Senin, 31 Mei 2021

Tips Mencoba Kuliner dengan Harga Tetap Bersahabat

 



Akhir-akhir ini saya membaca berita di media sosial tentang  pengunjung di Malioboro yang jajan di warung makan merasa tidak puas. Sebab makanan yang harus dibayar sangat mahal. Pengunjung merasa penjual sengaja memanfaatkan kesempatan untuk menaikkan harga cukup fantastis. 


Memang sebagai pengunjung harus pandai-pandai mencari tempat agar bisa menikmati kuliner dengan harga standar. Nah ini ada tips buat kamu.


Tips mencoba kuliner di mana saja:


Pastikan harga tertera pada dinding dengan jelas. Saat pesan makanan dan minuman, langsung cek harga dengan meminta karyawan menulis harga makanan yang dipesan dan jumlahnya. 

Kalau mau aman lagi, pilih rumah makan yang familier semacam chicken chicken, dijamin harganya tidak nuthuk. 


Saya dulu pernah jajan bersama-teman saat piknik ke Yogya. Kami memilih Warung Makan masakan padang sebelah barat plengkung wijilan (pojokan). Harga bersahabat, makanan dijamin enak, nggak ada thuthuk menuthuk. 


Selain itu saya dan teman teman berani bertanya soal harga terlebih dahulu. Misalnya, satu porsi isinya apa dan harganya berapa? Lalap dan sambal bayar tersendiri atau tidak? Kalau orang banyak, nasinya pakai wakul atau dipiring satu satu. Malu? Enggaklah! Mengapa? Karena kita yarwe yarwe alias bayar dewe dewe dengan cara iuran. Tidak ada yang merasa terbebani dan lega semua. 


Pengalaman seorang pemandu wisata bila akan mengajak rombongan makan di rumah makan atau warung makan, yaitu dengan membuat kesepakatan dengan penjual sebelumnya. Tentu saja pemandu wisata ini sudah tahu tempat-tempat yang menyediakan makanan enak, tempatnya nyaman, harganya bersahabat. Jadi, tidak ada istilah kethuthuk harga atau harga kemahalan.


#catatanimapenulis


Catatan tambahan: harga makanan yang dibayar belum termasuk PPN, sewa tempat, servis penggunaan barang di tempat tersebut. 

Kalau ditambah yang saya sebut terakhir, itu pun bukan ngepruk.

Jumat, 21 Mei 2021

Vaksinasi Covid Untuk Jemaah Haji 2021



Sampai saat ini pemerintah Arab Saudi belum memberikan kepastian atau mengumumkan kepastian pelaksanaan ibadah haji tahun 2021. Hal ini berkaitan dengan kasus covid secara keseluruhan. Calon jemaah haji tahun 2020 tahun kemarin belum bisa berangkat ke tanah suci. Tahun 2021 ini juga masih menunggu hasil keputusan pemerintah Arab Saudi.


Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk persiapan pemberangkatan jemaah haji ke tanah suci, termasuk pemberian vaksin covid sebagai salah satu syarat agar jemaah haji bisa berangkat. Tentu saja jemaah haji 2020 atau 2021 ini diberikan prioritas mendapatkan vaksin. 


Satu bulan yang lalu jemaah yang berusia di atas 60 tahun sudah mendapatkan vaksin covid secara lengkap. Hari ini jemaah yang berusia di bawah 60 tahun mendapatkan vaksin covid. 


Pelaksanaan vaksinasi di Puskesmas Karanganyar. Ternyata hari ini bukan hanya jemaah haji 2020/2021 saja yang mendapatkan vaksin, melainkan usia lanjut dari suatu kelurahan yang telah ditunjuk. Tentu saja peserta vaksin luar biasa banyak dan pada bagian pendaftaran terjadi penumpukan. Syukurlah, keadaan bisa terkendali karena bantuan satgas dan kepolisian. Dengan kesadaran penuh orang-orang tetap menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan memakai sabun.


Saya dan suami mendapatkan nomor antrean 37 dan 38. Sebelum divaksin saya dicek dulu tekanan darah dan diwawancarai terkait kondisi kesehayan secara umum. Kebetulan saya alergi obat pinisilin dan antalgin, jadi saya utarakan. Ternyata tak masalah. Tensi saya saat itu normal 120/80. 


Tibalah saatnya saya akan divaksin. Saya sudah mempersiapkan diri memakai kaos ukuran jumbo lengan pendek dan memakai deker. Saat lengan akan disuntik tinggal lengan kaos dinaikkan sedikit. Eits, tunggu sebentar. Nakes tidak asal menyuntik.


"Maaf, Bu. Apakah Bapak yang duduk itu suami Ibu?"

"Iya, Bu," jawab saya.

"Ya, nggak papa. Kalau bukan suami Ibu, bapaknya saya suruh pindah dulu soalnya bukan muhrim."

"Njih, Bu. Terima kasih."


Bismillah. Alhamdulillah. Akhirnya saya dan suami sudah diberi vaksin, vaksinnya coronavak. Selesai divaksin saya dan suami menunggu sertifikat dicetak. Sambil menunggu sertifikat, saya memantau badan saya sendiri. Adakah efek samping saat itu atau tidak? Alhamdulillah, semua baik-baik saja.


Pulang dari puskesmas saya dan suami mampir warung makan spesialis pecel gendar di daerah Bejen. Alhamdulillah, mantap bener. 


Sampai di rumah saya dan suami melakukan kegiatan seperti biasa. Alhamdulillah, saya masih bisa beraktivitas dan tidak mengantuk berat. Ya, normal-normal saja. Sebelumnya saya sempat deg-degan. Dulu waktu mendapatkan vaksin meningitis, mata seperti melihat kunang-kunang tapi tidak pingsan. Padahal saya sudah sarapan. Ternyata gara-gara mikir efek samping secara personal. Sebab itulah hari ini saya tidak begitu memikirkan efek samping biar tidak stres. Yang penting kondisi badan sehat. 


Mendapatkan vaksin ini sebagai salah satu ikhtiar. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk pelaksanaan ibadah haji tahun 2021 ini.


#catatanimapenulis

#hajimabrur

#naikhajibersamamu

Minggu, 16 Mei 2021

Aman Berwisata Air dengan Rompi Pelampung



Saya termasuk orang yang takut air dalam jumlah banyak. Seumur-umur saya belum pernah berenang. Menyeberang sungai barat rumah saja takutnya bukan main. Jangankan bermain air di pantai sambil kungkum, di kolam renang sekadar memasukkan kaki ke dalam air saja blas belum pernah. Suami yang guru olah raga juga tidak pernah memaksa saya nyemplung air. Pokoknya terserah saya.


Suatu hari kantor tempat saya bekerja mengadakan piknik ke Waduk Gajah Mungkur. Kebetulan suami ada acara penting di kantor dan F2 nggak ada yang momong di rumah, jadi saya ajak piknik. Di WGM F2 diajak teman-teman naik perahu. Ya Allah, saya pingin nolak tapi kok kasihan F2 nanti kecewa. Kalau F2 saya titipkan pada teman-teman kok saya kebangeten, nggak mau momong anak sendiri. Akhirnya, Bismillah, saya luluh lalu pakai pelampung. Semua yang ikut naik perahu wajib mengenakan pelampung. 


Berada di atas air dengan perahu kecepatan sedang dan melihat kebahagiaan F2, rasa takut saya hilang. Yang nggak hilang adalah mual dan pusing (mabuk air). Alhamdilillah, akhirnya kembali ke daratan.


Nah, di WGM naik perahu harus mengenakan pelampung (namanya apa, yang jelas bentuknya seperti rompi warna oranye). Kalau baca berita yang beredar kemarin di Waduk Kedung Ombo bahwa ada kecelakaan air dan ada korban meninggal, rasanya kok miris. Ayolah, amankan diri bila berwisata air. Baik pengelola maupun pengunjung harus jaga-jaga. Kita tak tahu musibah kadang datang tanpa permisi. 


Beberapa peristiwa di tempat wisata air kejadian serupa menelan korban jiwa. Idulfitri yang seharusnya bersuka cita berubah menjadi duka. Semoga tak ada lagi kejadian kecelakaan wisata air yang menelan korban jiwa. 


Tips aman naik perahu:

1. Terapkan SOP

2. Pakailah rompi pelampung

3. Muatan tidak boleh berlebihan


#catatanimapenulis

Rabu, 05 Mei 2021

Sedekah, Fidyah dan Zakat Fitrah

Alhamdulillah, Ramadan tahun ini saya dan keluarga dapat melaksanakan ibadah puasa dan ibadah lainnya dengan lancar. Si kecil juga tidak mengalami kendala dalam melakukan kewajiban sebagai muslim. 

Seperti tahun sebelumnya, di bulan Ramadan saya menyiapkan beras untuk membayar zakat fitrah bagi saya dan 2 anak. Suami sudah membayar zakat fitrah melalui instansi tertentu. Nah, untuk zakat fitrah, saya biasa membayar dengan beras hasil panen sawah belakang rumah. 

Selain membayar zakat fitrah, saya dan suami juga mengeluarkan sedekah berupa beras. Tidak terlalu banyak sedekah yang kami keluarkan. Yang jelas kami tak harus membeli beras, jadi beras tinggal ambil.

Oya, beberapa hari yang lalu bapak bilang kalau mau membayar fidyah. Ibu sudah uzur, tidak dapat berpuasa dan tidak dapat mengqadha. Bapak sudah menyiapkan fidyah berupa beras dan uba rampe untuk satu bulan (30 hari) puasa yang ditinggalkan ibu. Saya menambahkan 3 paket beras beserta uba rampenya. 

Saya bersyukur  alhamdulillah. Semoga Allah menerima sedekah dan zakat fitrah keluarga saya. Amin ya Rabbal 'alamin.