Kisah yang akan saya ceritakan ini bukan fiktif melainkan kisah nyata yang dialami seorang kenalan yang luar biasa. Saat mendengarkan cerita seorang teman dengan runut, saya hanya membatin duh bagaimana kalau itu terjadi pada saya? Tapi.... tunggu dulu, sanggup dan ikhlaskah saya mengeluarkan sedekah 600 ribu kontan tanpa berharap apapun? Hehe...
Saya mulai ya kisahnya yang kurang lebih seperti ini, alias ceritanya nggak plek sama persis yang diceritakan teman. Teman saya ini sesama penulis. Selain menulis beliau juga ikut "mengelola" PAUD. Kalau kami ngobrol yang diobrolkan tentang bagaimana menjadi perempuan dan muslim bisa bermanfaat bagi orang lain. Keluarkan pemikiran, tenaga, harta benda, dan waktu untuk hal bermanfaat. Semakin berumur, semakin bisa memberikan sesuatu yang positif.
Nah, dunia penulis itu ceritanya hanya seputar kegiatan menulis, kirim tulisan ke media atau ke penerbit, tembus media, ditolak penerbit, tanda tangan perjanjian, kontrak, jual putus, royalti, dan turunannya.
Suatu saat teman saya mendapat royalti sekitar 600 ribu. Kesempatan baik bisa memanfaatkan hasil keringat sendiri untuk bersedekah. Dengan niat ikhlas lillahi ta'ala, royalti tersebut disedekahkan ke panti diwujudkan dalam bentuk makanan.
Teman saya tidak mikir macam-macam. Sedekah, ikhlas, dan lupakan. Namun, beberapa bulan kemudian teman saya mendapatkan hibah dari kerabatnya yang besarnya sangat fantastis, senilai 1,2 Milyar. Masya Allah. Secara matematika, nilai 1,2 M ini adalah 2000 kali 600 ribu. Tapi ini bukan matematika manusia. Sedekah itu balasan atau pahalanya bukan dihitung sebatas bilangan satu, dua, sepuluh, seratus, dan seterusnya. Sedekah itu balasannya tak terhingga.
Dari kisah teman tadi, dapat saya ambil hikmah bahwa perempuan harus berdaya, mandiri secara finansial dengan bekerja agar bisa mengeluarkan sedekah dari penghasilannya sendiri (bukan uang dari suaminya bila sudah berkeluarga). Dengan bersedekah maka harta benda milik kita (perempuan) bisa bermanfaat bagi orang lain. Terserah Allah mau membalas sedekah kita dalam bentuk apa saja.
Bersedekah semampunya. Kalau mampunya banyak, jangan pelit-pelit lalu mengaku tak punya. Kalau mampunya sedikit jangan memaksa sedekah banyak. Jangan sampai bersedekah dari utang orang lain. Bersedekahlah dari harta milik kita sendiri meski sedikit.
Semoga bermanfaat.
Bismillah ya Mbak. Semoga sedekah menjadi life style bagi kita dan dapat membuat kita makin kuat secara lahir dan batin.
BalasHapusAmin. Insya Allah di dalam keluarga kami, sedekah menjadi gaya hidup.
HapusMasyaAllah Buk saya merinding, betul sekali perempuan itu harus berdikari meskipun suami sudah mencukupi. Sedekah tidak pikir-pikir lagi kalau sang isti punya penghasilan sendiri
BalasHapusSepakat ya, mbak. Perempuan harus mandiri secara finansial agarbbisa bersedekah
HapusInsya Allah barokallah mbak Bu.
BalasHapusSemoga keikhlasan senantiasa mndampingi setiap sedekah kita aamiin
Amin. Amin. Istiqomah dalam bersedekah
BalasHapusMasya Allah, tabarakallah...
BalasHapusIni juga yg jadi motivasi saya, Mbak. Harus punya penghasilan biar kalau mau sedekah gak usah mikir-mikir. Gak khawatir ganggu perekonomian keluarga 😁.
Semoga saya bisa meneladani beliau.
Terima kasih mbak Ima sudah berbagai cerita 😊
Sebagian muslimah yang bekerja alasannya sama yaitu agar bisa beesedekah pakai uabgnya sendiri. Semangat
HapusSemoga bisa menular ke saya, untuk makin lebih rajin lagi dalam bersedekah. Inspiratif ceritanya Bu ketua. Bu Ima. Mksh ya.
BalasHapusAmin. Amin. Kondisten bersedekah meski jumlahnya tak banyak. Jumlahnya banyak lebih baik lagi. Semangat Bu Hida.
Hapus