Minggu, 17 Mei 2020

Cernak Realis : Kangkung Dapat Bicara

Sumber: www.bibitonline.com


Tema: Menjaga Amanah
Kangkung Dapat Bicara
Penulis: Noer Ima Kaltsum

Bu Hera membuat 6 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 5-6 orang anak. Kelompok Ahsan terdiri dari 5 orang anak laki-laki. Untuk mengisi kegiatan jeda, di sekolah ada agenda penghijauan di lingkungan kelas.

Ahsan berdiskusi dengan teman-teman.
“Nah, nanti Ahsan tugasnya membawa satu pot tanaman hias. Harganya berapa, nanti kita membayar iuran untuk pembelian pot dan tanaman hias,” kata Ihsan.

Kelompok yang lain juga membawa satu pot tanaman hias. Setiap pagi, anak-anak yang piket bertugas menyiram semua tanaman hias di depan kelas mereka.

Pada saat diumumkan belajar di rumah untuk memutus rantai wabah virus korona, Ahsan dan teman-teman khawatir tanamannya tidak terawat dengan baik.
“Anak-anak, Pak Tono penjaga malam di sekolah akan menyiram tanaman kalian.”
“Hore, tanaman kita ada yang merawat!” seru anak-anak dengan riang.

Awal bulan Ramadan, melalui pesan WhatsApp, Bu Hera memberi tugas kepada anak-anak secara mandiri untuk menanam kangkung dalam pot, plastik kresek, atau kaleng bekas. Bu Hera akan mengunjungi rumah Ahsan dan teman-teman secara terjadwal untuk melihat tanaman kangkung.

Di rumah Ahsan terdapat banyak tanaman kangkung dalam berbagai usia. Ada yang baru disemai, berkecambah, kangkung dengan beberapa daun, dan kangkung siap panen. Namun, Ahsan tetap melaksanakan tugas dengan baik. Dia tidak mau mengambil tanaman milik keluarga untuk ditunjukkan pada Bu Hera.

Berbeda dengan Ahsan, Rio tidak begitu bersemangat untuk melaksanakan tugas. Rio menunda-nunda pekerjaannya. Hari kelima setelah tugas diberikan, Rio baru menyemai biji kangkung.

Pada hari kedelapan, Bu Hera mengunjungi rumah Ahsan dan teman-teman secara acak. Bu Hera akhirnya tiba di rumah Rio. Rio menunjukkan sebuah pot berisi kangkung. Tangkai dan daun kangkung besar dan lebat.

"Rio, benarkah kamu menanam sendiri?" tanya Bu Hera.
"Betul, Bu. Saya menanam sendiri, " kata Rio penuh percaya diri.
"Sepertinya ini bukan kangkung yang kamu semai, deh?"
"Bu Hera tidak percaya, ya. Tanaman saya kan disiram pakai pupuk mahal, " Rio berusaha untuk meyakinkan.

Bu Hera lalu mengeluarkan kotak ajaibnya, yaitu handphone. Beliau membuka foto-foto tanaman kangkung dan menunjukkan pada Rio. Ibu Rio berada di dekat Rio.

"Rio, coba lihat ini. Foto-foto ini Ibu dapatkan setelah berkunjung ke rumah teman-temanmu. Rata-rata pertumbuhan kangkungnya sama. Masih kecil dan baru tumbuh beberapa daun tiap batangnya."
Rio mengamati foto-foto yang ditunjukkan Bu Hera.

"Aduh, bagaimana ini? Ketahuan kalau yang aku tunjukkan bukan yang kusemai sendiri," kata suara hati Rio.
"Ibu mau tanya, yang ditanam Rio sendiri di mana?"

Akhirnya Rio menunjukkan bibit kangkung yang sudah mulai pecah kulit bijinya.

Sumber: www.bibitbunga.com

"Meskipun Ibu tidak tahu, tapi tanaman kangkung dapat bicara, lo. Buktinya Rio berbohong, kangkung menunjukkan suatu kebenaran, yaitu pertumbuhan pada usianya."
"Maafkan Rio, Bu Hera. Rio tidak akan berbohong lagi dan menunda pekerjaan."
"Ibu maafkan. Sekarang tanamannya dikembalikan dan dirawat dengan baik ya."

Ibu Rio berterima kasih pada Bu Hera. Tidak lama kemudian Bu Hera pamit dan akan melanjutkan berkunjung ke rumah murid yang lain.

#menjagaamanah
#ProduktifNulisDiRumpunAksara2
Tugas Kelas Cernak Rumpun Aksara

Cernak Realis : Satu Rumah Satu Kolam Ember

sumber: makassar.terkini.id


Tema: Berkebun
Satu Rumah Satu Kolam Ember
Penulis: Noer Ima Kaltsum

Ahsan memanen caisim lalu dimasukkan ke dalam keranjang plastik. Sore ini keluarga Ahsan tetap sibuk seperti biasa meskipun bulan Ramadan. Kakak Fai memberi pakan lele yang ada di kolam kecil. Sejak kecil Kak Fai sudah dibuatkan kolam ikan.

Di dekat kolam terdapat tanaman sayuran di dalam pot-pot. Ibu menanam caisim, bayam, dan kangkung. Ketiga tanaman tersebut tidak memerlukan tempat yang luas, berumur pendek dan cepat panen.

Sejak awal ada wabah korona, ayah dan ibu memperbanyak pot dan polibag untuk menanam sayuran. Langkah ayah tidak keliru. Selama lebih dari 2 bulan, belajar dan bekerja dilakukan di rumah. Orang-orang tidak diizinkan keluar rumah kecuali ada kepentingan.

Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, ayah dan ibu memanen sayuran, ikan lele, telur ayam, dan menyembelih ayam. Suatu hari, Ahsan diajak membuat kolam dari ember besar.

"Ayah, bukankah kita sudah punya kolam? Kenapa membuat kolam dari ember besar? Lalu, gelas-gelas plastik ini untuk apa, Yah?" tanya Ahsan penasaran.
"Ahsan, lahan di rumah kita luas. Mau menanam sayuran, memelihara ikan dan ayam bisa. Sementara tetangga kita yang tinggal di perumahan, lahannya sempit. Mereka kesulitan mau bercocok tanam. Nah, Ayah akan memberi contoh membuat kolam ikan sekaligus untuk menanam sayuran."
"Benarkah?"
"Paling tidak tiap keluarga memiliki satu ember kolam ikan lele."

Ahsan baru tahu, beberapa hari yang lalu Kak Fai membantu ayah melubangi gelas plastik dan memberi kawat. Ternyata ayah menyiapkan bahan untuk beternak dan berkebun kecil-kecilan.

Kak Fai dan Ahsan mengisi gelas plastik dengan arang batok kelapa. Setelah itu beberapa bibit kangkung berumur 7 hari dimasukkan ke dalam gelas plastik. Sebuah ember besar diisi air, lalu ikan-ikan lele kecil dimasukkan ke dalam ember. Pot plastik berisi bibit kangkung diletakkan di pinggir ember dan dikaitkan dengan kawat.

Ahsan tersenyum lebar.

"Kolamnya sudah selesai."
"Ahsan, ikannya nanti diberi pakan. Air kolamnya bisa untuk menyiram tanaman kangkung," kata Kak Fai.
"Ahsan dan Kak Fai nanti bantu Ayah membuat kolam, ya. Kemarin Pak RT memesan 5 ember kolam dan tanamannya. Mumpung kalian libur. Di rumah tidak ada kegiatan, pas puasa begini. Biar waktunya bermanfaat, kita kerjakan proyek ini bareng-bareng."
"Siap bos!"

#berkebun
#ProduktifNulisDiRumpunAksara1
Tugas Kelas Cernak Rumpun Aksara