Oleh:
Noer Ima Kaltsum
Memiliki
dua anak dengan postur tubuh berbeda, saya rasakan karena saya memperlakukan
mereka berbeda. Hal itu disebabkan kondisi keduanya juga berbeda.
Ketika
si sulung lahir, saya masih ikut mertua tinggal di rumah yang letaknya di
pinggir jalan. Salah seorang tetangga memiliki anak sebaya dengan anak saya. anak
tetangga, sebut saja Puput dan anak saya adalah Fai.
Sejak
usia 4 bulan, Puput gampang sekali makan. Bubur susu yang dibuatkan selalu
habis tanpa sisa dalam waktu sebentar. Sedangkan Fai harus disuap dengan
berbagai macam rayuan agar mulutnya mau terbuka. Puput diberi makanan apa pun
tidak menolak, terutama setelah mengenal nasi. Saat mengenalkan nasi, tak
kurang-kurang akal, nasi dan sayur diblender. Kadang-kadang diblender sampai
halus atau kasar. Tetap saja Fai tidak begitu lahap makannya.
Dari
dua kondisi ini, kelihatan sekali mana yang gemuk dan mana yang kurus. Puput gemuk
karena doyan makan dan Fai kurus karena sulit makan. Alhamdulillah, meskipun
tidak gemuk, Fai dalam keadaan sehat dan berat badan masuk dalam kategori
normal.
00000
Faiz,
anak kedua lebih gampang makan dari awal. Faiz sejak bayi, setiap jam kerja
dititipkan di taman penitipan anak. Saat mulai makan makanan tambahan, Faiz
dikenalkan dengan bubur susu. Alhamdulillah, Faiz gampang membuka mulut. Setelah
pemberian bubur susu, dilanjutkan dengan nasi tim.
Saya
tidak ingin yang dialami Fai juga dialami adiknya. Ketika mengenalkan nasi,
nasi dan sayur diblender halus. Ternyata Faiz mau. Oleh karena saya harus berangkat
bekerja pagi hari, maka Faiz juga harus
bisa cepat makannya. Nasi blender adalah solusi tepat bagi saya agar Faiz mau
mengkonsumsi nasi dan sayuran.
Kalau
tidak diblender, biasanya nasi cuma diemut. Di taman penitipan anak, Faiz
disuapi nasi lembek. Anaknya mau makan tapi hanya sedikit.
Di rumah,
tetangga ada yang bilang, “Sudah besar, kok masih disuapi nasi blender.”
Saya
hanya membantin, ini cara saya, saya Ibu bekerja yang selalu dikejar waktu. Nanti
kalau sudah waktunya makan nasi utuh pasti juga mau. Setelah usianya dua tahun,
anaknya sudah bisa makan nasi sendiri meskipun tercecer di sana sini. Pada usia
dua tahun ini, kelihatan sekali perbedaan postur tubuh Fai dan Faiz. Fai kurus
tapi gesit, sedangkan Faiz gemuk tapi tidak segesit kakaknya.
Oleh
karena sejak kecil pola makannya berbeda, maka postur tubuhnya juga berbeda. Kondisi
sekarang Fai tinggi, kurus dan Faiz tinggi, gemuk. Fai, usia 18 tahun, hingga
kini sulit makan dan Faiz, usia 8 tahun, sangat doyan makan.
00000
Kalau
banyak Ibu yang risih disindir orang lain perihal berat badan anaknya dan dibilang
kurus, itu wajar. Saya juga pernah mengalami. Bagi saya, tidak perlu
ditanggapi. Saya pernah mengalami kondisi anak tak doyan makan, sampai mulut benar-benar
tidak mau dibuka. Sebagai orang tua, lauk atau sayur apa saja sudah dicoba
diberikan pada anak, tapi tetap saja anaknya tidak mau. Dulu, rasanya sedih
bila anak tidak mau makan nasi. Maunya minum susu, biskuit, atau kudapan
lainnya.
Setiap
orang tua memiliki cara untuk memaksa anaknya mau makan. Kita boleh memberi
masukan pada orang yang anaknya sulit makan, tapi jangan berharap mereka mau
melakukan saran kita. Biarkan mereka memilih caranya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar