Gambar 1. Faiz sebelum operasi
Sumber: dok. Faiqah Nur Fajri
Sudah beberapa kali saya mengingatkan suami untuk
momong Faiz dengan baik. Ke mana saja anaknya pergi harus selalu suami
menyertai. Kata suami,”Anak laki-laki, gakpapa.” Apalagi kalau sudah naik
sepeda, saya selalu minta pada suami agar berada di dekatnya.
Yang kedua adalah saya sudah minta pada suami agar
depan garasi yang berbatasan dengan sawah tetangga untuk dipagar atau ditembok.
Rupanya kata-kata saya tak dihiraukan.
Sore itu, saya dan suami dikejutkan teriakan Faiz, si thole,
anak keduaku. “Ayah, tolong…..”
Suami langsung keluar, Faiz sudah ditolong oleh
saudara saya yang bekerja menggarap sawah belakang rumah. Suami menggendong
Faiz dan berkata,”Ma, tangan Faiz patah.”
Saya diam saja. Saya pegangi tangan Faiz, Faiz berada
di pangkuan saya.
Akhirnya, kami membawa Faiz ke rumah sakit diantar
tetangga. Di sepanjang jalan, suami menangis dan berulang-ulang minta maaf pada
Faiz,”Le, ayah minta maaf.”
Menyesal, barangkali itulah kata yang pas buat
mengungkapkan kata hatinya. Tapi semua sudah tak ada artinya.
Karanganyar, 27 Nopember 2015