Saya masih ingat, tahun 2018 yang lalu ketika wali mahasiswa dikumpulkan di pusat dan di fakultas. Saat di Fakultas Pertanian, sang dekan mengatakan sekaligus ajakan, "kita bertemu lagi empat tahun yang akan datang."
Saya selalu mengingat-ingat itu. Demikian pula waktu di pusat, Pak Rektor juga mengajak demikian. Namun, tak disangka. Pandemi mengubah banyak agenda, program dan rencana. Mahasiswa merencanakan, Tuhan yang menentukan.
Anak saya (Faiq) terkendala saat penelitian untuk skripsinya. Selama pandemi, praktis laboratorium juga tutup. Ketika laboratorium telah dibuka, tentu saja mahasiswa dengan prodi yang sama tidak serta merta menyerbu. Kakak tingkat dipersilakan untuk praktik. Adik tingkat ya mengalah, sambil mencicil apa yang bisa dilakukan.
Ketika sudah mulai masuk laboratorium, Faiq pratik dengan tekun dan cermat. Kebetulan Faiq memiliki teman yang sama-sama menggunakan laboratorium. Keadaan ini sangat menguntungkan bagi Faiq dan teman-temannya.
Data mulai diperoleh. Suatu saat Faiq bilang bahwasanya dosen pembimbing menyarankan untuk maju ujian pada bulan tertentu. Sayang Faiq belum siap.
"Nok, sebenarnya dosennya baik lo. Beliau yakin kalau Faiq mampu menyelesaikan dan bisa maju ujian pada bulan yang disebutkan."
"Mama nggak tahu sih. Materi penelitian Faiq sulit."
"Yang penting tulisannya komplit."
"Sebentar to. Nanti kalau sudah siap Faiq maju."
Saya tidak memaksa, tidak memburunya. Saya cuma menyindir.
"Mahasiswa kalau sudah kenal uang, bisnis atau bekerja, biasanya kuliahnya kalah. Lanjutkan jualannya." Saya terkekeh.
"Tenang, rampung rampung."
"Ingat, satu semester tambahan bayarnya setengah besaran UKT telah berlalu. Setengah dari tujuh juta masuk kantong. Januari bayar UKT lagi. Kali ini cuma dapat jatah besaran UKT tanpa tambahan."
"Tambahi dong. Faiq kebut."
"Setengah UKT tambah seratus ribu." Ayah bercanda.
"Mosok seratus ribu."
Ayah menunjukkan 5 jari.
"Alhamdulillah, lima ratus ribu."
"Bukan lima ratus. Ayah transfer 5 juta. Tiga setengah untuk UKT. Sisanya buat motivasi, kulakan dagangan, biaya penyelesaian skripsi."
"Alhamdulillah. Matur nuwun, Ayah."
"Halah, yang disebut kok ayah."
Tidak berapa lama kemudian, Faiq menunjukkan tangkapan layar. Draf sudah dikirim ke dosen.
"Ma, Faiq healing dulu sebelum ujian."
Saya tersenyum. Mahasiswa sekarang itu sebentar-sebentar healing healing. Berdua dengan teman akrabnya melepaskan penat. Semoga dimudahkan urusannya. Semoga dilancarkan skripsinya.
Alhamdulillah, tidak pernah ada kata menyerah untuk 6 SKS terakhir. Jangan menyerah! 95% mata kuliah sudah ditempuh dengan nilai memuaskan. Tinggal 5% lagi. Semangat ya, Nok! Waktu tak akan kembali lagi. Teruslah melangkah.
Berdoalah di sepanjang waktu. Rezekimu telah tertulis. Rezekimu berupa umur panjangmu, ilmu yang kau peroleh dan kau amalkan, materi hasil dari perniagaan, dan yang telah kau keluarkan untuk sedekah, infak, serta membantu sesama.
00000