Taman
Tebing Breksi dari Endapan Abu Vulkanik
|
Endapan Abu Vulkanik, Tebing Breksi |
Hari
Minggu, 9 Oktober 2016 setelah shalat Zuhur, perjalanan saya dan
sahabat-sahabat dari Keraton Ratu Boko kami lanjutkan ke Taman Tebing Breksi. Tebing
Breksi merupakan endapan abu vulkanik dari Gunung Abu Purba Nglanggeran Gunung
Kidul.
Tebing
Breksi ini merupakan situs Geoheritage Candi Ijo. Tebing Breksi berupa bukit
batu dengan ketinggian 20 meter. Bila kita berada di atas bukit batu ini, kita
akan melihat Candi Prambanan, Candi Sojiwan, Candi Barong serta Keraton Ratu
Boko.
Tebing
Breksi terletak di Dusun Groyokan, Kalurahan Sambirejo, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, DIY (Jalan antara Prambanan dan Piyungan). Dari Candi Prambanan
berjarak sekitar 7 km (ke selatan).
Dari
arah Solo, sampai Candi Prambanan belok ke kiri. Sedangkan bila dari arah
Yogyakarta, sampai Candi Prambanan ke kanan (Jalan antara Prambanan dan
Piyungan)
Di pinggir
jalan raya yang kita lewati ada tanda/tulisan Wisata Tebing Breksi, kita ikuti
saja petunjuknya. Akses menuju Tebing Breksi sangat mudah. Jalannya beraspal
atau beton. Meskipun jalan yang kita lewati tanjakannya cukup tajam, namun
jalan tidak berkelok-kelok.
Saya
menyarankan bila akan mengunjungi Tebing Breksi pastikan kendaraan kondisinya
baik dan tidak bermasalah. Menurut saya, jalan menuju Tebing Breksi ini hampir
sama kondisinya jalan menuju Candi Ceto, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Hanya
saja kalau ke Candi Ceto, jalannya berkelok-kelok. .
Sampai
di sekitar Tebing Breksi, saya disuguhi pemandangan yang sungguh menakjubkan.
Masya Allah, luar biasa. Tempat wisata berupa bukit batu ini pengunjungnya
sangat padat. Padahal saat itu panas matahari cukup menyengat.
Saya
melihat pengunjung berada di atas bukit yang diberi pengaman berupa pagar kawat. Di bawah bukit, atau di dekat tempat
parkir, saya menduga akan dibuat taman dan bisa dipakai untuk bersantai-santai.
|
Bukit Batu
|
|
Taman Tebing Breksi |
|
Bukit yang Dipotong |
|
Tangga Menuju Atas |
|
Pahatan Wayang di Dinding |
Saat
itu, saya dan rombongan membayar parkir mobil Rp. 5.000,00. Sebenarnya tidak
ada tiket masuk. Tapi kami diminta sumbangan ala kadarnya. Ya, untuk mereka
yang sudah mau ikut “mengelola” Tebing Breksi, kami memberikan Rp. 15.000,00
(ini tidak paksaan. Seandainya hanya memberi sepuluh ribu saja juga boleh).
Sedia
payung sebelum hujan. Dan payung yang saya siapkan dari rumah sangat bermanfaat
meskipun tidak hujan. Panas matahari sangat terik. Semula kami mau mencari
warung makan di sekitar Tebing Breksi tapi ternyata tidak ada pedagang/warung
yang menyediakan makan berat. Jadilah saya menahan lapar (padahal sejak pagi
belum sarapan)
Ketika
kami beristirahat di tenda, saya melihat ada rombongan yang membawa orang tua
(lansia). Beberapa orang tua tersebut mengalami kesulitan untuk berjalan. Mereka
memerlukan bantuan orang lain untuk mencapai tempat parkir. Sepertinya, tempat
ini tidak cocok untuk para orang tua.
Di Tebing
Breksi ini, kita bisa berjalan-jalan, naik ke atas bukit batu. Bukit batu ini
di potong sedemikian rupa, dibuatkan tangga, agar pengunjung dengan mudah bisa
sampai di atas bukit.
(Dahulu
batuan ini ditambang. Namun sekarang dikelola dan akan dibuat taman. Tujuannya adalah
dibuat obyek wisata edukasi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas).
Di dinding
bagian dalam, saya melihat pahatan wayang. Kebetulan ada 2 bagian dinding yang
dipahat. Hanya pahatan yang satu belum selesai. Bila kita tidak naik bukit,
kita bisa berfoto dengan burung hantu (tidak ada tariff, memberikan dana ala
kadarnya). Saya membaca tulisan kecil di papan yang disiapkan pemberi jasa foto
bersama burung hantu. Tulisannya “Mengadopsi Burung Hantu 500.000. Saya tidak
tahu maksudnya apa, karena saya tak berbincang-bincang dengan penyedia jasa.
Tidak
terlalu lama saya dan sahabat-sahabat berada di Tebing Breksi. Alhamdulillah,
akhirnya kami harus kembali lagi ke rumah. Mumpung masih panas dan masih siang.
Harapan kami, sampai rumah belum malam.
Ada tips
bila akan berkunjung ke Taman Tebing Breksi, di antaranya:
1. Siapkan
kendaraan dengan kondisi baik
2. Bawa
bekal makanan dan minuman
3. Bawa
topi dan payung
4. Bawa
kamera atau ponsel untuk mengabadikan momen penting
5. Bila
mengajak anak kecil awasi selalu, atau dampingi karena di atas bukit tidak ada
pagar pengaman yang benar-benar aman buat pengunjung
6. Jangan
mengajak orang tua (sangat sepuh/lansia), karena akan merepotkan
7. Jangan
membawa anak yang masih tergantung dalam gendongan untuk naik bukit
8. Bila
makan/minum, menghasilkan sampah, buanglaah sampah pada tempatnya
9. Bersikaplah
ramah/sopan pada petugas parkir/pengelola
10. Berbagi
tempat dan berbagi waktu foto dengan pengunjung lain
Semoga
bermanfaat. Sampai bertemu di obyek wisata lainnya di Yogyakarta dan
sekitarnya.
Karanganyar, 11
Oktober 2016
* Foto di atas semua dokumen pribadi