya-berkomunikasi-antar-anggota-keluarga_56ed441a4523bd6b0743d68f

Hobinya Marah-marah, Kasihan deh Lu

Hobinya marah-marah. Entah dia benar atau salah yang penting marah. Awalnya saya risi dengan sikap dan kelakuannya, tapi lama-kelamaan saya malah menikmati kemarahannya. Awalnya saya harus berargumentasi untuk membela diri. Tapi dia tidak pernah mau menerima alasan saya.

Suatu saat teman-teman-teman menyarankan pada saya untuk tetap diam tak usah mengomentari apa yang diucapkannya. Biarkan dia marah sepuasnya. Kalau kita tidak melakukan suatu kesalahan, Insyaallah dia akan capek sendiri. 

Bukannya saya mengalah, tapi saya merasa jiwa saya tidak terganggu. Jadi biarlah dia marah-marah. Biarlah dia merasa puas dengan kemarahannya yang tidak dibantah oleh orang lain. Suatu ketika seorang teman mengatakan dia sedang sakit jiwanya sekarang. Lo, kok baru tahu sekarang. Teman-teman yang lain sudah tahu kalau jiwanya sakit sudah sejak lama.

Hobinya marah-marah. Maaf, kalau kamu sakit dan tensimu naik, bukan karena masalah pekerjaan. Semua itu memang kamu yang membuat keadaanmu seperti itu. Mengapa kamu tak pernah punya niat untuk mengurangi frekuensi marahmu? Mengapa kamu tak pernah punya niat untuk mengubah warna matamu, raut mukamu. 

Dengan marah-marah, energimu yang keluar jumlahnya besar. Mengapa kamu suka marah-marah? Karena kamu tak mau mendengarkan nasehat, tak mau membaca, dan akalmu sudah tak mampu bekerja.

Saya tidak suka dengan orang yang suka marah-marah. Di manapun saya berada, kalau ada orang marah-marah, saya hanya tertawa. Saya akan bilang kasihan deh lu. Gue tidak menerima kemarahanmu, bawalah kembali pulang apa yang sudah kamu ucapkan padaku.

Jangan suka marah-marah, dunia dan akheratmu akan terasa sempit.