Senin, 27 Februari 2017

Vertigo, Sensasi Berputar Tujuh Keliling (Bagian 2, Tamat)

Oleh : dr. Airin Angelina SpS
Apakah Anda pernah sakit kepala atau pusing? Beberapa orang mendefinisikan pusing dengan sakit kepala yang hebat. Namun, ketika rasa pusing menyebabkan penderitaan yang sangat hebat seperti merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak  memutar atau bergerak naik-turun, maka kondisi ini sering disebut dengan vertigo. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam atau hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
Vertigo bukanlah suatu penyakit, namun merupakan gejala suatu penyakit. Banyak sekali penyakit yang dapat memberikan gejala vertigo. Faktor neurologik, otologik, psikogenik, sistemik, dan faktor fisiologik dapat menyebabkan vertigo. Dengan mengetahui penyebabnya, diharapkan pengobatan lebih efektif.
Faktor neurologik, misalnya karena terjadinya gangguan peredaran darah pada sistema vertebrobasiler, gangguan pada otak kecil, neuropati, cedera kepala, cedera leher, ataupun karena adanya tumor otak.
Faktor otologik, bisa terjadi karena benigna paroxysmal positional vertigo (BPPV), meniere disease, infeksi telinga, gangguan pada telinga dalam. BPPV adalah salah satu jenis vertigo yang paling sering terjadi, adanya vertigo yang dirasakan berputar, timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi, bangkit dari tidur, menunduk atau menengadah, serangan berlangsung singkat, bisa disertai mual atau muntah.
Faktor psikogenik, bisa terjadi pada orang yang mengalami depresi, cemas, panic, fobia, ataupun gangguan psikosomatis. Faktor sistemik, bisa terjadi karena adanya gangguan kardiovaskular, peningkatan atau penurunan kadar gula darah, infeksi tubuh, atau karena intoksikasi obat-obatan. Beberapa obat yang dilaporkan dapat menyebabkan gangguan vestibular antara lain: kloroform, kokain, streptomisin, gentamisin, tobraamisin, cisplatin, salisilat dosis tinggi, kloroquin. Sedangkan factor fisiologik, misalnya vertigo yang terjadi karena melihat dari ketinggian ataupun karena mabuk gerakan.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan  meliputi pemeriksaan saraf cranial, motorik, keseimbangan, dan sensorik. Selain itu, pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan seperti MRI, CT-Scan atau Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA). Ini semua supaya dapat menemukan penyebab vertigo secara akurat. BERA merupakan alat yang efektif untuk mengevaluasi saluran atau organ pendengaran mulai dari perifer sampai batang otak, selain itu BERA dapat digunakan untuk mendeteksi dini adanya gangguan pendengaran bahkan sejak bayi baru lahir.
Pengobatan dilakukan sesuai jenis vertigo dan penyebabnya. Sebagian kasus vertigo bisa sembuh tanpa pengobatan. Hal ini dikarenakan otak berhasil beradaptasi dengan perubahan pada telinga bagian dalam. Pemberian obat untuk mengurangi  gejala disertai latihan fisik rehabilitasi untuk adaptasi keseimbangan.
Berikut beberapa tindakan pencegahan untuk vertigo, antara lain menerapkan gaya hidup   sehat, mengurangi factor resiko seperti mencegah stroke, kolesterol tinggi, kadar gula tinggi, dan berat badan berlebih; menjalani perawatan sesuai penyebabnya, mengendalikan diri agar pikiran dan perasaan tidak tertekan sehingga terhindar stress.
(SELESAI)

Sumber: Kedaulatan Rakyat, Hari Minggu, 26 Februari 2017, HUSADA, halaman 10

Minggu, 26 Februari 2017

Vertigo, Sensasi Berputar Tujuh Keliling (Bagian 1)

Oleh : dr. Alrin Angelina SpS
Apakah Anda pernah sakit kelapa atau pusing? Beberapa orang mendefinisikan pusing dengan sakit kepala yang hebat. Namun, ketika rasa pusing menyebabkan penderitaan yang sangat hebat seperti merasakan benda-benda di sekitarnya bergerak-gerak  memutar atau bergerak naik-turun, maka kondisi ini sering disebut dengan vertigo. Vertigo bisa berlangsung hanya beberaapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam atau hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.
Vertigo bukanlah suatu penyakit, namun merupakan gejala suatu penyakit. Banyak sekali penyakit yang dapat memberikan gejala vertigo. Factor neurologic, otologik, psikogenik, sistemik, dan factor fisiologik dapat menyebabkan vertigo. Dengan mengetahui penyebabnya, diharapkan pengobatan lebih efektif. (Bersambung)

Kedaulatan Rakyat, Hari Minggu, 26 Februari 2017, HUSADA, halaman 10)

Sabtu, 25 Februari 2017

Bertanam Sayuran Dalam Pot

Menemukan majalah edisi lama, lalu saya tulis ulang pada tahun 2012 yang lalu, sesuatu banget. Semoga bisa memberikan manfaat untuk orang lain.

“Menanam dan memetik sayuran yang dirawat sendiri memberikan kepuasan sendiri bagi pemiliknya. Hal itu tidak salah sebab selain dapat mengembangkan hobi menanam sayuran, pemiliknya juga merasa lebih aman mengkonsumsi sayuran dalam keadaan segar.

Apapun alasannya, menanam sayuran dalam pot memang sedang ngetren saat ini. Bahkan kalau di awal tahun 1980-an hanya cabe dan terung saja yang sering dipotkan, kini beragam sayuran dapat tumbuh subur di dalam pot karena perawatannya relatif sama.

Sayuran dalam pot memang menarik, bahkan dapat dipajang di teras rumah sebagai tanaman hias. Bagi orang yang mempunyai sedikit waktu luang, menanam sayuran dalam pot/polybag cukup mudah dilakukan. Apalagi benih sayuran dapat diperoleh di toko-toko pertanian.

Banyak metode penanaman yang dapat dipakai untuk mengembangkan hobi ini. Ada sayuran yang dapat langsung ditanam benihnya di dalam wadah tetap, misalnya kacang-kacangan, bayam cabut, atau kangkung darat. Ada juga yang benihnya perlu disemaikan terlebih dahulu di wadah persemaian, misalnya terung, cabai, tomat, kubis, selada dan sawi. Namun untuk mendapatkan tanaman yang pertumbuhannya baik, sebaiknya benih disemaikan dahulu di wadah semai. Setelah itu dipindahkan ke pot/polybag untuk menyapih. Setelah tanaman kuat, baru dipindahkan ke pot.

Berikut ini teknik yang baik bertanam sayuran dalam pot.
1.    Benih sayuran. Dipilih yang baik, sehat, mengkilap, berisi, tidak cacat atau berjamur.
2.    Wadah media, terdiri dari kotak semai (kotak kayu, nampan plastik dan lain-lain), wadah sapih (polybag ukuran 10-15 cm), dan wadah tetap (pot, ember, atau polybag ukuran besar). Semua wadah harus diberi lubang di bawahnya.
3.    Alat-alat pertanian sederhana seperti sekop kecil, penyemprot tangan, gembor, dan perlengkapan mini garden toor.
4.    Media semai berupa campuran tanah dan pupuk kandang, pasir dan pupuk kandang, atau tanah, pasir, pupuk kandang dengan perbandingan yang sama ( 1:1:1 ).
5.    Media tanam berupa campuran tanah, pasir dan kompos atau tanah, sekam padi, dan kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1.
6.    Pupuk anorganik (misalnya urea, ZA, TSP, KCl, NPK dan pupuk daun) dan pestisida (misalnya Antracol dan Dithane sebagai fungisida, serta Basudin dan Decis sebagai insektisida).
7.    Campurkan media semai secara merata dan diratakan ketebalannya sekitar 7 cm di dalam kotak semai. Media semai disediakan minimal seminggu sebelum digunakan agar benar-benar kompak.
8.    Rendamlah benih sayuran ke dalam air atau larutan perangsang tumbuh selama 10 menit untuk mempercepat perkecambahan benih.
9.    Taburkan benih ke atas media dan ditutup kembali dengan lapisan media tipis di atasnya lalu disiram tiap hari. Benih akan berkecambah dalam 3-7 hari.
10. Jika telah berkecambah siramlah kecambah setiap hari sampai siap dipindahkan ke polibag pada umur 1-2 minggu. Penyiraman harus hati-hati jangan sampai membongkar media atau merusak kecambah di persemaian.
11. Campurkan semua komponen media tanam secara merata dan biarkan terkena sinar matahari selama 1-2 minggu, lalu masukkan sampai setinggi 5 cm dari bibir polibag dan dipadatkan dengan tangan.
12. Angkat bibit di persemaian secara hati-hati untuk dipindahkan ke dalam polibag. Pemindahan dilakukan pada sore hari.
13. Tempatkan bibit yang akan dipindahkan tepat di bagian tengah polibag dan tambahkan sisa media hingga memenuhi polibag. Padatkan dan tempatkan polibag di tempat yang teduh.
14.  Lakukan penyiraman bibit sebanyak 2-3 kali sehari agar media tidak kekeringan.
15. Jika tanaman sudah cukup kuat untuk dipindahkan (umur 2-3 minggu), tanggalkan polibag secara hati-hati, jangan sampai merusak akar dan media tanam lama.
16. Isilah wadah tetap dengan media tanam serupa sedia sapih hingga mengisi sepertiga bagian wadah, lalu letakkan tanaman beserta tanah lamanya ke dalam wadah tetap.
17. Tambahkan media tanam ke dalam wadah sampai 1 cm di bawah bibir wadah lalu dipadatkan.
18. Lakukan penyiraman setiap hari dan seminggu sekali dipupuk dengan larutan pupuk berdosis satu sendok makan per 20 liter air. Untuk sayuran daun cukup dipupuk N saja, sedangkan untuk sayuran bunga dan buah di pupuk N, P, dan K. Dapat juga ditambah penyemprotan pupuk daun.
19. Apabila terjadi serangan hama dan penyakit, pestisida dapat digunakan sesuai dosis dan frekuensi semprot yang dianjurkan. Namun sebaiknya pemakaian pestisida diupayakan ditekan seminimal mungkin.

20. Lakukan penyiangan rumput liar dan penggemburan tanah secara rutin untuk menjamin kesuburan tanaman. 
(Trubus 296-TH XXV- JULI 1994)

Jumat, 24 Februari 2017

Sayuran Kebun Organik


Back to nature, demikian slogan yang kini sering terdengar di mana-mana. Sayuran pun dituntut bebas pestisida, dan kembali ke budidaya tanpa bahan kinia sama sekali (secara organik).
          Dulu, ketika sayur-sayuran ditanam tanpa semprotan insektisida berbahan kimia konsumen di Jerman dan Amerika tidak heboh. Ketika penyemprotan itu dilakukan timbul bermacam-macam perdebatan antara yang anti pemakaian racun dan yang masih mempertahankannya. Yang pro mengatakan,”Penyemprotan racun serangga mutlak perlu kalau tidak mau hasil kebun merosot karena rusak terserang hama!” Sebaliknya yang anti mengatakan, “Penyemprotan dilakukan dengan cara lain saja yang tidak menggunakan racun kimia!”
Sejauh ini memang belum ada kecelakaan yang mengakibatkan kematian mendadak, kalau makan sayuran beracun.
Di Eropa dan Amerika juga timbul imbauan yang meluas di kalangan konsumen, agar jangan menyemprotkan racun serangga lagi pada sayuran dan buah-buahan berkulit lunak seperti wortel, tomat, melon, kubis.
Tergerak dengan imbauan itu, beberapa petani pekebun beralih berkebun sayur tanpa racun kimia setetes pun. Cara ini kemudian ditiru oleh beberapa pekebun sayur di Pulau Jawa, dengan jenis sayur dan tanaman pendukung yang sesuai dengan lingkungan setempat.

ALAMI
Untuk memberantas ulat, disemprotkan ekstrak biji mimba yang efektif menumpas ulat, larva ulat, dan larva kumbang. Ini digabung dengan menaruh daun-daun mimba di antara barisan tanaman, untuk menghalau ulat yang lolos dari pengaruh penyemprotan. Kadang juga diikuti penyemprotan larutan merica putih pada sayuran yang diserang ulat.
Untuk mencegah kutu Aphis dipakai kertas timah atau aluminium foil yang mengkilap, di antara tanaman. Pantulan sinar matahari yang menyilaukan membuat kutu penghisap tanaman tidak mau mendekat. Apabila masih ada kutu disemprot dengan air sabun, perasan daun pepaya, bawang merah, atau sari daun lantana.
Sebelumnya, pada penanaman bibit sayuran (pindahan dari persemaian), petani organik juga menanam jenis penghalau serangga, di antara barisan tanaman utama, seperti bawang daun, tomat, kenikir, dan jenis lain yang mengeluarkan bau busuk.
Ini semua masih ditambah dengan perlindungan menyeluruh bagi seluruh kebun sayur, berupa pagar keliling dari tanaman yang tidak disukai serangga. Kembang sepatu, lantana, dan beluntas sangat efektif menghalau serangga. Sangat boleh jadi serangga-serangga itu lalu terbang ke kebun tetangga saja yang belum berkebun organik.
Kalau pagar hidup ini belum efektif karena masih muda, dipasanglah tumpukan daun dan batang tanaman sebagai pagar mati. Kulit durian yang busuk, kulit pinang yang menyengat, cincangan batang tembakau yang menusuk hidung, atau daun mimba dan daun mindi  yang pahit. Pagar busuk dan pahit ini juga tidak disukai oleh serangga. Kebun sayur pun selamat dari serbuan serangga-serangga.
Untuk mencegah hama serangga yang lebih permanen, dimanfaatkan jasa-jasa baik para serangga parasit yang memakan serangga dari dalam, seperti kaum penyengat Apanteles plutellae dan Diadegma cerophaga. Mereka bertelur di tubuh ulat kubis, dan larva yang menetas di tengah-tengah daging ulat tinggal menggerogoti saja. Ulat kubis itu mati dari dalam.

PUPUKNYA JUGA  BAHAN ORGANIK
Untuk mempertahankan kesuburan tanah tidak dipakai pupuk kimia buatan pabrik, melainkan bahan organik alami. Sebab, pupuk kimia makin lama makin merusak struktur tanah. Memang hasil tanaman meningkat, tapi tanah makin keras sehingga sukar diolah.
Sebaliknya, tanah yang tetap gembur karena dibari bahan organik seperti pupuk hijau, kompos, dan pupuk kandang, lebih mudah (dan murah) dikerjakan.  Bahan ini diberikan setiap kali mau mulai bertanam. Jumlahnya perlu banyak, karena jumlah N dalam pupuk organik, terutama pupuk hijau, sedikit.
Pupuk hijau diperoleh dari tumbuh-tumbuhan yang sengaja ditanam sebelumnya di tepian kebun atau di petakan khusus dalam kebun. Biasanya digunakan enceng-enceng, orok-orok, lamtoro, kacang-kacangan. Kalau tiba waktunya mengolah tanah menjelang bertanam sayuran, tanaman pupuk hijau itu ditebang untuk dibenamkan seluruh batang dan daunnya dalam tanah. Tanaman kacang-kacangan membentuk bintil akar yang ditebengi bakteri pengikat nitrogen bebas dari udara. Kalau dibenamkan dalam tanah, bintil-bintik akar itu menambah jumlah nitrogen dalam tanah.

PENAMPILAN KURANG MENARIK

Sayuran hasil kebun organik wujudnya kurang menarik. Harga lebih tinggi karena butuh biaya lebih besar untuk menggantikan faktor-faktor yang berbau kimia/buatan sehingga belum ada yang memproduksi secara massal. Namun demikian kalau cara ini diterapkan konsisten dan murni organik, sayuran yang dihasilkan akan lebih aman dikonsumsi. (Slamet Suseno)

Jangan Menyerah Dalam Menulis

Beberapa penulis yang saya kenal, ternyata mereka berjuang dengan susah payah di awal menulis. Kala itu mereka sudah menjadi penulis pemula (mungkin saya lagi asyik menanam sayuran). Sekali menulis lalu dikirim ke media, menunggu kabar ternyata tidak ada kabar. Tulisan kedua dikirim lagi lewat pos dengan biaya yang tidak sedikit, tidak dimuat juga. Tulisan ketiga, keempat, kelima dan seterusnya ternyata tidak ada yang dimuat!
Apakah mereka patah semangat lalu berhenti menulis? Tidak semuanya patah semangat. Sebagian dari mereka tetap menulis. Setelah tulisan kesekian kali, barulah pecah telur. Rasanya bahagia sekali.
Ada teman yang tulisannya belum pernah dimuat di media, beliau malah ganti haluan menulis buku. Ternyata, rezeki beliau jatuh pada menulis buku. Beberapa buku bahkan best seller dan cetak ulang. Rasanya bikin iri!
Tiap orang memang berhak memutuskan sendiri mau menjadi penulis apa. Ada yang rezekinya jatuh pada menulis artikel, mengikuti lomba menulis, menulis buku religi, menulis buku fiksi, non fiksi, cerita anak, menulis buku pelajaran, menjadi ghost writer, dan lain-lain. Kalau sudah begitu maka tidak ada yang mengeluh lahannya diambil orang lain.
Penulis-penulis yang saya kenal tersebut memulai dari nol, dengan diawali penolakan-penolakan, lalu eksis dan sekali banyak dikenal orang. Rumusnya adalah jangan menyerah meskipun beberapa kali ditolak.
Bagi saya sendiri, tulisan/naskah ditolak, tidak saya permasalahkan. Malu? Mengapa harus malu? Saya dan redaksi tidak saling kenal dan tidak tatap muka, jadi santai saja. Dia tidak mengenal saya secara langsung. Kecuali kalau kita saling berhadapan, mungkin ada rasa malu ketika naskah kita dikembalikan. Apalagi kalau dalam pengembalian naskah diiringi dengan kata-kata yang kurang berkenan dan menohok. Mungkin muka kita memerah, dan mereka tahu hal itu!
Penulis itu tugasnya menulis. Dan, setiap tulisan pasti ada jodohnya. Allah sudah mempersiapkan rezeki untuk tulisan kita. Jangan pernah menyerah dalam menulis meskipun ada penolakan-penolakan. Tetaplah bersemangat dalam menulis!

Karanganyar, 24 Februari 2017

Kamis, 23 Februari 2017

Ketemu Mantan

Pagi yang (sudah) hujan. Meskipun aku sudah bangun lebih pagi dari biasanya tetapi aku tetap tergesa-gesa. Ada yang membuat pekerjaanku tidak segera aku sentuh karena Fitri mendadak minta padaku untuk mengerjakan PR.
Setelah Fitri meninggalkan rumah, tinggallah aku menyiapkan keperluan si kecil. Sebenarnya, setiap hari aku sudah mengingatkan kepada Fitri untuk menyelesaikan tugas pada malam hari. Entah mengapa, Fitri sudah tidur sejak awal malam. Mungkin kelelahan karena baru saja membuat tugas tata boga di rumah temannya.
Gelombang kedua sudah selesai, si kecil sudah berangkat sekolah. Aku mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Masih ada cukup waktu. Ketika sepeda motor sudah siap untuk distarter, aku melihat ada kendaraan yang masuk halaman rumahku.
Aku batal menghidupkan sepeda motor. Aku turun dari sepeda motor. Ku langkahkan kakiku mendekat dua orang pengendara sepeda motor. Ternyata, muridku dan seseorang. Tutup muka tidak aku lepas. Jadi, aku seperti memakai cadar.
“Selamat pagi, Bu Mursalin,”sapa Jaka
“Selamat pagi. Ada perlu apa, ya?”
“Maaf, Bu. Saya, ayah Jaka. Hari ini mau minta izin, Jaka tidak masuk sekolah karena Ibunya mau menjalani operasi tumor payudara.”
“Iya, Pak. Saya mengizinkan. Semoga ibu segera pulih kembali dan sehat.”
Aku buka tutup muka. Lelaki itu kaget. Pasti lelaki itu tidak pernah menyangka kalau wali kelas anaknya adalah mantannya, yang ditinggal begitu saja. Karena aku juga memburu waktu maka aku izin segera berangkat ke sekolah.

