noerimakaltsum.com. Aku harus
meluangkan waktu untuk memperpanjang masa berlaku SIM C yang aku miliki. Tahu sendiri,
bukan? Terlambat satu hari (untuk memperpanjang), SIM sudah tidak berlaku dan
aku harus mencari SIM baru dengan prosedur rumit dan memakan waktu dan biaya.
Mumpung
tidak ada kegiatan, hari Senin 24 Agustus 2020, aku menuju kantor SATLANTAS. Namanya
juga orang super rajin, jadi sampai di kantor Satlantas kepagian. Tapi tak
apalah, lebih baik kepagian daripada kesiangan. Akhirnya ada Pak Polisi yang
memberi tahu syarat dan cara perpanjangan SIM. (Aku pakai istilah perpanjangan
SIM saja, yang lazim didengar).
Kusiapkan
KTP dan SIM C asli. Aku menuju tempat fotocopy di seberang (depan) kantor Satlantas. Di sana petugas fotocopy sudah
paham, 2 kartu identitasku difotocopy sebanyak 5 lembar, kemudian kuterima
stofmap warna biru (khusus SIM C, kalau SIM A stofmap warna kuning), dan plastik
kecil untuk wadah SIM. Aku harus membayar 6.000 rupiah. Di tempat fotocopy sudah
tertera prosedur mencari SIM. Wah terbantu juga, sebab langkah-langkahnya ada
dan lokasinya juga ditunjukkan.
Aku berjalan
ke timur untuk melakukan tes psikologi. Kantor untuk tes psikologi ini
berdekatan dengan tempat kuliner Rocket Chicken. Beruntung, antreannya belum
banyak. Jadi, begitu datang lalu mendaftar dengan menyerahkan selembar salinan
identitas, aku bisa mengikuti tes psikologi. Tes psikologi ini biayanya lima
puluh ribu rupiah. Soal tes psikologi tidak sulit. Aku hanya menjawab ya atau
tidak berdasarkan keadaanku. Misalnya apakah aku gampang marah? Apakah aku
sering deg-degan dan tidak tenang? Apakah aku sering mencret menghadapi situasi
tertentu? Apakah aku minder? Apakah aku mudah malu? Apakah aku tidak percaya
diri? Pertanyaan lainnya cuma seputar itu-itu saja, keseharian banget. Jadi,
kondisiku beda dengan kondisimu, bukan?
Nah,
materi soal nggak boleh difoto, ya. Nggak penting! Daripada kena masalah,
mending nggak usah melanggar aturan ini. Setelah soal kujawab semua, lembar
jawab aku kumpulkan dan aku menunggu hasilnya nggak pakai lama. Syukur Alhamdulillah,
aku tidak mengulang. Oh ya, lembar kertas hasil tes psikologi jangan dibuang ke
tong sampah ya. Ini nanti dikumpulkan lo.
Lanjut
menuju tempat lain untuk cek kesehatan, tepatnya di belakang gedung Satlantas
(kampung Dompon, dekat Klinik Kecantikan Dokter Melany) . Berjalan dari jalan
Lawu ke kampung Dompon cukup menyehatkan. Aku praktikkan jalan tergopoh-gopoh. Sampai-sampai
banyak orang yang memperhatikanku. Aku cuek saja. Sampai di tempat untuk KIR
dokter, kondisinya sama dengan tempat tes psikologi, antreannya cukup saja.
tidak berdesakan.
Lebih
dari jam delapan, kantor baru dibuka. Salinan identitas aku taruh di atas logam
berbatang seperti paku, tinggal dicobloskan sebagai tanda mengantre. Ketika namaku
dipanggil, aku hanya diminta untuk membaca angka (pada buku tes buta warna) pada
satu lembar halaman. 35. Yes! Nggak buta warna. Kalau aku buta warna,
jelas-jelas nggak masuk di Jurusan Pendidikan Kimia. Setelah itu ditanya
petugas berat badannya. Dikira-kira saja ya, sekitar 53 kg. biaya cek kesehatan
alias KIR Dokter ini 35.000 rupiah. Cuma sak nyuk-an harus bayar 35.000. Wis,
rapapa sing penting lancar untuk 5 tahun mendatang. Kertas bukti sehat kubawa,
nggak kulipat-lipat.
Dari
tempat cek kesehatan menuju loket 1 untuk mendapatkan blangko pembuatan SIM C.
Setelah mengisi form yang diberikan petugas, stofmap berisi form pendaftaran, 3
lembar salinan identitas, surat keterangan sehat dan surat hasil tes psikologi
kuantrekan ke bank BRI yang berada di dalam kantor. Di sini aku mengeluarkan
biaya 75.000 rupiah.
Selanjutnya
adalah menunggu panggilan untuk foto dan sidik jari. Nah untuk keperluan foto dan sidik jari, antreannya lumayan banyak.
Tetap sabar, sebab kalau tidak sabar juga tidak bakalan didahulukan. Di sini
harus sabar menunggu namanya dipanggil.
Di ruangan
khusus untuk foto dan sidik jari, petugas melakukan verifikasi. Jempol kanan di
taruh di atas alat sidik jari, lalu jari telunjuk kanan, jempol kiri, dan
terakhir jari telunjuk kiri. Tidak lupa tanda tangan digital dan terakhir foto. Ketika duduk punggung kudu nempel di bagian belakang kursi, menghadap ke depan alias
menghadap kamera, dan boleh sedikit tersenyum. Tapi jangan tertawa, apalagi
menghadap kamera petugas lainnya.
Setelah
itu aku keluar ruangan untuk menunggu proses cetak SIM. Rasa haus mulai
menyerang. Udara sangat panas saat itu, apalagi ruangan penuh! Mau jaga jarak,
nggak bisa. Yang penting pakai masker dan handsanitiser.
Alhamdulillah,
SIM C milikku sudah jadi. Buru-buru aku menuju tempat parkir. Aku mengambil
sepeda motor (tentu saja sepedaku sendiri, bukan milik orang lain, ya). Sepeda motor kuhidupkan dan perlahan motor
berjalan (haha, seperti biasa rata-rata 30-40 km/jam) alon-alon waton klakon. Yang
penting selamat sampai tujuan.
Nah,
teman-teman yang belum memiliki SIM atau waktu tenggatnya hampir habis, segera
diurus ya. Diurus sendiri saja, nggak usah minta mantuan calo apalagi minta
bantuan dukun, orang pintar atau kiai.
Untuk
perpanjangan SIM C, di luar fotocopy identitas, biaya yang dikeluarkan adalah 160.000
rupiah. SIM berlaku 5 tahun. Jadi, tiap tahun kita hanya keluar biaya 32.000
rupiah. tiap hari hanya 100 rupiah lo. Murah, bukan? Punya SIM hidup kita
tenang, nggak usah deg-degan kalau ada razia. Bandingkan bila kita nggak punya
SIM, ada razia, lalu kena denda. Untuk membuat SIM baru, syarat dan caranya
ditanyakan di kantor Satlantas.
Semoga
bermanfaat.
Sumber Gambar: Tribun Solo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar