Senin, 15 April 2019

Tema: Memburu Audisi Menuai Rezeki




Pengalaman I : lolos seleksi antologi Penerbit Rasibook sebuku dengan Bu Yuni Astuti

Pengalaman II : lolos seleksi antologi yang diselenggarakan blogger kece Pakde Abdul Cholik sebuku dengan Mbak Arinta

Pengalaman yang lain, seleksi antologi buku Blog IIDN bersama mbak Hana Aina, Arinta dan penulis lain. Lolos seleksi antologi buku tentang kehidupan berbuku, sebuku dengan mbak Nurul Chomaria dan bakul-bakul buku lainnya yang bergabung dalam tim penjual buku.

Lolos seleksi antologi cerita anak bersama mbak Hana, Nurul, Arinta, Iis, dan mbak Tias (sekarang masih proses).

Lolos seleksi antologi Kisah Inspiratif IIDN (masih proses).

Perjuangan dalam memburu audisi:

Ada 7 alasan saya senang memburu audisi menulis, entah itu lomba menulis biasa atau menjadi kontributor buku antologi. Ketujuh alasan tersebut adalah:

1. Diniatkan untuk mengasah kemampuan
Mengikuti audisi/seleksi untuk mengasah kemampuan, tidak hanya untuk dibukukan dalam bentuk antologi. Bila menulis untuk ditayangkan di blog atau facebook sifatnya menulis ala kadarnya, suka-suka.  Akan tetapi berbeda dengan mengikuti audisi, saya akan berusaha menuliskan sesuatu dengan baik karena berkompetisi dengan penulis lain. 

2. Menang bersyukur, kalah bersyukur
Dalam mengikuti audisi selalu berharap bisa lolos. Saya selalu merasa senang bila menang atau lolos audisi. Demikian pula saat tidak menang atau gagal pun tetap bersyukur. Itu artinya tulisan saya harus lebih baik lagi dan tidak asal menulis setelah selesai lalu dikirim. Saya tidak pernah merasa berkecil hati bila tulisan saya tidak lolos audisi. Saya tetap menulis dan mencari lomba menulis lagi.

kadang-kadang bila tulisan saya tidak lolos audisi, bukan berarti tulisan saya tidak bagus. Mungkin syarat dan ketentuannya belum saya penuhi. Ada contoh audisi 

Sebenarnya mengikuti audisi yang penting syarat dan ketentuan dipenuhi dahulu. Karena dalam setiap audisi, syarat dan ketentuan ini sangat penting. Biasanya syarat dan ketentuan sudah ditulis secara lengkap. Apabila tidak bisa memenuhi semua syarat, saya tidak memaksakan diri mengikuti audisi. 

Setelah syarat sudah terpenuhi, tulisan sudah melalui tahap self editing, saya akan membaca ulang tulisan tersebut. Setelah tulisan ditulis secara maksimal, saya mengirimkannya lalu berdoa semoga lolos.  

3. Dibukukannya tulisan bersama penulis lain
Mengikuti audisi lalu tulisan diterbitkan dalam bentuk buku antologi bersama penulis lain, rasanya bangga. Meskipun nama saya belum setenar penulis lain, saya tidak merasa minder. Bisa jadi buku antologi bersama penulis lain yang namanya sudah terkenal bisa mendongkrak nama saya. 

Penulis pemula dan penulis senior memiliki peluang menang atau lolos audisi sama besarnya.  Tidak selalu penulis senior bisa lolos audisi. Sebenarnya bila ada audisi, kesempatan bagi penulis pemula untuk mengikutinya. Saya pernah mengikuti audisi menulis. Ternyata setelah deadline peserta audisi tidak banyak dan akhirnya saya bisa lolos. Ada pula audisi untuk membuat buku antologi tidak memiliki deadline. penyelenggara hanya menuliskan bila kuota terpenuhi maka audisi ditutup. Kebetulan saya bisa lolos karena begitu ada pengumuman audisi, saya langsung menulis dan menyetorkan tulisan.

4. Mendapatkan royalti
Bila membicarakan royalti, berarti ini berhubungan dengan buku terbit. Kalau tulisan sudah dibukukan, sebagai penulis  saya ingin mendapatkan royalti. Selain royalti, bila menang lomba, saya bisa mendapatkan hadiah yang besarnya mungkin tidak seberapa tapi cukup membuat bangga.

Besarnya royalti yang saya terima, berbanding lurus dengan jumlah penjualan buku. Nah, untuk mendapatkan royalti berarti buku yang terbit harus laku. Bila buku yang terjual laku banyak maka royalti yang diterima penulis juga bisa banyak. Sebaliknya bila buku tidak laku di pasaran berarti royalti yang diterima penulis hanya sedikit. Royalti juga merupakan motivasi bagi saya untuk memburu audisi.

5. Ikut mendistribusikan karya bersama
Setiap penulis yang berkontribusi dalam buku antologi sudah seharusnya mau ikut menjual buku. Apalagi kalau buku antologi tersebut diterbitkan secara indie, keaktifan penulis sangat diperlukan. Banyak penulis yang merasa tidak bisa berjualan atau malu menawarkan bukunya sendiri. Sekarang saatnya penulis harus bisa berjualan buku yang ditulisnya. 

Pada saat ini jualan buku itu gampang. Penulis tinggal mengunggah foto buku yang akan dijual di akun-akun media sosial yang dimiliki, seperti facebook, whatsapp, dan instagram. dengan demikian saya sudah berupaya untuk   promosi. 

Contohnya saya pesan 8 eksemplar buku antologi ngeblog. Awalnya buku tersebut memang saya niatkan   dibagikan ke perpustakaan almamater bila tak ada yang tertarik membelinya. Ternyata setelah saya promosikan, ada yang tertarik. Nah, kan, saya bisa jualan buku karena nggak malu.Saya tidak perlu menawarkan buku ke orang lain dengan bertatap muka.

6. Dikenal dan dikenang orang.
Gajah mati meninggalkan gading, sedangkan manusia (mati) meninggal akan meninggalkan nama. Para pahlawan namanya akan dikenang banyak orang karena kebaikan-kebaikannya. Penulis juga bisa dikenang orang. Caranya yaitu membuat buku atau membuat tulisan-tulisan yang baik.  

Banyak pegiat literasi yang mendorong agar penulis membuat minimal satu buku seumur hidupnya. Kalau bisa buku yang diterbitkan jumlahnya banyak. Jadi, penulis bisa dikenal dan dikenang orang karena tulisannya. 

7. Bisa berbagi manfaat kepada orang lain.
Kalau kita mendapatkan ilmu maka segera bagikan kepada orang lain meskipun ilmu atau pengetahuan kita miliki hanya sedikit. Ilmu yang tidak kita sebarkan akan hilang karena lupa. Bila saya berbicara langsung, hanya beberapa orang saja yang bisa mendengarkan saya. Namun, dengan tulisan yang dibukukan, banyak orang yang bisa mengambil manfaat dari apa yang saya sampaikan.
Mengikuti audisi tidak hanya  bangga setelah lolos lalu berhenti, tapi saya memiliki niat berbagi manfaat kepada orang lain.


Diskusi dan tanya jawab:

1. Mbak Zukhruf :
Pertanyaan: Saya kan bbrp kali ikut audisi/lomba, nah sering kali gagal. Bagaimana agar saya tetap move on dan tetap semangat mengikuti lomba2/audisi
-cara mengetahui kesalahan atau kekurangan kita ketika tidak terjaring di audisi itu gimana?agar kita bisa memperbaiki diri

Jawaban: Setelah menulis, tulisan harus diendapkan dulu lalu dibaca ulang kalau perlu dicetak biar gampang dalam proses penyuntingan, menambah atau mengurangi tulisan. Kalau ikut audisi kok gagal, ya terima saja malah bersyukur jadi kita sebenarnya kekurangan kita di mana. Kadang2 setelah kirim naskah lomba/audisi, kita baru menyadari ada sesuatu yang kurang. 
Meski gagal, tetap semangat menulis dan terus ikuti audisi.

Bila mengikuti audisi maka kita harus paham syarat dan ketentuannya. Bila sudah memenuhi syarat tapi tetap tidak terjaring, berarti memang kualitas tulisan kita kalah dengan penulis lain. Saya kerap mengikuti audisi, dan yang gagal juga banyak.

2. Mbak Candra: 
Pertanyaan: bagaimana menjaga mood menulis?
Jawaban: Mood seseorang dalam hal menulis kadang naik dan kadang turun. Kalau saya pas tidak mood, akan berhenti menulis dan mencari hiburan dulu, misalnya turun ke sawah. Namun, dalam talkshow di MTA TV kemarin mbak Nurul bilang menjaga mood karena target menulis. Bila kita memiliki target nulis, mood akan senantiasa terjaga. Mengapa demikian? Karena bila mood turun, lantas tidak menulis berarti kita akan kehilangan rupiah. Dengan kata lain tidak menulis maka tidak dapat uang. 

3. Mbak Ety
Pertanyaan: pingin bisa menulis buku. Bagaimana caranya?
Jawaban: Mbak Ety seorang blogger tulisannya gado-gado. Tulisan Mbak Ety berupa teknologi, parenting, traveling dan lain-lain. Nah, tulisan yang satu kategori ini bisa dikumpulkan jadi satu, kan sudah bisa jadi buku. Misalnya tulisan tentang wisata. Mekanisme membuat buku dari blog bisa ditanyakan ke pakde Abdul Cholik. Kalau belum mampu menulis buku dengan jumlah halaman banyak, cukuplah 50 halaman ukuran A4. Bila sudah menjadi buku, kurang lebih jadi 100 halaman.

Tidak perlu berkecil hati atau merasa nanti diolok-olok oleh penulis yang lebih senior. Setiap tulisan dan buku sudah memiliki jodoh pembacanya tersendiri. Sebuah buku memiliki rezeki sendiri-sendiri. Kalau ada orang yang mengolok-olok tulisan atau buku kita, biarkan saja. KIta tak perlu menanggapi dan ambil pusing.

3. Mbak Ana Ike
Pertanyaan: berapa biaya mengurus ISBN?
Jawaban: kalau tulisan kita akan diterbitkan penerbit, kita tak perlu memikirkan cara dan biayanya berapa. Penerbit yang akan menguruskan. Sebagai tambahan,. Mbak Anik memberikan info tentang biaya layout, cover, dan mengurus ISBN

4. Mbak Anik Norafni:
Pertanyaan: Nulisnya kan di hape, bagaimana kalau nulisnya tidak di laptop?
Jawaban: Mau nulis di hape atau laptop sebenarnya  sama saja. Bahkan Mbak Ety mengikuti lomba ngeblog juga nulisnya di hape. Mbak Zukhruf menulis cerita humor Jon Koplo dan tembus juga di hape.Mbak Nurul juga bisa nulis di hape saat berada di kereta api Prameks dalam perjalanan ke Yogyakarta. tulisan tersebut berupa cerita anak yang diikutsertakan lomba dan berhasil lolos. Jadi, tidak memiliki laptop tidak dijadikan alasan tidak bisa nulis. Toh Mbak Anik juga menulis novel di hape. Hanya saja kalau nulis di hape, jarinya cukup pegal.

00000

Sebenarnya diskusinya seru, sayangnya kami dibatasi waktu. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Catatan: Foto milik Mbak Neneng dan Mbak Rien

2 komentar:

  1. Maaf... meski sudah merencanakan datang, qodarullah ada tugas yg harus saya laksanakan. Semoga kopdar selanjutnya bisa ikut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak apa-apa mbak, Bila ada kesempatan bisa bergabung.

      Hapus