Karanganyar, 23 Februari 2017

Penulis Senior Juga Ada Saatnya Merasa Jenuh

Beberapa hari yang lalu, saat Kopdar IIDN Solo, ada anggota yang beberapa waktu terakhir jarang menulis/mengisi blognya. Padahal blognya sangat ditunggu-tunggu pembaca. Menurut pengakuan sang teman, beliau sedang tidak mood alias macet. Penulis senior dengan jam terbang yang tinggi saja mengalami kejenuhan dan kemacetan dalam menulis apalagi penulis pemula.
Bagi penulis pemula seperti saya ini, sering dilanda rasa jenuh. Hanya karena komitmen untuk menulis setiap harilah yang membuat saya tetap menulis. Kalau sudah jenuh menulis, biasanya saya membaca-baca tulisan seorang penulis yang berkaitan dengan dunia penulisan. Dengan seperti itu, maka semangat menulis akan muncul lagi.
Suatu saat, saya juga akan memotivasi diri sendiri dengan hal yang berupa materi. Virus matrenya keluar. Kalau saya tidak menulis, tidak berkarya, tidak kirim naskah ke media, lalu kapan tulisan saya akan muncul di media? Kalau tulisan saya tidak muncul di media, kapan saya dapat honor atau dapat uang?
Mau tidak mau atau dengan kata lain meskipun dengan terpaksa, saya harus menulis. Menulis itu sudah merupakan kebutuhan. Kalau orang lain masih merasa terpaksa menulis, lain halnya dengan saya. Kakak saya sendiri juga heran, kok saya bisa menulis setiap hari? Jawab saya waktu itu karena saya memiliki komitmen untuk menulis setiap hari.
Pada awalnya memang berat tapi karena sudah menjadi kebiasaan, jadi semua bisa berjalan. Kadang-kadang, walaupun mata berat dan sudah mengantuk, setidaknya saya menulis judul dan satu alenia pembuka dulu. Hal itu saya lakukan agar saya segera menyelesaikan tulisan.
Sebenarnya banyak yang ingin dituliskan. Tapi kalau sudah berhadapan dengan laptop, sering yang sudah ada dalam angan-angan tidak mau muncul. Jadi, begitu banyak ide yang bertebaran saat kita melakukan aktivitas selain menulis, begitu mau diwujudkan dalam bentuk tulisan, entahlah ide-ide tersebut tiba-tiba pergi satu per satu.
Itulah kesempatan untuk mengumpulkan serpihan ide yang masih tersisa. Mumpung masih ada semangat menulis. Lalu, bagaimana bila merasa jenuh dan bosan dalam menulis? Berhenti sejenak! Tidak perlu memaksakan diri. Carilah udara segar, keluar rumah bersepeda mengelilingi perumahan atau bersepeda di sekitar sawah.
Jangan terlalu lama dalam berhenti menulis ini. Kalau sudah cukup mendapatkan penyegaran, segera menulis lagi. Tidak akan ada orang yang memaksa-maksa kita untuk menulis. Tidak ada orang yang dengan ikhlas/suka rela menunggu mood kita datang. Ayo, segera menulis lagi. Bosan dan jenuh, tidak ada yang melarang tapi jangan keterusan.

Karanganyar, 24 Februari 2017

Rabu, 22 Februari 2017

Meluangkan Waktu Untuk Menulis dan Berkumpul dengan Penulis

Ada beberapa orang yang menghabiskan waktu untuk mengobrol dan bercanda. Ada yang asyik jalan-jalan ke mall dan berbelanja. Ada yang bersepeda, berolahraga dan lain-lain. Semua memiliki alasan mengapa melakukan semua itu dalam mengisi waktunya. Dan, mereka mengklaim bahwa apa yang dilakukan bermanfaat.
Sebagai seorang yang memiliki hobi menulis, maka waktu luang saya gunakan untuk menulis.   Selain menggunakan waktu luang, saya juga harus meluangkan waktu untuk menulis. Kadang-kadang kalau tidak meluangkan waktu untuk menulis, tidak ada waktu. Bila menulis hanya menggunakan sisa waktu maka hasilnya kurang maksimal.
Berkumpul dengan penulis, juga harus meluangkan waktu khusus. Sering agenda kopdar dan acara lainnya waktunya bersamaan. Suatu saat saya tidak bisa datang di acara kopdar karena ada acara yang lain yang lebih penting. Kalau sering tidak mengikuti kopdar, lama kelamaan menganggap acara kopdar penulis ini tidak penting.
Oleh sebab itu, saya harus berusaha semaksimal mungkin untuk meluangkan waktu. Bertemu teman menulis itu sangat menyenangkan. Kita bisa menimba ilmu dari mereka yang lebih berpengalaman secara gratis.
Saya juga akan meluangkan waktu untuk menulis. Kalau kita bersungguh-sungguh dalam menulis, waktu yang kita gunakan juga tidak banyak. Cukup 30 menit sampai 2 jam saja.

Karanganyar, 23 Februari 2017

Sebarkan Virus Menulis Kepada Keluarga

Sejak awal kembali menulis, saya mengajak anak saya untuk menulis. Untuk Faiq yang kala itu masih SD, saya minta untuk menceritakan pengalamannya sehari-hari lalu mengirimkannya ke Koran Kedaulatan Rakyat dan Solopos. Memang, satu kali tulisan pengalaman Faiq pernah dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat dan mendapat honor. Tapi, setelah itu Faiq tidak mau menulis lagi.
Selain kepada anak, saya juga mengajak suami untuk menulis. Kebetulan, suami guru olahraga yang pengalamannya luar biasa banyak. Kegiatan di luar jam sekolah juga penuh, baik olahraga, bimbingan terhadap anak didik, ekstrakurikuler, dan lain-lain. Seandainya setiap kegiatan/pengalamannya bersama anak didik atau kegiatan di luar jam sekolah dituliskannya, tentu seru dan bisa dicontoh oleh orang lain, terutama murid-muridnya. Namun, sayangnya suami tidak mau menulis.
Suami memang suka membaca. Bahkan, suami ini pembaca setia blog keroyokan Kompasiana. Alangkah bermanfaatnya bila kita menuliskan sedikit pengetahuan dan pengalaman kita untuk orang lain.
Ternyata, tidak mudah mengajak orang lain (keluarga sendiri) untuk menulis. Meskipun Faiq sering mengisi blog dan pembacanya banyak, tapi blognya berisi gado-gado dan masih suka-suka. Padahal Faiq memiliki pengalaman memotret, lo. Alangkah bermanfaatnya kalau dia bisa menuliskan tentang tutorial.
Saya salut terhadap teman-teman penulis, di mana mereka juga sedikit memaksa anak-anaknya untuk menulis. Seperti yang dilakukan oleh mbak Nurul Chomaria, dia memaksa anaknya untuk menulis lalu diberi honor setiap karyanya yang selesai ditulis.
Dulu saya juga pernah memberi iming-iming begitu untuk Faiq, tapi anaknya tidak mau dipaksa. Ya, sebagai orang tua saya memang harus sabar. Saya ikuti saja kemauannya. Semoga kelak, suatu saat Faiq segera menyadari pentingnya menulis. Lebih-lebih, Faiq mengetahui bahwa menulis itu bisa mendatangkan materi. Pasti dia akan ketagihan.
Ketika saya seusia Faiq (kelas 2 SMA), saya mulai menulis dan berhasil tembus media. Waktu itu tidak ada yang memaksa. Saya mempunyai inisiatif sendiri. Kemudian mendapat dukungan dari keluarga. Alangkah bahagianya saat itu. Padahal waktu itu menulis tidak gampang. Proses menulis artikel dengan mengetik secara manual perjuangannya lebih berat dibanding dengan menulis saat ini.
Saya tetap tidak bosan mengajak keluarga saya untuk menulis. Kalau saya bisa mengajak orang lain untuk menulis, mengapa saya tidak berhasil mengajak keluarga sendiri untuk menulis?

Karanganyar, 22 Februari 2017

Selasa, 21 Februari 2017

Menulis Itu Harus Dipaksa

Adakah yang menulis karena terpaksa? Tak perlu menunjuk orang lain. Menulis itu harus dipaksa. Kalau kita tidak memaksakan diri, kita tidak akan memulai menulis. Atau bila kita kehilangan mood, lantas tidak segera memulai menulis maka kita akan semakin terlena. Waktu kita akan terbuang sia-sia. Banyak hal yang harus kita tulis, tapi tidak segera dimulai, akhirnya apa yang ada di angan-angan dan pikiran kita akan segera hilang. Rugi, bukan?
Untuk itu, dalam kondisi apapun, segeralah kita menulis dan jangan menunda-nunda. Semakin kita menunda-nunda waktu, semakin banyak hal-hal yang baik berlalu begitu saja.
Memang awalnya kita harus memaksa diri kita sendiri. Orang lain tidak akan membantu kita menjadi penulis kalau kita tidak memaksa diri kita sendiri. Orang lain hanya bisa memberi dukungan, menyemangati, memuji, dan memberikan masukan. Selebihnya kalau kita tidak mau bergerak, tidak mau memulai, semua itu tidak akan ada artinya.
Mungkin, awalnya kita merasa terpaksa harus menulis. Suatu saat menulis akan menjadi sebuah kebiasaan. Sepertinya kalau tidak menulis, ada sesuatu yang kurang. Pada tahap berikutnya, menulis adalah kebutuhan kita. Entah itu karena ada imbalan materi atau bukan, yang jelas kalau tidak menulis maka kita merasa rugi.
Tidak mengapa kita sekarang merasa terpaksa menulis, semoga dari keterpaksaan tersebut maka kita akan menuai hasil yang memuaskan.

Karangnayar, 21 Februari 2017

Mendapat Honor Menulis dari Diri Sendiri

Rasanya lucu dan aneh ya, mendapatkan honor dari diri kita sendiri. Sebenarnya hal ini dilakukan untuk memacu kita agar tetap semangat dalam menulis. Tidak peduli nantinya yang kita tulis layak muat di media atau layak diterbitan jadi buku atau tidak. Yang jelas, dengan memberi honor kepada diri sendiri berarti kita sudah menghargai usaha keras kita dalam menulis.
Kalau kemudian tulisan kita dimuat di media dan mendapat honor, atau naskah kita dibeli orang atau kalau sudah terbit dan mendapat royalty, maka itu rezeki nomplok yang tak pernah kita duga sebelumnya. Kita semakin tambah bersyukur.
Misalnya, setiap satu halaman selesai kita tulis, kita hargai dengan honor beberapa ribu rupiah. Kalau sebulan kita bisa menulis 60 halaman, berarti kita mendapat honor berapa rupiah. Namun, yang disayangkan adalah kita mudah bosan, jenuh dan patah semangat bila tulisan kita tidak dimuat atau ditolak.   
Sudahkah kita menulis rutin setiap hari? Mungkin, mulai sekarang saatnya untuk menerapkan memberi honor pada diri sendiri. Tujuannya agar kita berusaha menulis lebih baik lagi.

Karanganyar, 21 Februari 2017

Tugas Penulis

Tugas penulis


Tugas pedagang, jualan
Tugas pesepeda, bersepeda
Tugas penulis, menulis


Untuk para pemula, memulai menulis disarankan jangan mengikuti pelatihan dulu. Kalau mengikuti pelatihan terus selesai pelatihan tetap tidak menulis, rugi dong sudah keluar tenaga pikiran materi. Sebaiknya banyak berlatih menulis, dengan mengintip gaya menulis orang-orang lalu tentukan gayamu. 

Kalau sudah yakin menulis secara konsisten dan lebih baik dari awal, boleh mengikuti pelatihan. Habis mengikuti pelatihan, bersabarlah untuk menulis lagi. Jangan patah semangat kalau ada kritik dan masukan dari para pembaca.

Semoga bermanfaat. Saya menulis saja

KOPDAR IIDN Solo Februari 2017 di SFA Steak Karanganyar

Kopdar IIDN Solo kemarin (Minggu, 19 Februari 2017)

Saya banyak menimba ilmu dari teman-teman. Rasanya terharu sekali, tiga tahun kebersamaan dengan kemajuan prestasi. Saya memang belum bisa menularkan ilmu tapi setidaknya saya menyebarkan virus kepedean. Nih, penulis yang mulai dari nol. Yang belum punya prestasi, tidak malu untuk belajar di usia tak muda lagi.

Saya belum bisa banyak berbagi, saya cukup berbagi jambu kristal dan mata nenek. Semoga bermanfaat.

Selamat ya, buat kemarin yang dapat hadiah hadir buku Aku Mau Jadi Penulis Cerita Anak. Buku itu karya orang-orang besar lo. Seperti penulis tampan pak baim. 

(Semoga penulisnya tidak tersipu terus inbox)

Minggu, 19 Februari 2017

Jangan Mudah Tertipu dengan Perubahan Wajah Seseorang

Ketika Maharani memoleskan lipstick warna merah muda, beberapa teman di kantornya spontan berkata,”wow beda.” Tapi ada juga yang berkata pelan, takut menyinggung dg ucapan, “maaf, itu bukan Anda yang sebenarnya.” Ada yang bilang, nah sekarang tambah segar tidak kelihatan pucat. Tapi sebagian besar menyarankan pada Maharani untuk berhias seperti saban harinya saja. (yang menyarankan seperti ini bukan Ibu-ibu lo, nanti dikira saingan). Lebih teduh dan lebih kalem.
Dari sekian pendapat teman-teman, Maharani memilih menjadi dirinya sendiri dan kembali seperti semula dengan make up minimalis. Lipstiknya warna cokelat atau pink teduh. Itulah uji coba yang dilakukan Maharani. Ternyata ada yang tidak mudah tertipu dengan penampilan barunya.
Masukan teman Maharani sungguh bermanfaat agar dia tidak salah menggunakan make up. Maharani memang tipe perempuan sederhana dan tidak neko-neko. Ternyata perubahan sedikit saja sudah kelihatan nyata.
Suatu ketika Maharani memakai make up minimalis, bedak dan lipstick seperti biasanya. Hanya saja pada bulu mata bagian bawah ditambah garis pencil hitam sedikit saja. Ternyata, itu juga menjadikan wajahnya berubah.
Banyak orang yang pangling, atau hampir tak mengenalnya hanya karena make up yang berbeda dari biasanya. Jangankan orang lain, suaminya saja, Mahendra juga kaget kalau Maharani memakai make up berlebihan. Dan reaksinya menolak. Lantas Mahendra memperingatkan,”tidak usah menjadi orang lain.”
Tentu saja Maharani kembali ke sifat aslinya/asalnya, yang sederhana, kalem, tenang, tidak menor, tidak berlebihan dan apa adanya. Make up yang dipakai yang minimalis saja, biar tidak banyak mengeluarkan biaya untuk kosmetik. Selain itu tidak menjadi bahan pembicaraan orang lain. Dibicarakan baik dan buruk, toh tidak berpengaruh.

Selain make up, yang menjadi perhatian teman-temannya adalah model berkerudungnya. Asal beda sedikit nanti juga dikomentari. Dunia ini memang penuh dengan penilaian. Semoga Maharani tidak terpengaruh dengan penilaian manusia. Baginya hanya Allah yang memiliki hak untuk menilainya.

Jumat, 17 Februari 2017

Muka Kelihatan Jelek Karena Tidak Tersenyum

Seorang kenalan bercerita bahwa dia baru saja bertemu saudaranya. Saudaranya ini kelihatan kurus, lebih tua dan jelek. Glek, kata yang terakhir inilah yang membuat saya mengernyitkan kening.
Sebenarnya kita tidak boleh menghina fisik seseorang, sebab fisik seseorang adalah ciptaan Tuhan. Kalau kita menghina fisik seseorang berarti menghina Tuhan. Ternyata yang dimaksud fisik di sini bukan cacat mukanya melainkan raut mukanya yang menjadi jelek karena suatu hal. Yaitu karena saudara kenalan saya ini jarang (sukar) untuk tersenyum.
Benar juga, orang kalau tidak pernah tersenyum biarpun cantik tetap saja kelihatan jelek. Atau seganteng apa, kalau cemberut terus, mana kelihatan gantengnya. Orang yang pelit tersenyum, mencerminkan keadaan hatinya.
Benar juga, salah satu bentuk sedekah adalah tersenyum pada orang lain. Dan, orang yang murah senyum akan disegani orang, didekati orang lain (yang sudah mengenalnya). Bandingkan kalau kita berdekatan dengan orang yang cemberut. Jangan-jangan kita kena imbas dari suasana hatinya.
Tersenyumlah, karena tersenyum tak memerlukan biaya yang besar dan energy yang besar. Orang yang cemberut mengeluarkan energy yang cukup besar. Membiasakan diri tersenyum pada orang yang kita kenal bisa dilatih. Kalau kita murah senyum, ada keuntungan yang akan kita peroleh.
Kalau tersenyum hanya memerlukan sedikit energy, menambah kecantikan kita, menambah saudara, masihkah kita pelit untuk tersenyum? Kalau cemberut dan pelit senyum menguras energy dan membuat muka kita tambah jelek dan lebih tua, apakah kita mau mempertahankan? Apakah kita tidak mau meninggalkan muka cemberut?
Mungkin yang dimaksud kenalan saya jeleknya muka saudaranya itu karena pelit senyum bukan cacat fisik. Semoga kita termasuk golongan orang yang murah senyum dan cantik.

Karanganyar, 17 Februari 2017

Rabu, 15 Februari 2017

Manfaat Dompet-dompet Besar dalam Tas

Biasanya perempuan direpotkan dengan beberapa bawaan ukuran kecil-kecil dalam jumlah yang banyak. Kaum perempuan tidak hanya membawa dompet yang berisi uang kertas saja. Kalau hanya membawa satu dompet saja, apakah uang recehnya juga akan dimasukkan dalam dompet tersebut. Tentu saja tidak, bukan? Kalau benda kecil-kecil tersebut tidak dimasukkan dalam wadah pasti akan membuat kesulitan mencari bila sedang kita butuhkan.
Sebaiknya memang kita kumpulkan/satukan benda-benda kecil tersebut dalam satu wadah untuk tiap kategori. Dompet-dompet ukuran besar (sesuai kebutuhan) bisa menjadi solusi.
 Misalnya, uang receh kita masukkan ke dalam dompet ukuran sedang sesuai kebutuhan. Make up minimalis (bedak dan lipstick), jadikan satu dalam dompet yang lain. Gunting kecil, pemotong kuku, silet, cutter, kita masukkan dalam satu dompet. Kertas-kertas kecil berupa nota, kuitansi, buku tabungan yang mau kita gunakan, kita masukkan dalam satu dompet.
Kabel data, kabel penyambung hidup hp alias charge, powerbank, headset, juga bisa dimasukkan dalam satu wadah. Minyak kayu putih, balsam, plester, cairan antiseptic (untuk luka), dan obat oles kita masukkan dalam satu wadah.Dan yang terakhir adalah obat-obatan. Itu beberapa contoh yang sering dibawa kaum perempuan.
Ternyata, dengan menjadikan satu benda-benda dalam satu kategori, memudahkan kita untuk mengambil. Di samping itu juga isi tas lebih rapi alias tidak berantakan.
Karanganyar, 15 Februari 2017

Senin, 13 Februari 2017

Anak Doyan Makan Setelah Sakit

Beberapa hari yang lalu si kecil batuk berat. Badannya panas, batuk tiada henti, baik siang maupun malam. Kalau kebanyakan minum lalu muntah. Apalagi bila minum susu, baru saja susu masuk kerongkongan, begitu batuk muntah semua. Bahkan apa yang ada di perut ikutan keluar. Suaranya serak, kalau malam hari kadang saya tak tega mendengar suara batuknya. Nafsu makan berkurang, wajahnya sangat jauh berbeda kelihatan tirus. Berat badan turun sekitar 3 kg.
Mungkin sekarang sudah merasa nyaman dan batuknya jauh berkurang. Suara aslinya juga sudah kembali lagi seperti semula. Sejak dua hari yang lalu si kecil minta makan padahal baru saja makan. Orang Jawa menyebut dengan maruki. Maruki artinya ingin makan terus, dan tidak kenyang-kenyang.
Saya bersyukur, Allah mengembalikan nikmat sehat si kecil. Ingin rasanya memenuhi segala keinginannya. Mungkin saya dianggap terlalu berlebihan. Tapi bagi saya sendiri, ini perlu disyukuri dengan berlebihan (bersyukur itu jangan setengah-setengah). Ketika si kecil minta lauk L, saya langsung memenuhi. Ketika si kecil menyebut SG, saya belikan tanpa sepengetahuan dia. Ketika ada pedagang S lewat dan dia menunjuk, langsung saya belikan. Saya tidak mau menyia-nyiakan waktu. Mumpung si kecil mau makan, mumpung si kecil tidak lagi muntah.
Sore ini, si kecil minta makan nasi lele. Karena suami membeli  mentah nangka muda dan daun melinjo, serta tempe maka saya langsung mendadak jadi koki. Dalam waktu singkat sayur dan lauk siap santap. Satu jam kemudian si kecil minta S. Terpaksa Ayah mengajak membeli S padahal udara di luar dingin.
Sampai di rumah, yang dibeli bukan S melainkan lele. Saya biarkan si kecil mengambil nasi. Begitu saya lihat piringnya penuh, saya bilang nasinya dikurangi. Si kecil langsung wajahnya njaprut ditekuk, mulutnya dimonyongkan. Marah dia! Dia menolak untuk mengambilkan nasi sambil berkaca-kaca matanya.
“Harus habis lo.”
“Pasti habis Um.”
Makannya lahap, benar-benar lahap seperti anak yang sudah seharian tidak bertemu nasi. Alangkah kagetnya saya karena nasi yang diambil habis tanpa sisa. Oh, ternyata lapar juga. Tapi, mungkin ini efek dari sakit yang sudah sembuh. Memang secara alami, tubuh akan mencari ganti yang kemarin sempat hilang. Dan itulah maruki, makannya banyak tanpa merasa kenyang.
Setelah makan, si kecil tidak minum susu melainkan memegang mainan sebentar, lalu mengantuk. Akhirnya si kecil klipuk, memejamkan mata alias tidur dengan sukses.
Jangankan anak kecil, orang dewasa juga akan maruki kalau sudah sembuh dari sakit. Jangan sakit lagi ya, Thole. Sehat selalu dan semakin sholeh dan pandai,  

Karanganyar, 13 Pebruari 2017

Minggu, 12 Februari 2017

Manfaat Memberikan Kemudahan Untuk Orang Lain

Jadilah seperti mata air

Maharani masih ingat setahun yang silam, ketika si kecil akan menjalani operasi pemasangan platina di lengan kirinya. Saat itu Maharani berada di depan pintu kamar operasi. Maharani menunggu di luar sedangkan Mahendra masih menemani si kecil di dalam ruang antri bagi pasien yang akan menjalani operasi.
Tiba-tiba Maharani mendapatkan pesan singkat sms dari orang nomor satu di sekolah. Isinya : Maharani diminta datang untuk melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan. Padahal teman-teman Maharani sudah bersedia untuk mengerjakan tugas Maharani. Mereka tahu berkas Maharani ada di mana, jadi Maharani tak perlu untuk mengurus sendiri. Apalagi Maharani sedang repot merawat si kecil yang baru saja jatuh dan lengannya patah.
Bismillah, Maharani minta izin Mahendra dan dia mengizinkan. Mungkin suami Maharani juga tidak tega melihat Maharani bolak-balik dari rumah sakit ke sekolah dan sebaliknya. Maharani sendiri sebenarnya kurang tidur. Tapi tak apa-apa, mungkin memang jalan saja harus seperti ini.
Sampai di sekolah, teman-teman Maharani kaget bukan main. Mereka tahu kalau hari itu anak Maharani operasi. Mereka heran, kok Maharani pagi-pagi sudah sampai sekolah? Setelah Maharani ceritakan, sebagian besar menyuruh Maharani untuk kembali ke rumah sakit.
00000
Rupanya bukan hanya Maharani yang dipersulit saat izin tidak masuk mengajar karena ada kepentingan atau sakit.  Teman-teman yang lain juga tidak gampang untuk mendapatkan izin tidak mengajar karena ada kepentingan.
Akhirnya, semua hanya bisa pasrah dan manut ketua guru. Contoh kalau mau takziah saja, ditanya macam-macam. Apa hubungan antara guru yang akan takziah dengan keluarga orang yang meninggal. Kedekatannya bagaimana. Kalau bisa takziah pada malam hari. (Kalau meninggalnya pagi terus segera dimakamkan terus bagaimana?). Aneh, memang aneh!
Kadang-kadang, daripada kalau sudah sampai sekolah lantas minta izin dipersulit, sebagian guru/karyawan justeru izin tidak masuk kerja dari pagi. Sebenarnya apa yang dikhawatirkan ketua guru? Atau, apakah ketua guru tidak percaya dengan alasan guru/karyawan yang minta izin pulang lebih awal karena ada kepentingan mendesak?
Lalu bagaimana kalau ketua guru dan isterinya (juga guru di tempat yang sama) punya kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan atau karena sakit? Ternyata orang-orang atau guru/karyawan harus memakluminya. Nah, ini kan namanya tidak adil.
Suatu hari, saat ulangan semester, anak Maharani sedang diare. Mau tidak mau Maharani harus izin tidak masuk kerja. Toh, tidak mengajar dan tidak mengawas ulangan. Maharani menitipkan surat izin pada Mahendra.
Setelah sampai rumah, Mahendra bilang,”Ketua gurumu ki aneh. Ada orang izin kok dia gak mau kalah dengan mengatakan: anak saya juga sakit.”
Glodhag. Anaknya ketua guru kelas X SMK. Sakit batuk pilek, dan rumahnya juga dekat dengan sekolah. Sedangkan anak Maharani masih kelas 1 SD, sakit diare pula, di rumah tidak ada asisten rumah tangga. Nalarnya ketua guru sampai di mana? Anak kelas 1 SD kok dibandingkan dengan anak kelas X SMK?
Ya, sudah. Daripada debat tak ada habisnya mending manut saja.padahal kadang-kadang Maharani harus tega. Di saat si kecil sakit, terpaksa dititipkan ke Taman Penitipan Anak dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Maharani tidak mau diperbincangkan di belakang layar oleh ketua guru.
00000
Hari Kamis yang lalu, ketua guru minta izin mau membeli obat untuk anaknya. Hanya sebentar saja! Tidak sebentar juga boleh kok, seperlunya gitu. Hari Jumat, ketua guru minta izin lagi memeriksakan anaknya ke dokter. Waktu itu sudah jam delapan lebih. Di Karanganyar kota, jam-jam segitu praktek dokter umum di rumah sudah tutup.
Sebentar kemudian ketua guru sudah sampai di sekolah. Tak lama kemudian, ketua guru pamit lagi ada urusan tentang proporsal. Maharani sih cuek-cuek saja. Ternyata, dua teman Maharani yang sedang keluar melihat ketua guru memboncengkan anaknya yang sakit.
Walah, ketua guru-ketua guru. Panjenengan itu mbok jangan mempersulit diri sendiri. Kalau anaknya sedang sakit lalu izin memeriksakan anaknya juga tak mengapa. Tidak usah memakai main petak umpet dan berahasia segala. Kasihan anaknya kalau benar-benar sakit!
Hari Sabtu, Maharani mendapat pesan WA dari teman. Isinya adalah rencana besuk anaknya ketua guru siang itu. Anaknya ketua guru akan menjalani operasi usus buntu. Terpaksa Maharani tidak bisa ikut karena sedang membuat soal US dengan teman guru MGMP Kimia sekabupaten.
Walah, kalau ketua guru tidak main petak umpet dan kucing-kucingan, kan semua bisa diatur. Padahal pagi itu ketua guru dan isterinya masih masuk ke sekolah. Lalu keduanya izin mau membeli obat untuk anaknya. Teman guru curiga, masa beli obat saja harus berdua? Olala…., ternyata anaknya sudah opname dan ditunggui anaknya yang lain.
Ketua guru yang sering mempersulit izin orang lain, sekarang juga mempersulit dirinya sendiri ketika anaknya sakit. Sadarlah Pak, dunia ini bukan milik ketua guru saja. Yang lain punya hak yang sama. Permudahlah urusan orang lain sehingga Allah akan mempermudah urusan Bapak. Ya, semua sadar, keadaan ketua guru bisa dimaklumi. Siapa yang mau anaknya sakit? Siapa yang mau diberi ganjaran berupa musibah? Kalau boleh memilih, pasti minta ganjaran berupa kenikmatan ya?
Okey, mempermudah urusan orang lain sama artinya membuka jalan kemudahan bagi kita. Ini cerita Maharani, yang selalu memberikan kemudahan bagi orang lain.

Karanganyar, 12 Pebruari 2017

Sabtu, 11 Februari 2017

Trofi Sang Juara

Trofi Sang Juara
dok.pri

Beberapa hari yang lalu, suami sangat sibuk dengan turnamen bulutangkis yang diadakan dalam rangka memperingati Hari Jadi DPRD Kabupaten Karanganyar. Padahal dua minggu sebelumnya juga menjadi panitia PORKAB. Kalau sudah begitu, saya dan anak-anak tidak bisa mengganggu gugat.
Pada saat seperti itu saya harus menyingsingkan legan baju. Pekerjaan saya dua kali lebih berat dari hari-hari biasa. Hal ini berkaitan dengan urusan anak-anak. Beruntung, saya diberi kesehatan yang memadai selama itu. Meskipun hujan-hujanan, Alhamdulillah tidak lantas membuat saja drop. Selalu bersyukur dan memberikan pengertian pada anak-anak. Kepada si kecil, saya selalu memberikan pengertian, kadang saya ajak ke tempat Ayahnya bertugas di lapangan bulutangkis. Dengan demikian, frekuensi rewelnya si kecil berkurang. Maklum, si kecil sangat dekat dengan Ayahnya. Kalau sehari tidak bertemu, bisa uring-uringan.
Biasanya, kalau ada turnamen, suami masuk sekolah di pagi hari. Siang, sore hingga malam hari berada di lapangan bulutangkis. Tak ada waktu untuk keluarga. Saat menjelang maghrib baru pulang, lalu membersihkan diri. Setelah shalat biasanya saya sarankan untuk tiduran, sebab malam hari pekerjaan selesai dan sampai rumah sekitar pukul setengah satu.
Rupanya, anak saya yang besar juga sering memikirkan Ayahnya. Dia merasa kalau pekerjaan Ayahnya berat. Dhenok sering mengkhawatirkan kesehatan Ayahnya. Dia tidak tega kalau Ayahnya kurang istirahat. Apalagi setiap turnamen, selain menjadi panitia inti, Ayahnya juga menjadi peserta turnamen/ikut pertandingan.
Yang terakhir, saya meyakinkan pada Dhenok kalau Ayah baik-baik saja. Mami sudah pro aktif dan selalu mengingatkan pada Ayah untuk istirahat barang sebentar. Selama turnamen berlangsung, Dhenok juga sulit tidur. Biasanya dia menunggu sampai Ayah pulang dari lapangan barulah dia bisa tidur dengan tenang dan tidak gelisah.
Nah, Dhenok kan tahu kalau Ayah juga ikut pertandingan. Dia berharap Ayah mendapatkan nomor. Tapi Ayah bilang kalau sudah kalah. Yeahhh, Dhenok kecewa dong. Padahal Dhenok sudah bilang kalau dia mendoakan Ayah minimal juara empat. Lumayan kan hadiahnya enam ratus ribu untuk berdua (ganda veteran).
Hari terakhir final sudah selesai. Hari esok suami sudah tidak ke lapangan lagi. Tinggal merekap daftar para juara. Namun demikian, tetap saja pekerjaan di rumah jadi menumpuk. Suami ingin semua bisa segera diselesaikan. Memang, ada panitia yang lain yang melaporkan hasilnya secara online tapi laporan secara tertulis (bukti fisik beruta cetakan) tetap saja dibutuhkan.
Kata suami, pekerjaan selesai kalau sudah pembagian trofi. Setahu saya, kalau trofi biasanya diserahkan pada saat final. Kali ini tidak! Trofi dan hadiah berupa uang pembinaan diserahkan pada acara puncak di gedung DPRD.
Iseng-iseng saya ikut melihat bagan-bagan yang sudah penuh dengan coretan-coretan. Olala, saya menemukan nama suami dan pasangannya berada pada urutan ketiga. Senang rasanya kalau suami bisa berhasil. Tapi saya juga tahu, uang pembinaan sebesar delapan ratus ribu rupiah yang akan diterima akhirnya masuk ke klub. Itu sudah biasa.
Dhenok girang sekali,”lumayan, Ayah dapat empat ratus ribu.”
“Uangnya masuk klub, Nok. Ayah dan temannya paling nanti membawa pulang trofi saja.”
“Oh, gitu ya?”
Untuk mengobati kecewa, suami berjanji akan menraktir kami. Alhamdulillah, rezeki isteri dan anak sholeh dan sholehah.
Bego, keruk buat Faiz
dok.pri

00000
Dua minggu telah berlalu. Sore ini si kecil teriak kegirangan melihat trofi berada di atas meja ruang tamu.
“Ummi, ini pialanya Ayah. Alhamdulillah, Ayah dapat piala.”
Saya tersenyum. Trofi/piala tersebut merupakan bukti fisik prestasi suami dan pasangannya ketika bertanding. Tapi saya lebih bangga dengan prestasi suami yang selalu mengutamakan pekerjaan. Kerjanya cukup professional, sehingga setiap ada kegiatan di Kabupaten, selalu saja dia ikut andil. Bukan hanya bulutangkis, tapi juga renang dan kegiatan lainnya. Dan saya selalu bersyukur, di tengah kesibukannya selalu ingat kewajibannya sebagai muslim.
Dibanding dengan suami, saya tidak memiliki prestasi apa-apa di kabupaten. Saya cukup menjadi orang nomor satu di belakang suami. Saya cukup mengasuh anak-anak secara Islami, memberikan teladan bagi anak-anak. Saya cukup berprestasi di keluarga saja. Saya tak memiliki piala, tapi saya pun sang juara.

Karanganyar, 11 Pebruari 2017