Menulis Itu
dengan Hati dan Memerlukan Keterampilan
Gambar 1. Buat Narasi : Pamer Kacang Panjang,
(Foto : Dokumen IIDN Solo)
Hari ini saya sangat bahagia karena sekarang mulai banyak orang yang
menulis. Dari menulis status yang hanya satu kata, twitter, blog, artikel,
cerpen, humor dan lain-lain. Orang yang menulis pun memerlukan keterampilan, tidak
sembarang menulis. Hasil tulisan menunjukkan gaya dan pribadi penulis. Kehati-hatian
dalam menulis akan memperkecil resiko/dampak yang akan muncul dari tulisan
tersebut.
Menulis memerlukan keterampilan, tidak asal menulis. Bila beberapa orang
diberi satu gambaran peristiwa, mereka akan memiliki cara pandang berbeda dalam
menghadapi situasi dan kondisi. Setiap orang memiliki persepsi yang tidak sama
dengan orang lain. Apabila pokok pikiran yang ditulis sama akan tetapi isi
tulisan tersebut tidak akan sama persis.
Contoh yang pertama : ada sebuah Group Penulis di WA. Sang ketua
menampilkan dua foto. Foto tersebut saling berhubungan. Sang ketua memberi
tantangan. Anggotanya diminta memberikan narasi dan dialog dari foto yang
ditampilkan. Ternyata ada lebih dari 5 anggota yang mencoba memberikan narasi. Setiap
narasi isinya berbeda. Ternyata keterampilan menulis seseorang sangat
dibutuhkan. Ingin tampil beda dengan yang lain.
Gambar 2. Buatlah narasi dari gambar : Buah-buahan di pasar modern
(Foto : Dokumen Komunitas Sejuta Guru Ngeblog)
Contoh yang kedua : ada sebuah Group Guru Ngeblog. Salah satu seniornya
juga menampilkan sebuah foto. Perintahnya adalah anggotanya membuat narasi
tentang foto tersebut. Ternyata setelah dikumpulkan narasi-narasi tersebut bisa
dibuat satu artikel yang menarik. Luar biasa! Sekali lagi satu gambar dapat
dibuat beberapa artikel dengan sudut pandang berbeda.
Memang tugas penulis adalah menulis. Akan lebih baik kalau menulis tidak
hanya sembarang menulis. Penulis pemula pun bisa menulis yang berkualitas asal
mau berusaha. Tidak puas dengan hasil yang sudah diperoleh. Menulis juga
memerlukan seni. Keterampilan menulis bisa diasah dengan cara menulis sedikit
demi sedikit, kontinyu, konsisten, tekun, dan sabar. Kalau melihat penulis yang sukses harus dilihat dan dipelajari juga perjalanan dan perjuangannya.
Mulai sekarang tidak ada alasan tidak bisa menulis. Hari gini tidak
menulis? Capek deh!
Karanganyar, 11 Mei 2015