Laman

Rabu, 05 Juli 2017

Reuni Dan Kaos Seragam Reuni

Seragam keluarga bukan seragam reuni

Sebenarnya tidak ada aturan yang mengharuskan reuni dilakukan saat-saat momen lebaran. Reuni, mau diadakan kapan saja boleh dan sah-sah saja. Seandainya reuni diadakan bukan saat (nuansa) lebaran, ya silakan. Pokoknya waktu reuni itu tidak mengikat. Yang penting saat reuni ada peserta yang datang. Reuni, tidak perlu harus mendatangkan sekian orang. Bertiga, berempat atau berlima, reuni tetap bisa jalan (kalau satu orang, bukan reuni dong hahaha).

Untuk mengumpulkan banyak orang pada saat tertentu bukan perkara mudah. Antara satu orang dengan lainnya memiliki kepentingan dan acara berbeda. Kalau saat reuni ada teman yang tidak bisa datang, tentu saja kita harus maklum. Kita tidak bisa memaksa orang lain agar sama dalam hal waktu luang. Berpikiran positif saja terhadap teman-teman yang tidak bisa menghadiri reuni.

Reuni digunakan untuk sarana silaturahmi. Reuni jangan digunakan untuk pamer. Pokoknya sembarang pamer tak perlu dilakukan saat reuni. Jabatan, kekayaan, prestasi, anak, pasangan dan lain-lain tak perlu dipamerkan. Reuni bukan ajang pamer, reuni juga bukan ajang berkeluh kesah. Reuni bukan untuk mengungkit sesuatu yang menyakitkan atau reuni bukan untuk menyemaikan kembali cinta yang telah lalu. (Karena yang saya sebut yang terakhir, kadang terjadi pada dua insan yang pernah jadian. Jadian apa sih? Silakan diterjemahkan sendiri).

Kalau pada saat reuni ternyata ada teman yang bisa membantu atau kita bantu dalam hal mendapatkan pekerjaan, ya baguslah kalau begitu. Inilah sisi positif dari reuni. Senang rasanya bila melihat teman-teman kita sukses dan bisa menyukseskan teman yang lain.

Reuni bisa dilaksanakan di mana saja. Masalah tempat bisanya dipilih posisi di tengah-tengah. Maksudnya, tempatnya bisa terjangkau dari berbagai penjuru. Biasanya teman-teman kan rumahnya tidak berdekatan. Reuni bisa dilaksanakan di rumah, menyewa rumah makan, menyewa gedung, atau di tempat wisata tertentu. Semua tergantung kesepakatan.

Untuk mengenal peserta reuni (kalau pesertanya banyak), biasanya ada seragam reuni. Kadang-kadang, saat reuni peserta juga mengajak pasangannya. Misalnya 20 sampai 30 tahun tidak pernah bertemu, mungkin kita pangling pada teman. Kalau pasangan (bukan dari sekolah yang sama) memakai seragam, nanti bakalan keliru dan omongannya mungkin tidak nyambung dong.

Yang paling praktis seragamnya adalah kaos dengan tulisan tertentu dan ada tahun reuni. Dengan demikian, terkesan ada kekompakan meskipun sudah lama berpisah. Kalau mau mengikuti, ada reuni bersama teman SD, SMP maupun SMA. Bila pada tahun yang sama, reuni pada ketiga jenjang kita ikuti, dan saat reuni memakai seragam, berapa seragam reuni yang kita miliki? Kalau reuni dilakukan tiap tahun, berapa seragam yang kita miliki? Dan jangan lupa seragam itu hanya dipakai bareng dengan banyak orang pada saat reuni. Selebihnya kita pakai sebagai pakaian harian. Atau kita pakai saat bertemu teman tertentu dan sudah janjian memakai kostum tertentu, misalnya.

Saya bukan anti seragam. Saya juga tidak tiap tahun menghadiri acara reuni. Yang saya ingat, sejak lulus SD tahun 1984 saya baru mengikuti sekali reuni SD. SMP lulus tahun 1987, sampai sekarang saya belum pernah mengikuti reuni (Padahal hanya di Yogyakarta, tiap tahun diadakan pertemuan rutin). SMA lulus tahun 1990, baru tiga kali saya mengikuti reuni. Bahkan dengan teman kuliah (lulus tahun 1993) saya belum pernah bertemu dengan teman-teman D3 Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Negeri Yogyakarta. Bagi saya bertemu teman lama itu penting tetapi tidak paling penting. Kalau memang waktunya memungkinkan, saya juga berusaha untuk mengikuti reuni.

Kembali pada seragam untuk reuni. Bila tiap reuni kita harus membeli seragam, berapa banyak akan kita miliki seragam reuni? Belum lagi kalau ternyata seragam yang digunakan reuni SD, SMP atau SMA warnanya sama. Rasanya kok menumpuk-numpuk pakaian. Apakah tidak lebih baik kalau pakaian yang dikenakan saat reuni memakai dresscode saja. Bisa saja warna pakaiannya sama atau senada, entah itu polos, bercorak dan lain-lain. Lebih hemat dan tidak mubazir. Wahhhh, nggak kompak dong? Ya, silakan saja kalau mau memakai seragam. Saya cenderung suka memakai pakaian yang warnanya senada. Dengan memakai dresscode, bisa saja kita tak perlu membeli baju/kaos lagi karena kita sudah punya pakaian yang dimaksud dan tinggal memakai.

Seandainya seragam reuni diberikan secara gratis karena ada sponsor, saya mau-mau saja. Ya, barangkali suatu saat pada pelaksanaan reuni ada sponsor yang akan memberikan seragam secara gratis. Wah, ngarep banget!


Karanganyar, 5 Juli 2017 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar