Kamis, 17 September 2015

Telur Aroma Kembang

AH TENANE
TELUR AROMA KEMBANG
Ini kisah seorang kawan guru yang tinggal di Karanganyar. Ceritanya, tetangganya punya hajat mantu. Kebetulan kawan saya ini diberi tugas untuk meletakkan sesaji di tiap perempatan dan jembatan yang ada di desanya. Ada 14 titik yang harus diberi sesaji. Inilah kisahnya:
Hari ini Jon Koplo diberi tugas oleh Tom Gembus. Tom Gembus akan mengadakan hajatan, mantu. Seperti adat Jawa umumnya, di tiap perempatan dan jembatan di sekitar kampung diberi sesaji. Menurut kepercayaan orang Jawa, sesaji itu dipersembahkan untuk penunggu alias “sing mbau rekso”.
Dengan semangat ’45, Koplo melaksanakan perintah dengan suka cita. Dalam waktu singkat, pekerjaan Koplo sudah selesai. Koplo pun memberi laporan kepada Gembus.
“Lapor, tugas sudah saya selesaikan dengan baik.”
“terima kasih. Kamu memang tetangga yang “enthengan” dan cekatan.”Gembus memuji.
Akhirnya Koplo pulang. Sampai di rumah dia merawat ternak-ternaknya. Ayam dan lele piaraan Koplo juga dapat menghasilkan rupiah. Itulah pekerjaan sampingan Koplo.
Pagi harinya, Koplo ke pasar untuk menjual telur ayam kampung. Sampai di pasar, seorang nenek bernama mbah Cempluk, pembeli telur (telur-telur itu kemudian dijual lagi) nyeletuk,”Mas, kok telurnya bau kembang?”
“Mboten napa-napa mbah Cempluk, tadi memang bawanya campur sama kembang.”jawab Koplo sekenanya sambil cengar-cengir.
Si nenek tidak banyak komen. Setelah transaksi selesai Koplo meninggalkan pasar. Koplo menuju kantornya di Karanganyar kota. Sampai di kantor, Koplo senyum-senyum sendiri. Sebenarnya telur yang dijual tadi bukan hasil dari ternaknya. Telur itu diambil dari sesaji yang isinya jajan pasar kembang dan telur. Dalam hati Koplo mengumpat,”Busyet, telur aroma kembang. Bisa jadi seperti itu karena sesajinya sudah dijapani atau diberi mantra.”
Koplo tahu, kalau telur dalam sesaji itu hanya mubazir bila diletakkan di perempatan dan jembatan. Daripada mubazir, Koplo memanfaatkan telur-telur itu. Lumayan, 14 butir dikalikan seribu lima ratus rupiah.    Ada-ada saja, jangan-jangan kalau disuruh meletakkan ingkung ayam di atas genteng rumah bisa jadi malah dibawa pulang. Haha (SELESAI)
Karanganyar, 28 Nopember 2014

Tulisan ini pernah dimuat di Koran SOLOPOS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar