Seragam keluarga bukan seragam reuni |
Sebenarnya
tidak ada aturan yang mengharuskan reuni dilakukan saat-saat momen lebaran. Reuni,
mau diadakan kapan saja boleh dan sah-sah saja. Seandainya reuni diadakan bukan
saat (nuansa) lebaran, ya silakan. Pokoknya waktu reuni itu tidak mengikat. Yang
penting saat reuni ada peserta yang datang. Reuni, tidak perlu harus
mendatangkan sekian orang. Bertiga, berempat atau berlima, reuni tetap bisa
jalan (kalau satu orang, bukan reuni dong hahaha).
Untuk
mengumpulkan banyak orang pada saat tertentu bukan perkara mudah. Antara satu orang
dengan lainnya memiliki kepentingan dan acara berbeda. Kalau saat reuni ada
teman yang tidak bisa datang, tentu saja kita harus maklum. Kita tidak bisa
memaksa orang lain agar sama dalam hal waktu luang. Berpikiran positif saja
terhadap teman-teman yang tidak bisa menghadiri reuni.
Reuni
digunakan untuk sarana silaturahmi. Reuni jangan digunakan untuk pamer. Pokoknya
sembarang pamer tak perlu dilakukan saat reuni. Jabatan, kekayaan, prestasi,
anak, pasangan dan lain-lain tak perlu dipamerkan. Reuni bukan ajang pamer,
reuni juga bukan ajang berkeluh kesah. Reuni bukan untuk mengungkit sesuatu
yang menyakitkan atau reuni bukan untuk menyemaikan kembali cinta yang telah
lalu. (Karena yang saya sebut yang terakhir, kadang terjadi pada dua insan yang
pernah jadian. Jadian apa sih? Silakan diterjemahkan sendiri).
Kalau
pada saat reuni ternyata ada teman yang bisa membantu atau kita bantu dalam hal
mendapatkan pekerjaan, ya baguslah kalau begitu. Inilah sisi positif dari reuni.
Senang rasanya bila melihat teman-teman kita sukses dan bisa menyukseskan teman
yang lain.
Reuni
bisa dilaksanakan di mana saja. Masalah tempat bisanya dipilih posisi di
tengah-tengah. Maksudnya, tempatnya bisa terjangkau dari berbagai penjuru. Biasanya
teman-teman kan rumahnya tidak berdekatan. Reuni bisa dilaksanakan di rumah,
menyewa rumah makan, menyewa gedung, atau di tempat wisata tertentu. Semua tergantung
kesepakatan.
Untuk
mengenal peserta reuni (kalau pesertanya banyak), biasanya ada seragam reuni. Kadang-kadang,
saat reuni peserta juga mengajak pasangannya. Misalnya 20 sampai 30 tahun tidak
pernah bertemu, mungkin kita pangling pada teman. Kalau pasangan (bukan dari
sekolah yang sama) memakai seragam, nanti bakalan keliru dan omongannya mungkin
tidak nyambung dong.
Yang
paling praktis seragamnya adalah kaos dengan tulisan tertentu dan ada tahun
reuni. Dengan demikian, terkesan ada kekompakan meskipun sudah lama berpisah. Kalau
mau mengikuti, ada reuni bersama teman SD, SMP maupun SMA. Bila pada tahun yang
sama, reuni pada ketiga jenjang kita ikuti, dan saat reuni memakai seragam,
berapa seragam reuni yang kita miliki? Kalau reuni dilakukan tiap tahun, berapa
seragam yang kita miliki? Dan jangan lupa seragam itu hanya dipakai bareng
dengan banyak orang pada saat reuni. Selebihnya kita pakai sebagai pakaian
harian. Atau kita pakai saat bertemu teman tertentu dan sudah janjian memakai
kostum tertentu, misalnya.
Saya
bukan anti seragam. Saya juga tidak tiap tahun menghadiri acara reuni. Yang saya
ingat, sejak lulus SD tahun 1984 saya baru mengikuti sekali reuni SD. SMP lulus
tahun 1987, sampai sekarang saya belum pernah mengikuti reuni (Padahal hanya di
Yogyakarta, tiap tahun diadakan pertemuan rutin). SMA lulus tahun 1990, baru
tiga kali saya mengikuti reuni. Bahkan dengan teman kuliah (lulus tahun 1993)
saya belum pernah bertemu dengan teman-teman D3 Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP
Negeri Yogyakarta. Bagi saya bertemu teman lama itu penting tetapi tidak paling
penting. Kalau memang waktunya memungkinkan, saya juga berusaha untuk mengikuti
reuni.
Kembali
pada seragam untuk reuni. Bila tiap reuni kita harus membeli seragam, berapa
banyak akan kita miliki seragam reuni? Belum lagi kalau ternyata seragam yang
digunakan reuni SD, SMP atau SMA warnanya sama. Rasanya kok menumpuk-numpuk
pakaian. Apakah tidak lebih baik kalau pakaian yang dikenakan saat reuni
memakai dresscode saja. Bisa saja warna pakaiannya sama atau senada, entah itu
polos, bercorak dan lain-lain. Lebih hemat dan tidak mubazir. Wahhhh, nggak
kompak dong? Ya, silakan saja kalau mau memakai seragam. Saya cenderung suka
memakai pakaian yang warnanya senada. Dengan memakai dresscode, bisa saja kita
tak perlu membeli baju/kaos lagi karena kita sudah punya pakaian yang dimaksud
dan tinggal memakai.
Seandainya
seragam reuni diberikan secara gratis karena ada sponsor, saya mau-mau saja. Ya,
barangkali suatu saat pada pelaksanaan reuni ada sponsor yang akan memberikan
seragam secara gratis. Wah, ngarep banget!
Karanganyar,
5 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar