Laman

Senin, 04 April 2016

Happy Writing, Andrias Harefa (Bagian 2)

Gambar 1. Buku Happy Writing
dok.pri

Impresi vs ekspresi
Bagi sebagian orang, menulis dianggap sulit. Salah satu alasan yang bisa kita lihat adalah orang tidak berani jujur, terkait dengan mengapa ia menulis. Ada sebagian orang yang ingin membuat orang lain terkesan dengan apa yang diucapkan. Apabila tulisannya tidak dapat memberikan kesan kepada orang lain maka ia merasa tulisannya membahayakan nama besarnya dan ia takut mencelakakan dirinya sendiri. Maka ia berpendapat lebih aman kalau tidak menulis.
Sebaliknya, sebagian orang produktif dalam menulis. Tujuannya menulis adalah mengekpresikan gagasan, pendapat dan pandangan tertentu. Ia ingin menyampaikan pesan tertentu melalui tulisan. Tujuan ia menulis adalah bukan untuk membuat orang lain terkesan, melainkan untuk membuat orang lain memahami idenya, gagasannya, dan posisi yang dipilihnya mengenai suatu persoalan.
Salah itu sulit
Membuat tulisan yang salah itu lebih sulit daripada membuat tulisan yang benar. Oleh sebab itu, menulis salah secara konsisten ternyata sulit. Dengan keyakinan menulis dengan salah itu sulit, membuat semangat dan gairah untuk segera menuntaskan tulisan yang tertunda atau memulai tulisan yang baru.
Salah definisi
Sebagian orang tidak berhasil menumbuhkan ketempilan menulisnya karena menganut definisi yang salah tentang apa itu menulis. Definisi menulis untuk setiap orang berbeda-beda. Definisi menulis yang benar adalah definisi emosional yaitu definisi yang mendorong kita menulis dan terus menulis.
Penulis bukan penyunting
Penulis tugasnya menulis. Sementara penyunting tugasnya memastikan tulisan menjadi layak terbit dalam arti yang seluas-luasnya. Secara profesi penulis dan penyunting itu berbeda, pada kenyataannya dalam diri kita ada penulis dan penyunting sekaligus.
Apabila keduanya tidak diatur secara baik, banyak gagasan yang ingin dituangkan menjadi tulisan telah terbunuh sebelum menjadi teks. Oleh sebab itu bila kita menulis, menulislah hingga selesai terlebih dahulu, gagasan sudah kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang sudah selesai inilah lalu kita sunting.
Menulis bikin cantik
Menurut pendapat James W. Pennebaker, menulis tentang hal-hal yang negative akan memberikan pelepasan emosional yang membangkitkan rasa puas dan lega. Fatima Mernissi, pernah menyarankan,”Usahakan menulis setiap hari. Niscaya, kulit Anda akan menjadi segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa. Menulis lebih baik daripada operasi plastik.”
Menjadi berbahaya
Dalam hal tulis-menulis tentu saja ada yang ingin kita capai dengan menulis artikel atau buku tertentu, menulis kita anggap penting untuk dilakukan, dan kita bersedia mengorbankan sesuatu untuk menulis. Kita memiliki cita-cita dalam menulis. Orang yang memiliki cita-cita jelas akan sangat berbahaya, sebab ia tidak digerakkan oleh situasi sekelilingnya, melainkan oleh kekuatan dari dalam batinnya. Ia akan memberikan manfaat bagi lingkungannya.
BAGIAN 2
Dua belas alasan
Caryn Mirriam Goldberg dalam karya berjudul Write Where You Are How to Use Writing to Make Sense of Your Life, menawarkan 12 alasan mengapa Anda harus menulis, yakni:
1.      Menulis membantu menemukan siapa dirimu’
2.      Menulis dapat membantu Anda percaya diri dan meningkatkan kebanggaan,
3.      Saat menulis, Anda mendengarkan pendapat unikmu sendiri,
4.      Menulis menunjukkan apa yang dapat Anda berikan pada dunia,
5.      Dengan menulis, Anda mencari jawaban terhadao pertanyaan dan menemukan pertanyaan baru untuk ditanyakan,
6.      Menulis meningkatkan kreativitas,
7.      Anda dapat berbagi dengan orang lain melalui kegiatan menulis,
8.      Menulis member Anda tempat untuk melepaskan amarah/ketakutan, kesedihan, dan perasaan menyakitkan lainnya,
9.      Anda dapat membantu menyembuhkan diri dengan menulis,
10.  Menulis memberi Anda kesenangan dan cara mengungkapkannya,
11.  Menulis membantu Anda lebih hidup,
12.  Anda dapat menemukan impian Anda dengan menulis.
Kalau ada begitu banyak alasan untuk menulis namun Anda tetap tidak juga menulis, maka tinggal satu kata untuk itu, KETERLALUAN!
Tak menulis apa-apa
…..
coba saja lihat baik-baik
di daftar penulis-penulis buku terkenal
namamu tak tercatat
bukan prestasi yang kau tak punya
bukan kurang kekayaan harta benda
bukan pula tiadanya pengetahuan dan pengalaman
masalahnya hanya satu saja
seperti masa-masa sebelumnya
tahun ini pun kau tak menulis apa-apa
…..
Seorang penulis akan meluangkan waktu untuk menulis, menyebabkan lahirnya karya tulis. Untuk orang-orang hebat luar biasa, orang-orang kaya raya, kaum cerdik cendekia Indonesia, menulislah, berbagilah, jangan simpan pengetahuan dan pengalaman Anda untuk dibawa mati.
Agar tak hilang
Pramoedya Ananta Toer menulis,”Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.”
Socrates, Plato, Aristoteles, Stephen Covey mencatatkan nama dalam buku sejarah karena menulis. Jika Anda tidak menulis, nama Anda akan hilang dalam sejarah. Apabila nama kita tidak mau hilang dari sejarah khususnya keluarga sendiri, maka menulislah.
Makin cerdas
Menulis merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan. Semakin sering menulis, maka kecerdasan dalam berbahasa (perbendaharaan katanya) semakin meningkat, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan berbagai kecerdasan lainnya terus berkembang tanpa henti.
Pada awal menulis banyak sekali melakukan kesalahan. Dengan sering menulis, maka kesalahan yang dilakukan semakin berkurang. Ini berarti semakin sering menulis, orang akan semakin cerdas.
Apa saja bisa
Banyak hal yang kita tangkap dari lingkungan kita. Apa yang kita lihat, kita rasakan dan pengalaman bisa kita jadikan idea tau gagasan untuk membuat tulisan. Jadi apa saja bisa dijadikan gagasan yang akan ditulis. Mungkin ide atau gagasan sangat banyak, akan tetapi kita kesulitan untuk memulai menulis,
Tulislah apa yang akan Anda tulis, tulislah sebanyak-banyaknya. Lalu tulisan diperbaiki sedikit demi sedikit sambil menulis. Dengan sering menulis, hasil tulisan akan lebih baik.
Strategi menulis
Agar kita mencapai pada tujuan yang jelas, maka kita memerlukan strategi. Namanya juga strategi, jarang sekali ada yang sempurna sejak awal. Orang harus terjun ke lapangan dan mencoba berbagai cara untuk kemudian paham cara mana yang efektif dan mana yang tidak efektif.
Strategi pertama yang ditempuh dengan menulis apa saja yang ingin ditulis. Setelah tulisan selesai, tulisan disunting dengan cara menambah atau mengurangi agar tulisan lebih menarik dan komunikatif. Bila memerlukan referensi, bisa juga ditambahkan hasil bacaan dari buku yang relevan.
Sekarang juga
Untuk menjadi penulis, kita tidak memerlukan waktu yang panjang. Untuk menjadi penulis yang diperlukan hanyalah kemauan. Untuk menjadi penulis, Anda hanya perlu melahirkan karya tulis. Bila tulisan Anda muncul di blog atau di media mana pun yang bisa dinikmati orang, maka dalam arti sederhana Anda sudah jadi penulis. Maka menulislah sekarang juga, jangan ditunda.
Pembelajar itu mencatat
Seorang pramugara Garuda Indonesia, Agung Webe, sudah menulis beberapa buku. Buku yang ditulis, antara lain Javenese Wisdom Berpikir dan Berjiwa Besar (2007), Recollection Menata Kembali Program Pikiran (2007), dan 7 Langkah Sederhana Untuk Mengubah Hidup Menjadi Lebih Bermakna (2009).
Agung mengatakan bahwa ia membiasakan diri untuk membuat catatan dari apa yang ia pelajari setiap hari. itulah ciri seorang pembelajar. Dengan membuat catatan setiap hari, maka pembelajar bisa menghasilkan karya tiap tahunnya.
Karier tanpa pension
Penulis adalah karier tanpa pensiun. Menulis dapat dilakukan siapa saja dan kapan saja. Seseorang dengan usia berapa pun bisa menjadi penulis. Penulis adalah karier tanpa batas umur dan tak kenal kata pensiun.
Latihan 30 hari
Terapis dan penulis, memerlukan waktu yang sama untuk menjadi terapis professional dan penulis. Artinya, menjadi terapis professional membutuhkan waktu untuk berlatih memijat tamu cukup lama. Misalnya, sebelum benar-benar terjun menjadi terapis, calon terapis harus melakukan praktik terapi sekitar 30 hari berturut-turut. Setiap hari rata-rata 2-6 tamu. Dibutuhkan waktu sekitar 90 menit untuk setiap tamu.
Kita analogkan, penulis memerlukan latihan menulis stiap hari selama 30 hari. Tiap hari menulis selama kurang lebih 2-6 kali waktu. Tiap menulis selama sekitar 90 menit. Kalau dilakukan dengan komitmen yang tinggi dan konsisten, tentu hasilnya menjadi penulis professional. Akan tetapi terapis dan penulis ternyata tidak bisa dianalogkan. Mengapa? Karena memang keduanya berbeda.
Kaidah 10.000 jam
Kesuksesan adalah bakat ditambah latihan. Masalahnya dengan pandangan ini adalah semakin dekat para psikolog menelaah karier mereka yang berbakat, sepertinya semakin kecil peranan bakat bawaan dan semakin besar peranan latihan.
Umtuk menjadi penulis yang dibutuhkan pertama-tama adalah latihan yang banyak. Sepanjang orang bisa mempertahankan minatnya untuk berlatih soal menulis, maka ia harus diasumsikan berbakat. Dan apabila latihan itu bisa dilakukannya lebih dari 10.000 jam, maka ia akan menjadi ahli kelas dunia dalam soal tersebut (menulis).
BAGIAN 3
Dari mana saja
Menulis bisa dimulai dari mana saja. Setelah tulisan ada, Anda masih punya kesempatan untuk menyunting, mengatur letak kalimat dan alenianya, menambah dan mengurangi kalimat/kata. Menyunting bisa dilakukan kalau kita sudah menulis dan ada yang perlu diperbaiki. Bila kita belum menulis, maka tidak aka nada yang akan diperbaiki.
Buatlah tulisan terlebih dahulu sampai selesai. Harapannya tulisan bisa bermanfaat untuk orang lain. Mulailah menulis dari mana saja.
Menulis itu membaca
Seorang penulis pasti gemar membaca. Dengan membaca maka perbendaharaan kata kita semakin bertambah. Orang yang malas membaca maka ia akan miskin perbendaharaan kata-katanya. Menulis itu artinya membaca. Dalam menulis memerlukan referensi.
Belajar tentang menulis
Belajar menulis ya dengan langsung praktik menulis. Apabila belajar menulis tidak tidak langsung praktik menulis, hanya dengan mempelajari teori-teori tentang menulis, malah nanti jadi pusing dan kehilangan gairah menulis. Dalam menulis, belajar itu praktik, melakukan apa yang dipelajari.
Belajar setelah menulis
Lebih baik belajar tentang menulis setelah praktik menulis. Dengan demikian kita tidak dipusingkan dengan berbagai macam teori. Kalau teori membuat Anda pusing, maka praktikkan saja dulu sebelum kembali ke teori. Artinya menulislah lagi, lagi dan lagi-lagi menulis.
Menulis tanpa pertimbangan
Ada banyak alasan mengapa orang menulis, entah artikel, puisi, cerpen esai, buku dan karya tulis lainnya. Karena ingin mendapat honor, ingin terkenal, ingin megabadikan nama, ingin menerapi diri, ingin cantik, ingin cerdas, ingin mengekspresikan diri, menyatakan posisi terhadap suatu persoalan, ingin tidur tenang, dan sebagainya. Akan tetapi kita bisa menulis tanpa alasan atau tanpa pertimbangan. Sigit Kurniawan menyebutkan semangat scribo ergo sum, aku menulis maka aku ada.
Menulis dengan gembira
Menulis itu sebuah kegiatan yang mulia, berjuta makna positifnya, dan terdiri dari 3 tingkatan. pada tingkat pertama, menulis bisa membuat orang tertekan. Menulis adalah beban. Perlu petunjuk dan berbagai kiat untuk menuntaskannya.
Pada level kedua, orang bisa menulis dengan lancar untuk berbagai tujuan yang diinginkannya. Menulis membuat dirinya terkenal, dihormati, kaya, dianggap pakar dan sebagainya. Menulis bukan beban melainkan unjuk prestasi.
Pada level tertinggi, orang menjadi penulis karena menulis itu membuatnya mampu memaknai hidup dengan gembira. Menulis dengan gembira merupakan pertanda bahwa ia sampai level spiritual.
Toilet dan kamar mandi
Apakah kaitannya antara toilet dan kamar mandi dengan menulis? Kita perlu mengetahui tempat atau situasi dan aktivitas macam apa yang dapat memicu ide kreatif untuk menulis. Dari tenpat dan situasi yang bermacam-macam, setiap orang pasti punya pendapat sendiri-sendiri, toilet dan kamar mandi kemungkinan merupakan tempat yang dapat memicu ide kreatif untuk menulis.
(BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar