Rabu, 17 April 2019

7 Alasan Memburu Audisi Untuk Menuai Rezeki

Ada 7 alasan saya senang memburu audisi menulis, entah itu lomba menulis biasa atau menjadi kontributor buku antologi. Ketujuh alasan tersebut adalah:

1. Diniatkan untuk mengasah kemampuan
Mengikuti audisi/seleksi untuk mengasah kemampuan, tidak hanya untuk dibukukan dalam bentuk antologi. Bila menulis untuk ditayangkan di blog atau facebook sifatnya menulis ala kadarnya, suka-suka.  Akan tetapi berbeda dengan mengikuti audisi, saya akan berusaha menuliskan sesuatu dengan baik karena berkompetisi dengan penulis lain. 

2. Menang bersyukur, kalah bersyukur
Dalam mengikuti audisi selalu berharap bisa lolos. Saya selalu merasa senang bila menang atau lolos audisi. Demikian pula saat tidak menang atau gagal pun tetap bersyukur. Itu artinya tulisan saya harus lebih baik lagi dan tidak asal menulis setelah selesai lalu dikirim. Saya tidak pernah merasa berkecil hati bila tulisan saya tidak lolos audisi. Saya tetap menulis dan mencari lomba menulis lagi.

kadang-kadang bila tulisan saya tidak lolos audisi, bukan berarti tulisan saya tidak bagus. Mungkin syarat dan ketentuannya belum saya penuhi. Ada contoh audisi 

Sebenarnya mengikuti audisi yang penting syarat dan ketentuan dipenuhi dahulu. Karena dalam setiap audisi, syarat dan ketentuan ini sangat penting. Biasanya syarat dan ketentuan sudah ditulis secara lengkap. Apabila tidak bisa memenuhi semua syarat, saya tidak memaksakan diri mengikuti audisi. 

Setelah syarat sudah terpenuhi, tulisan sudah melalui tahap self editing, saya akan membaca ulang tulisan tersebut. Setelah tulisan ditulis secara maksimal, saya mengirimkannya lalu berdoa semoga lolos.  

3. Dibukukannya tulisan bersama penulis lain
Mengikuti audisi lalu tulisan diterbitkan dalam bentuk buku antologi bersama penulis lain, rasanya bangga. Meskipun nama saya belum setenar penulis lain, saya tidak merasa minder. Bisa jadi buku antologi bersama penulis lain yang namanya sudah terkenal bisa mendongkrak nama saya. 

Penulis pemula dan penulis senior memiliki peluang menang atau lolos audisi sama besarnya.  Tidak selalu penulis senior bisa lolos audisi. Sebenarnya bila ada audisi, kesempatan bagi penulis pemula untuk mengikutinya. Saya pernah mengikuti audisi menulis. Ternyata setelah deadline peserta audisi tidak banyak dan akhirnya saya bisa lolos. Ada pula audisi untuk membuat buku antologi tidak memiliki deadline. penyelenggara hanya menuliskan bila kuota terpenuhi maka audisi ditutup. Kebetulan saya bisa lolos karena begitu ada pengumuman audisi, saya langsung menulis dan menyetorkan tulisan.

4. Mendapatkan royalti
Bila membicarakan royalti, berarti ini berhubungan dengan buku terbit. Kalau tulisan sudah dibukukan, sebagai penulis  saya ingin mendapatkan royalti. Selain royalti, bila menang lomba, saya bisa mendapatkan hadiah yang besarnya mungkin tidak seberapa tapi cukup membuat bangga.

Besarnya royalti yang saya terima, berbanding lurus dengan jumlah penjualan buku. Nah, untuk mendapatkan royalti berarti buku yang terbit harus laku. Bila buku yang terjual laku banyak maka royalti yang diterima penulis juga bisa banyak. Sebaliknya bila buku tidak laku di pasaran berarti royalti yang diterima penulis hanya sedikit. Royalti juga merupakan motivasi bagi saya untuk memburu audisi.

5. Ikut mendistribusikan karya bersama
Setiap penulis yang berkontribusi dalam buku antologi sudah seharusnya mau ikut menjual buku. Apalagi kalau buku antologi tersebut diterbitkan secara indie, keaktifan penulis sangat diperlukan. Banyak penulis yang merasa tidak bisa berjualan atau malu menawarkan bukunya sendiri. Sekarang saatnya penulis harus bisa berjualan buku yang ditulisnya. 

Pada saat ini jualan buku itu gampang. Penulis tinggal mengunggah foto buku yang akan dijual di akun-akun media sosial yang dimiliki, seperti facebook, whatsapp, dan instagram. dengan demikian saya sudah berupaya untuk   promosi. 

Contohnya saya pesan 8 eksemplar buku antologi ngeblog. Awalnya buku tersebut memang saya niatkan   dibagikan ke perpustakaan almamater bila tak ada yang tertarik membelinya. Ternyata setelah saya promosikan, ada yang tertarik. Nah, kan, saya bisa jualan buku karena nggak malu.Saya tidak perlu menawarkan buku ke orang lain dengan bertatap muka.

6. Dikenal dan dikenang orang.
Gajah mati meninggalkan gading, sedangkan manusia (mati) meninggal akan meninggalkan nama. Para pahlawan namanya akan dikenang banyak orang karena kebaikan-kebaikannya. Penulis juga bisa dikenang orang. Caranya yaitu membuat buku atau membuat tulisan-tulisan yang baik.  

Banyak pegiat literasi yang mendorong agar penulis membuat minimal satu buku seumur hidupnya. Kalau bisa buku yang diterbitkan jumlahnya banyak. Jadi, penulis bisa dikenal dan dikenang orang karena tulisannya. 

7. Bisa berbagi manfaat kepada orang lain.
Kalau kita mendapatkan ilmu maka segera bagikan kepada orang lain meskipun ilmu atau pengetahuan kita miliki hanya sedikit. Ilmu yang tidak kita sebarkan akan hilang karena lupa. Bila saya berbicara langsung, hanya beberapa orang saja yang bisa mendengarkan saya. Namun, dengan tulisan yang dibukukan, banyak orang yang bisa mengambil manfaat dari apa yang saya sampaikan.
Mengikuti audisi tidak hanya  bangga setelah lolos lalu berhenti, tapi saya memiliki niat berbagi manfaat kepada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar