Kali
ini saya mau mengungkapkan kata hati yang paling dalam. Awalnya saya hanya
ingin memendam rasa anyel dan jengkel saya ini dalam hati. Tapi lama-lama kok
panas juga. Kalau panas banget sih tidak, tapi saya ingin berbagi cerita.
Inilah
kisah saya (Alhamdulillah, saya mengawali tulisan ini tidak dengan Pada suatu
hari. Hore, saya berhasil….).
Saya
dan teman-teman MGMP Kimia yang mengikuti ujian online (setelah diklat Tatap
Muka Mandiri di Semarang), pulang dari ujian hari Rabu, 23 Nopember 2016. Pokoknya
saat itu lega. Rasanya perjalanan pulang dari Semarang menuju Karanganyar
lancar-lancar saja.
Tiba
di Boyolali, terdengar suara sirine. Saya dan teman-teman kompak berseru kepada
pengemudi,”Minggir lo Pak, ada ambulan mau lewat.”
Badalah,
bukan ambulan yang lewat, melainkan rombongan moge yang dikawal polisi. Mereka dengan
kecepatan yang sip-sip-sip. Semua pengendara, pengguna jalan raya minggir, memberi
jalan khusus untuk rombongan pengendara moge yang dikawal polisi dengan suara
sirine tak berhenti tersebut.
Saya
jadi ingat, beberapa waktu yang silam, pernah saya baca berita di Provinsi DIY
bagian selatan, rombongan moge dihentikan oleh pengendara (biasa) ketika akan
menerobos lampu merah. (lanjutan beritanya tak usah saya ceritakan). Saya langsung
berkomentar, apik tenan.
Emang
pengendara moge itu siapa? Pejabat pemerintah, kah? Ambulan yang membawa orang
sakit, kah? Ambulan yang membawa jenazah, kah? Mobil pemadam kebakaran yang
semuanya serba darurat, kah? Tidak! Mereka statusnya sama dengan saya ketika
saya naik sepeda motor di jalan raya. Sama-sama
pengguna jalan yang memiliki hak dan kewajiban. Yang seharusnya kena tilang
bila melanggar lampu merah. Tapi kenyataannya tidak demikian. Selain rombongan
motor moge semua harus minggir…. Karena pengendara moge yang diistimewakan akan
lewat dengan kecepatan tinggi.
Okey,
setelah kami memberi jalan untuk mereka yang tak bisa “beretika di jalan raya”,
kami berharap tak bertemu lagi. Nasib apes, setelah menempuh jalan sekian
kilometer suara sirine itu terdengar lagi. Secara refleks saya menoleh, sebab
saya duduk di jok belakang.
“Wow,
gile. Moge itu lagi.”
“Terus
tadi mereka pada ke mana kok bisa di belakang kita? Apakah ada jalan lain
selain jalan raya ini? Minggir Pak….. Moge mau lewat.”
Teman
saya yang mengemudikan mobil dengan kalem berkata,”E, ya sabar to mas mas. Iki dalane
wong akeh.”
“Awas
yo, titenana angger mengko kepethuk meneh!” seru teman saya yang lain.
Beneran,
setelah melanggar kami dua kali, rombongan moge tersebut berhenti di SPBU.
“Oalahhhhh.
kalau tiap ada SPBU kamu berhenti, berarti perjalananku terganggu!”
Lupakan
rombongan moge. Perut kami keroncongan dan membutuhkan yang hangat-hangat. Maka
kami makan sore di Warung Soto mBok Giyem, Boyolali. Ketika kami asyik
menyantap soto, rombongan moge itu lewat.
“Oiiii”
seru teman saya.
Selesai
makan, kami melanjutkan perjalanan. Lega rasanya tak perlu minggir memberi jalan
buaat rombongan moge lagi sebab mereka sudah lewat. Ternyata dugaan kami
meleset jauh, alias salah total! Di SPBU (masih Boyolali, perbatasan dengan
Kartasura) rombongan moge itu berhenti lagi .
Astaghfirullah.
Baiklah, kami sudah hampir sampai Kartasura, selamat berpisah moge! Pelan namun
pasti akhirnya kami sampai di jalan Slamet Riyadi Solo. Hemhhh, tangan saya
mengepal, ketika saya menoleh ternyata ada beberapa moge yang melewati jalan
Slamet Riyadi. Toh ketika lampu TL menyala merah, mereka juga tak berani
melanggar. Takut ya!
Pesan
saya sebagai warga Negara yang baik untuk pengendara Moge, melintaslah di jalan
raya dengan memenuhi aturan lalu lintas. Anda tak perlu dikawal Polisi. Memangnya
kalau sudah dikawal begitu, status Anda menjadi istimewa? Rasanya tidak! Menurut
saya, saya, pengendara kendaraan lain dan Anda memiliki hak yang sama selama di
jalan raya.
Ingat,
Anda juga tidak jarang (alias kerap) melintas dengan kecepatan tinggi. Kalau beberapa
tahun yang silam ada pengendara moge terjebak lubang kemudian jatuh, pengendara
di belakangnya tak bisa menghindar, ya wajarlah. Kecepatannya tinggi, bro.
Menurut
saya, tak ada yang istimewa dari Anda. Yang istimewa adalah motornya beda
dengan minthi dan bebek. Ah, jadi ngelantur. Selamat sore, sore yang hujan.
Karanganyar,
25 Nopember 2016