Medsos Untuk Berkomunikasi Komunitas dok.pri |
Medsos tidak selamanya negatif,
tinggal bagaimana kita memanfaatkannya. Kalau ada orang yang fulltime
tergantung medsos, itu juga tidak pertanda buruk. Bisa saja mereka membutuhkan
medsos untuk melancarkan usahanya. Saya kira tak perlu sinis menyikapinya. Kalau
kita bisa membatasi diri dalam menggunakan medsos, maka lebih baik jangan
mencemooh pada orang lain yang tidak seperti kita.
Saya sendiri hampir setiap
hari memerlukan medsos, dengan tujuan berbagi tulisan. Berbagi pengalaman dan
berbagi manfaat, siapa tahu berguna untuk orang lain. Kalau tulisan kita
bermanfaat, kita mendapatkan pahala, bukan? Ternyata mencari pahala tidak
terlalu rumit.
Hari Senin, 30 Mei 2016,
kebetulan masih ulangan umum. Saya berangkat ke sekolah agak siang. Sebelum mengunci
pintu, saya menghidupkan hp dan menyempatkan diri membuka fb. Di beranda saya,
ada kiriman dari seseorang untuk teman saya. Isi kirimannya (statusnya) adalah:
“Innalillahi wa inna ilaihi
rojiuun. Dik Anto, Mas sekeluarga nderek belasungkawa atas meninggalnya
Ayahanda (Pak Lik Syamsoedin) dan kami mendoakan,”Allahumma firlahu,…. Dst,
Allahumma amin.”
Saya mengerutkan kening. Saya
tidak mendapatkan kabar lelayu, ternyata bapak dari sahabat dekat saya meninggal
dunia. Dari fb tersebut, saya mengirimkan berita lewat WA pada sahabat dekat
saya lainnya. Lalu saya mematikan hp, saya berangkat sekolah.
Sampai di sekolah, teman
saya yang sedang kehilangan Bapak mendekati saya. Saya kaget, kok dia tetap
sekolah, masuk seperti biasa seolah tak ada apa-apa?
“Kamu kirim WA, beritanya
dari mana?”
“Dari facebook.”
“Kok ngerti?”
“Nggon beranda kan ada.”
Karena teman saya tak begitu
paham tentang facebook, yang penting bisa kirim inbox, buat status, upload
foto, maka dia tidak habis mengerti kok saya bisa copas berita. Yang tak kalah
kaget adalah teman saya yang saya kirimi WA. Dia sama sekali tak mengenal FB.
Teman saya yang bernama Pak
Har (Dik Anto) berpesan pada saya bahwa berita lelayu ini tak perlu
disebarluaskan. Saya tahu maksudnya. Tiga teman saya lainnya yang tahu berita
ini juga bungkam.
Kami, sebagai teman dekat
sebetulnya ingin bersilaturahmi ke rumah keluarga Pak Har, tetapi Pak Har tidak
menanggapi. Tidak menyetujui atau menolak. Rupanya dia tidak ingin merepotkan
teman-temannya. Apalagi beritanya sampai Bapak Pimpinan.
00000
Ternyata dari medsos, saya
bisa mengetahui berita tentang lelayu, meski teman saya menutupinya. Padahal dia
sendiri tidak menyebarkan berita.
Memang kita harus bijak
memanfaatkan medsos. Gunakan secukupnya (ini juga relatif), bagi pelaku bisnis
yang mengandalkan medsos, ini memang tidak bisa dibatasi. Bagi yang usahanya
tak memerlukan medsos, jangan merasa atau memperlakukan hp secara berlebihan. Jangan
memperlakukan hp melebihi perlakuan kita pada anak-anak. Anak-anak saja belum
tentu dalam sehari kita sentuh, tapi hp kita setiap saat kita sentuh.
Saya memerlukan medsos, tapi
saya tetap mengutamakan Dhenok dan Thole. Bagi saya, mereka harta tak ternilai
yang kami miliki.
Karanganyar, 31 Mei 2016
(01.24 WIB)
Catatan: karena listrik mati, Senin malam, posting
tulisannya diundur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar