Laman

Selasa, 03 April 2018

BERHASIL MELEWATI MASA SULIT TAHAP I



Kali ini saya berhasil melewati masa sulit tahap I. masa sulit itu adalah mengajarkan dan membiasakan si kecil untuk membaca dan menulis. Bagi saya itu luar biasa karena selama ini perjuangan saya juga tidak main-main.

Setelah mau membaca dan menulis meskipun masih ada sedikit kekeliruan, si kecil juga mulai belajar berhitung. Ini juga tidak gampang karena si kecil malas untuk menghafal. Saya lihat si kecil selalu memanfaatkan jari-jarinya untuk berhitung. Untuk bilangan yang mudah saja, si kecil juga memanfaatkan jari-jarinya untuk berhitung dengan cara disembunyikan. Meskipun saya ajari mencongak, dia tidak mau menghafal (Nyerah, pasrah).

Mungkin bagi orang lain, kemampuan si kecil ini akan dinilai kurang atau berpikir lambat. Saya selalu memberikan apresiasi dari setiap perkembangan si kecil. Mengapa demikian? Sebab sejak awal si kecil “sulit” diajak untuk maju dan pandai.

Akan tetapi saya justeru bersyukur, saya diberi kesabaran untuk bersama si kecil dalam keadaan bagaimanapun. Saya selalu bersyukur karena Allah menganugerahkan kepada saya titipan yang luar biasa.

Kebiasaan berlatih yang dulunya terpaksa, sekarang sudah menjadi kebutuhan untuk berlatih. Buktinya setiap ada pekerjaan rumah yang diberikan oleh gurunya (hanya 5 soal, dengan kalimat pendek), si kecil selalu antusias untuk mengerjakannya.

Sampai sekarang, sebelum berolahraga badminton, syarat membaca atau menulis tetap wajib dipenuhi. Saya paksakan ini karena setelah berolahraga, si kecil lelah dan mudah mengantuk.

Setiap menjelang tidur, saya tetap menagih si kecil membaca surat pendek secara acak. Mungkin hafalannya belum bertambah tapi tetap saya biasakan untuk menghafal surat-surat pendek.

Satu lagi ritual yang kami lakukan menjelang si kecil tidur adalah berkomunikasi, bercerita dan berbagi pengalaman. Saya juga memberikan motivasi dan cerita keteladanan agar si kecil bersemangat dan percaya diri.

Kalau sudah tidur, saya pandangi si kecil. Kadang dengan air mata yang meleleh dalam hati saya berkata,”kamu teramat istimewa yang Mami miliki. Kamu bisa seperti mereka meski kemampuanmu tidak secetar mereka. Kamu menguji kesabaran mami sejak bayi sampai sekarang. Alhamdulillah, kamu semakin pintar.”

00000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar