Menulis
cerita anak ternyata tidak segampang yang kita bayangkan. Cerita anak bukanlah
cerita orang dewasa yang dibuat dengan tokoh anak-anak. Bukan, bukan seperti
itu! Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita anak bisa saja anak-anak, orang dewasa,
hewan, benda, dan lain-lain.
Dalam
menuliskan cerita anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Misalnya penggunaan
kata-kata dan penulisan kalimat. Kata-kata yang digunakan harus ramah dengan
anak. Tidak boleh ada kata-kata yang menunjukkan suatu tindakan kekerasan. Kalimat
yang digunakan harus kalimat sederhana. Kalimatnya pendek-pendek, tidak
mengandung kalimat majemuk yang bisa membingungkan anak-anak.
Anak-anak
akan merasa nyaman membaca cerita bila mereka berhasil menuntaskan bacaannya. Cerita
anak bisa berupa cerita sehari-hari, fabel, dongeng, cerita rakyat, cerita
misteri, detektif dan lain-lain.
Dalam
sebulan ini, saya mendapat tantangan untuk menulis cerita rakyat nusantara. Cerita
yang diambil dari beberapa kota/daerah di nusantara. Ceritanya bebas tapi tetap
memenuhi kaidah penulisan cerita anak. Ternyata tidak mudah untuk menceritakan
kembali, cerita rakyat yang sudah ada.
Saya
harus bekerja keras untuk memilih kata-kata yang tepat, yang tidak mengandung unsur
kekerasan, menghindari kisah percintaan dengan bahasa orang dewasa. Tidak gampang
menulis cerita anak, bukan berarti tidak bisa. Banyak cara untuk bisa menulis
cerita anak. Salah satu cara yang efektif adalah banyak belajar menulis cerita
anak.
Agar
tulisan kita ada yang menilai, maka perlu bergabung dengan komunitas penulis. Di
dalam komunitas penulis ini, kita bisa belajar dari mereka yang sudah senior. Yang
penting, ketika tulisan kita banyak kritikan, masukan, dan saran, kita tidak mudah
tersinggung. Terima saja kritikan, masukan, dan saran dari mereka. Dari situlah
akan banyak perubahan-perubahan dalam menulis.
Membaca
cerita anak yang ditulis orang lain sebanyak-banyaknya. Kita hanya perlu
mempelajari gaya bahasa dari seorang penulis, tapi kita memiliki gaya menulis
sendiri.
Suatu
hari salah satu cerita anak yang saya tulis mendapatkan komentar dari pembaca. Komentar
tersebut berisi tentang konsistensi gaya bahasa yang saya tulis. Dia memberikan komentar: itu bahasanya Mbak
Ima banget! Katanya ada ciri khas dalam penulisan cerita anak tersebut. Mungkin
saya tidak menyadari hal itu, justru orang lain memperhatikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar