Peristiwa yang kedua adalah teman saya tersesat. Waktu itu teman saya
melakukan sa’i (umroh sunah, kata beliau). Setelah sa’i lalu shalat berjamaah (maghrib
atau isya’). Teman saya akan kembali ke tempat sa’i, untuk berkumpul dengan
keluarganya. Ternyata beliau salah jalan. Beliau sampai di lantai 2. Teman saya
berusaha mencari jalan agar berada di tempat semula. Beliau sangat
yakin bisa sampai ke tempat itu. Lama berada di lantai 2 dan tidak
menemukan jalan seperti yang dibayangkan semula.
Orang yang pertama kali ditemui adalah petugas kebersihan. Sepertinya petugas
kebersihan ini adalah orang Indonesia. Teman saya lupa nama hotelnya. Hanya anehnya
ketika teman saya menunjukkan kartu identitasnya, orang tersebut tidak bisa
membaca. Bahkan tulisan dalam identitas tersebut memang tidak terbaca. Teman saya
juga heran, dia sendiri juga tidak dapat membaca tulisan yang ada di kartu
identitas. Padahal kata teman saya di kartu tersebut ada tulisan nama hotel di
Madinah dan Mekah, tempat beliau menginap.
Bertemu dengan orang yang berbeda, teman saya bertanya. Yang ditanya juga
tidak tahu. Masih diliputi rasa keheranan, teman saya akhirnya bertemu orang
dan bertanya letak pintu keluar. Menurut beliau, beliau berjalan di tempat yang
agak remang, tapi justeru tulisan dalam identitas tersebut kelihatan.
Beliau bertanya pada beberapa orang letak hotel yang dimaksud. Tidak ada
yang tahu. Beliau mengucapkan istighfar. Akhirnya beliau bertanya pada petugas
keamanan. Petugas keamanan yang baik hati itu kebetulan akan melakukan perjalanan
di sekitar hotel tempat teman saya menginap. Mereka berjalan beriringan. Petugas
keamanan tersebut menunjukkan arah jalan ke hotel, sedangkan dia sendiri berjalan
ke arah berbeda.
Singkat cerita, teman saya bertemu dengan keluarganya. Mereka mencari-cari
lalu akhirnya menunggu di tempat di mana mereka bertemu. Ternyata tempat beliau
tersesat tidak jauh dari tempat pertemuan beliau dengan isteri dan
saudara-saudaranya.
“Saudara saya bingung dan mengkhawatirkan saya. Padahal saya
yakin bisa kembali dan bertemu mereka.”
Deg, merinding saya. Mungkinkah ini ujian dari Allah Yang Maha Pandai dan
Maha Perkasa? Sekali lagi, mungkin kita harus merendahkan diri.
Cerita dari orang yang tersesat ketika di tanah suci melaksanakan rangkaian
kegiatan ibadah haji/umroh (di Mekah dan Madinah) memang banyak versinya. Tapi hikmah
yang dipetik sama.
Mungkin di antara para pembaca memiliki pengalaman.Cukuplah kita ambil
hikmahnya. Saya sendiri belum juga sampai tanah suci. Semoga bermanfaat.
Karanganyar, 17 Februari
2015