Seorang
kenalan bercerita bahwa dia baru saja bertemu saudaranya. Saudaranya ini
kelihatan kurus, lebih tua dan jelek. Glek, kata yang terakhir inilah yang
membuat saya mengernyitkan kening.
Sebenarnya
kita tidak boleh menghina fisik seseorang, sebab fisik seseorang adalah ciptaan
Tuhan. Kalau kita menghina fisik seseorang berarti menghina Tuhan. Ternyata yang
dimaksud fisik di sini bukan cacat mukanya melainkan raut mukanya yang menjadi
jelek karena suatu hal. Yaitu karena saudara kenalan saya ini jarang (sukar)
untuk tersenyum.
Benar
juga, orang kalau tidak pernah tersenyum biarpun cantik tetap saja kelihatan
jelek. Atau seganteng apa, kalau cemberut terus, mana kelihatan gantengnya. Orang
yang pelit tersenyum, mencerminkan keadaan hatinya.
Benar
juga, salah satu bentuk sedekah adalah tersenyum pada orang lain. Dan, orang
yang murah senyum akan disegani orang, didekati orang lain (yang sudah
mengenalnya). Bandingkan kalau kita berdekatan dengan orang yang cemberut. Jangan-jangan
kita kena imbas dari suasana hatinya.
Tersenyumlah,
karena tersenyum tak memerlukan biaya yang besar dan energy yang besar. Orang yang
cemberut mengeluarkan energy yang cukup besar. Membiasakan diri tersenyum pada
orang yang kita kenal bisa dilatih. Kalau kita murah senyum, ada keuntungan
yang akan kita peroleh.
Kalau
tersenyum hanya memerlukan sedikit energy, menambah kecantikan kita, menambah
saudara, masihkah kita pelit untuk tersenyum? Kalau cemberut dan pelit senyum
menguras energy dan membuat muka kita tambah jelek dan lebih tua, apakah kita
mau mempertahankan? Apakah kita tidak mau meninggalkan muka cemberut?
Mungkin
yang dimaksud kenalan saya jeleknya muka saudaranya itu karena pelit senyum
bukan cacat fisik. Semoga kita termasuk golongan orang yang murah senyum dan
cantik.
Karanganyar,
17 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar