Kali
ini saya berhasil melewati masa sulit tahap I. masa sulit itu adalah
mengajarkan dan membiasakan si kecil untuk membaca dan menulis. Bagi saya itu
luar biasa karena selama ini perjuangan saya juga tidak main-main.
Setelah
mau membaca dan menulis meskipun masih ada sedikit kekeliruan, si kecil juga
mulai belajar berhitung. Ini juga tidak gampang karena si kecil malas untuk
menghafal. Saya lihat si kecil selalu memanfaatkan jari-jarinya untuk
berhitung. Untuk bilangan yang mudah saja, si kecil juga memanfaatkan
jari-jarinya untuk berhitung dengan cara disembunyikan. Meskipun saya ajari
mencongak, dia tidak mau menghafal (Nyerah, pasrah).
Mungkin
bagi orang lain, kemampuan si kecil ini akan dinilai kurang atau berpikir
lambat. Saya selalu memberikan apresiasi dari setiap perkembangan si kecil. Mengapa
demikian? Sebab sejak awal si kecil “sulit” diajak untuk maju dan pandai.
Akan
tetapi saya justeru bersyukur, saya diberi kesabaran untuk bersama si kecil
dalam keadaan bagaimanapun. Saya selalu bersyukur karena Allah menganugerahkan
kepada saya titipan yang luar biasa.
Kebiasaan
berlatih yang dulunya terpaksa, sekarang sudah menjadi kebutuhan untuk
berlatih. Buktinya setiap ada pekerjaan rumah yang diberikan oleh gurunya
(hanya 5 soal, dengan kalimat pendek), si kecil selalu antusias untuk
mengerjakannya.
Sampai
sekarang, sebelum berolahraga badminton, syarat membaca atau menulis tetap
wajib dipenuhi. Saya paksakan ini karena setelah berolahraga, si kecil lelah
dan mudah mengantuk.
Setiap
menjelang tidur, saya tetap menagih si kecil membaca surat pendek secara acak. Mungkin
hafalannya belum bertambah tapi tetap saya biasakan untuk menghafal surat-surat
pendek.
Satu
lagi ritual yang kami lakukan menjelang si kecil tidur adalah berkomunikasi,
bercerita dan berbagi pengalaman. Saya juga memberikan motivasi dan cerita
keteladanan agar si kecil bersemangat dan percaya diri.
Kalau
sudah tidur, saya pandangi si kecil. Kadang dengan air mata yang meleleh dalam
hati saya berkata,”kamu teramat istimewa yang Mami miliki. Kamu bisa seperti
mereka meski kemampuanmu tidak secetar mereka. Kamu menguji kesabaran mami
sejak bayi sampai sekarang. Alhamdulillah, kamu semakin pintar.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar