Menikmati Hidup
1. Menikmati waktu beribadah
2. Menikmati waktu untuk keluarga
3. Menikmati waktu luang
4. Menikmati waktu bekerja
5. Menikmati waktu istirahat
6. menikmati waktu bersosial
Jangan sampai kita hidup tapi tidak menikmati hidup. Enam waktu tersebut bila dimanfaatkan dengan baik, maka hasilnya luar biasa. Jangan sia-siakan hidup kita. Seimbangkan waktu untuk kebutuhan dunia dan akhirat. Kalau hidup tak dinikmati, ada apa denganmu?
Jumat, 19 Februari 2016
Kamis, 18 Februari 2016
Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Gambar 1. Bambu bermanfaat dok. Faiqah Nur Fajri |
Bagi siswa yang akan melakukan PKL, beberapa yang harus dipersiapkan adalah:
1. Fisik dan mental
2. Disiplin dan tertib
3. Mandiri dan sosialisasi
4. Komunikasi yang baik
5. Jujur
Apabila hal-hal yang telah disebutkan disiapkan dengan matang maka sesuanya akan berjalan dengan baik dan PKL bisa berjalan dengan sukses.
Di tempat PKL, Anda tidak hanya berhubungan dengan teman Anda satu sekolah, maka bersosialisasi bisa mengatasi problem Anda. Bekerja sama dengan teman akan mempermudah pekerjaan Anda. Mandiri, dalam hal ini tidak tergantung teman, melainkan bekerja sesuai porsinya. Kebiasaan tertib dan disiplin akan membuat Anda bekerja seolah tidak ada beban. Tak kalah penting adalah fisik dan mental dipersiapkan dengan baik. Bekerja di tempat PKL baik bengkel maupun perusahaan memerlukan energi yang banyak, fisik harus kuat. Bila ada kekurangan atau kesalahan, seandainya ditegur atasan tidak perlu berkecil hati. Tujukkan bahwa Anda bisa dan mampu. Jangan sampai nglokro, loyo, putus asa, mutung, lalu tidak melanjutkan bekerja, malah hengkang.
Stop menjadi anak cengeng. Sekarang waktunya Anda belajar langsung di tempat kerja. Selamat belajar di Dunia Usaha dan Dunia Industri. Oleh karena itu, bila Bu Guru cantik ini keras pada Anda, sebenarnya semua untuk Anda sendiri. Yang merasakan manfaat Anda!
Jangan menyerah, ayo pasti Anda bisa. Kalau saya bisa, mereka bisa, tentu saja Anda juga bisa.
Minggu, 14 Februari 2016
Bahagianya Nyemplung Kolam
Dua hari ini, kemarin dan hari
ini, saya kedatangan tamu. Bagi saya mereka adalah tamu istimewa, yaitu
murid-murid saya yang manut-manut dan baik hati. Tujuan mereka datang ke rumah
saya adalah bersilaturahmi sekaligus mengambil hikmah dari silaturahmi.
Hikmahnya adalah rejeki lancar, hehe. Kebetulan di rumah saya ada pohon jambu
air yang buahnya mulai merah, menggoda iman dan menggoda mata. Seketika air
liur mereka menetes. Dan ada pisang yang sudah matang siap santap. Belum
dipersilahkan, mereka sudah pada berebut pisang dan jambu. Hadehhhhh.
Sejak dari sekolah, mereka sudah
minta ijin kepada saya mau bersilaturahmi. Maka saya juga mempersiapkan diri
untuk didatangi pasukan Bayu Agil dan kawan-kawan. Mereka berlima. Kebetulan di
rumah juga ada makanan kecil, sirup, mie instan dan telur. Bak chef dadakan,
saya masak mie dengan cekatan. Tujuh buah mie instan dan telur saya masak
dengan penuh kasih sayang.
Begitu matang, saya minta
murid-murid yang kesemuanya laki-laki untuk membantu saya membawakan gelas,
piring dan panci yang panas ke ruang tamu.
Lima piring dan sendok saya jejer dengan rapi. Mulai saya menuangkan mie
telur di atas piring-piring. Tanpa malu-malu mereka minta piring yang sudah
diincar untuk ditambah isinya. Saya tersenyum, ulah mereka membuat saya bahagia
dan lebih berarti. (Kalau anak perempuan saya yang kelas 8 SMP ada, mungkin
suasananya akan berbeda).
Saya melihat murid-murid saya
makan mie dengan lahap dan sesi terakhir adalah rebutan mie yang tinggal
sedikit di dalam panci. Bikin saya tertawa.
Acara berikutnya adalah melongok
kolam ikan.
= Boleh ambil ikannya, bu?” tanya
Heri
+ Boleh. Pakai tempat sampah dari
bambu itu cara mengambilnya!
Heri dan Bayu siap nyemplung
kolam. Ngambil ikan saja pake action, soalnya sang fotografer siap
jeprat-jepret. Alim dan Yongki hanya lihat di pinggir kolam dan Ilvan dengan HP
nya mengambil gambar kegiatan teman-temannya. Wuih.... ramenya.
Saya mengemasi piring dan panci
yang sudah tidak terpakai. Setelah itu saya membuka internet. Saya biarkan
murid-murid sepuasnya berada di kolam. Ternyata dapat ikan banyak dan ukurannya
lumayan untuk digoreng.
Karena Bayu dan Heri nyemplung
kolam dan kotor, mereka minta ijin untuk mandi. Ilvan membuka fb dan upload
foto. Facebook saya juga ditandai. Keren abisss. Gurunya ikut nampang ceile...
habis itu yang kirim jempol dan komen banyak. Teman-teman sekelas yang gak ikut
pada ngiri.
00000
Hari kedua setelah dhuhur, kali
ini pasukannya lebih banyak, yaitu tujuh orang. Sedari pagi saya sudah masak
besar, sop ayam buat murid-murid.
Supaya adil, seperti kemarin,
saya membagi sop ayamnya dahulu. Anak-anak mengambil nasi sendiri-sendiri. Saya
melirik piring anak-anak, luar biasa..... ternyata anak-anak makannya banyak
dan gak sungkan sama gurunya. Alhamdulillah, semoga sedekah keluarga saya hari
ini diterima Allah dan barokah.
Habis makan siang, murid-murid
saya : Bayu, Ilvan, Heri, Yongki, Adi, Astan, dan Ridwan keluar dan duduk di
bawah pohon mangga yang mulai berbuah. Mereka sudah berpesan pada saya kalau
mangganya sudah matang, mereka ingin saya mengundangnya. Mungkin karena
kekenyangan Bayu liyer-liyer tertidur di kursi panjang di bawah pohon mangga.
Ilvan mengambil posisi tidur di ruang tamu.
Astan dan Heri masih penasaran
dengan ikan kakap dan nyemplung kolam lagi. Yang lainnya mengambil jambu air.
Saya membiarkan murid-murid melakukan apa saja, asal masih sopan.
Setelah makanan kecil ludes, sirup juga sisa
sedikit mereka pamit. Tidak lupa mereka minta maaf kalau sudah mengganggu saya
dan keluarga. Sekali lagi saya bersyukur, Allah menitipkan waktu luang dan
sehat kepada saya dan keluarga. Rasa syukur itu saya ungkapkan dengan
mengundang siswa-siswa saya dan siswa-siswa suami saya untuk bersilaturahmi ke
rumah.
Semoga bermanfaat.
Karanganyar, 12 September 2013
Noer Ima Kaltsum
ABG Bolos Sekolah, Orang Tua Perlu Lakukan Ini
Jangan bertanya siapa saya.
Saya bukan siapa-siapa. Saya bukan orang penting. Saya sadar diri, tidak
menjadi orang yang sok penting. Saya hanya orang biasa, sederhana, simple dan
apa adanya. Kalau bertanya pada saya tentang hal-hal rumit, akan saya
sederhanakan dulu dan tentu jawaban saya tak akan bertele-tele, berbelit-belit.
Langsung pada sasaran, dorrr. Moga tidak salah sasaran.
Ketika seorang siswa yang tidak
masuk sekolah dengan alasan yang beraneka macam, pasti akan saya jebak dengan
pengakuan saya bertemu dia di suatu tempat. Jelas dia akan mengelak dan
ujung-ujungnya mengaku. Simple bukan?
“Kemarin tidak masuk
sekolah, ke mana Mas?”Tanya saya
“Di rumah?”jawab siswa saya
“Memang Bapak/Ibu tidak
ngopyak-opyak ke sekolah?”
“Bapak dan Ibu merantau.”
“Di rumah sama siapa?”
“Sama kakek dan nenek. Itu
saja mereka sudah tua.”
“Tak ada saudara lain,
misalnya Bulik, Paklik atau sepupu?”
“Ada, mereka repot sendiri.”
“Kemarin saya lihat kamu
sama cewek berboncengan, ke mana?”kata saya sekenanya
“Nggak mungkin Bu.”
“Ngaku wae. Tinimbang
urusannya panjang, walimu saya suruh ke sekolah lo.”gaya saya kalau memaksa
anak mengaku.
“Ke Tawangmangu (ada yang
bilang di kebun the Kemuning, Sarangan, Candi Cetho, Candi Sukuh. Sondokoro),
Bu. Tapi tidak sendiri, sama teman-teman.”
Akhirnya dengan suka rela
dia akan cerita ke mana bolosnya, sama siapa dia bolosnya. Memang serba salah
sebagai wali kelas. Kalau anak dimarahi nanti dianggap pelanggaran HAM. Kalau
tidak dikerasi anak tidak tertib, tidak disiplin. Anak tidak menghargai sekolah
sebagai tempat membentuk karakter. Ujung-ujungnya pihak sekolah disalahkan
tidak bisa mendidik siswanya. Harusnya ada kerja sama antara sekolah dengan
orang tua.
Kalau di sekolah anak
tanggung jawab Bapak dan Ibu Guru. Kalau di rumah, tentu saja tanggung jawab
orang tua/walinya.
Berbeda dengan anak-anak
yang rajin. Anak-anak bisa membagi waktu dan mengatur waktu. Seolah mereka
memiliki menejemen waktu. Kapan mereka sekolah, kapan mereka bermain dan kapan
belajar di rumah. Kalau ada anak yang tiap hari harus membantu orang tua, maka
tiap menit bagi mereka waktunya sangat berharga.
Saya memang orang yang
simple. Saya harus memberikan contoh mengatur waktu ala saya. Saya tidak pernah
lupa menyisipkan pesan untuk menuliskan
sesuatu. Baik di fb maupun blog, bagi mereka yang memiliki. Bagi yang tidak
memiliki akun, cukup menulis di buku dahulu.
Simple bukan? Karena saya memberikan contoh dengan karya-karya saya.
Bahkan kalau di sekolah biasanya teman-teman bilang,”ini dia penulis.”
Meskipun nama saya belum
besar, saya belum tenar, setidaknya tulisan saya bermanfaat bagi orang lain.
Saya tidak malu disebut penulis. Saya teramat bangga. Tidak setiap orang bisa
disebut penulis meski dia sering menulis. Kadang saya merasa berbunga-bunga.
Selain menjadi guru, saya juga penulis (penulis fb dan blog).
Sebagai guru saya ingin
bersikap tegas dan keras pada anak didik agar tidak diremehkan. Nada bicara,
volume yang keluar bila terlalu lembut,
di depan anak-anak seperti lemah. Saya tidak mau seperti itu. Saya
seperti apa adanya, simple, keras dan menyayangi siswa. Kalau terlalu lemah
lembat malah tidak sayang siswa.
Pesan untuk orang tua:
jangan terlalu percaya pada anak. Sekali tempo cek anak di sekolah. orang tua
bekerja sama dengan pihak sekolah. segera mencari solusi bila ada tanda-tanda
anak mulai tidak beres.
Semoga tulisan ini
bermanfaat.
Jumat, 12 Februari 2016
Berbagi Kabel Saat Pembelajaran dan Praktek Kimia
Akhir-akhir ini dalam
setiap kegiatan pembelajaran untuk semua
mata diklat, guru-guru (saya dan teman-teman) menggunakan laptop dan LCD proyektor (baca: LCD saja) di
dalam kelas. Sebenarnya sudah sejak lama kami menggunakannya. Ada beberapa
keuntungan pada saat pelajaran berlangsung dengan menggunakan laptop dan LCD.
Salah satu keuntungannya adalah kepraktisan (materi dapat digunakan beberapa
kali). Keuntungan yang lain tidak perlu saya sebutkan.
Ada yang menarik dalam
setiap kesempatan menggunakan laptop dan LCD untuk pembelajaran, yaitu kami
harus membawa kabel dari kantor. Sebenarnya di setiap ruangan kelas sudah ada
stopkontak-nya. Karena letak stopkontak berada di atas, maka perlu kabel
sambungan agar laptop dan LCD mendapatkan arus.
Mungkin ada yang bertanya,
mengapa LCD tidak dipasang secara permanen di atas? Karena siswa-siswa sering
usil. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka LCD dipasang ketika
mau dipakai dan dikemas kembali setelah selesai untuk dibawa ke kantor. Oleh
karena jumlah LCD terbatas maka kami berbagi kesempatan dengan teman guru. Kami
saling mengalah. Biarpun mungkin saya lebih membutuhkan LCD, saya akan
merelakan benda itu untuk teman guru lainnya.
Demikian pula guru lainnya.
Biasanya mereka akan bertanya siapa yang akan menggunakan LCD? Selain LCD, kami
juga berbagi kabel. Ya, kabel ini sangat penting. Apalagi kalau tiba-tiba kabel
(bagian dalam) putus, membuat pembelajaran terganggu bila tak segera diatasi.
Pada kesempatan yang lain
guru-guru tidak menggunakan kabel dan LCD untuk pelajaran produktif, sebab kalau
sudah berada di bengkel, utak-atik benda kerja lebih mengasyikkan. Siswa juga
akan lebih paham belajar secara langsung menyentuh benda kerja dibanding teori
atau hanya melihat gambar.
Demikian juga untuk
pelajaran kimia yang saya ampu. Praktek sederhana, praktikum/demonstrasi
tentang kimia yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari lebih
menyenangkan daripada belajar hanya secara teoritis saja.
Jadi ada kalanya kami
serentak mengajar praktek, dan suatu saat serentak berada di kelas lalu
menggunakan alat yang lain. Bagi kami tak menjadi masalah. Justeru di sinilah
indahnya berbagi apa saja. Kebersamaan kami memang membuat hubungan kami, satu
sama lain menjadi dekat.
Kalau ditanya, lo mengajar kan
ada RPP-nya. Apa sudah sesuai dengan RPP? RPP yang dibuat bisa dilaksanakan
dengan fleksibel, tidak kaku. Karena menjadi guru itu ibaratnya dalang. Dalang ora
kentekan lakon. Harus bisa menghadapi segala situasi dan kondisi.
Semoga bermanfaat.
Karanganyar, 28 Agustus 2015
Jangan lupa baca yang
satu ini pula, catatan saya di blog pribadi : http://kahfinoer.blogspot.com/2015/08/mie-jawa-vs-mie-instan.html
Kamis, 11 Februari 2016
Kopdar Bersama mbak Lygia
Gambar 1. Narsis sebelum kopdar dok.pri |
Hari Kamis, 11 Februari IIDN Solo mengadakan Kopdar dan akan mengundang
Mbak Lygia (Lygia Pecanduhujan) yang kebetulan berada di Solo. Awalnya saya
pamit, tidak bisa ikut karena tidak ada yang mengantar. Akan tetapi saya selalu
mengikuti perkembangan di Group WA IIDN Solo. Terakhir yang saya baca adalah
rencananya kopdar dilaksanakan di Rumah Makan Bakso Kadipolo, depan PKU
Muhammadiyah Surakarta. Ketika suami saya minta untuk mengantar ke tempat
kopdar ternyata suami tidak keberatan.
Saya pamit pada dhenok (BBM) dan berpesan supaya dhenok berangkat les. Jadilah
saya berangkat ke Solo diantar suami. Dari Karanganyar cuaca tidak bersahabat,
awan tebal dan hitam berada di atas saya. Sampai di dekat Pasar Gede, hujan
turun. Saya mengenakan jas hujan. Alhamdulillah, sampai di tempat kopdar
ternyata mbak Hana sudah duduk manis (makhluk manis, menunggu dengan
harap-harap cemas).
Gambar 2. Kopdar Mantap dok.pri |
Kemudian datang mbak Nurhas dan bu Yuni. Lalu kami membicarakan
pengalaman menulis pada tahun 2015. Lantas sedikit membicarakan cita-cita di
tahun 2016 (bahasa kerennya target penulisan). Tak lama kemudian mbak Candra,
mbak Lygia dan teman-teman datang. Sebelum acara dimulai, kami menyantap bakso.
Kami memakai system datang, pesan, makan, sebab kami tidak bisa datang
bersamaan. Setelah itu acara dimulai dalam suasana hangat dan santai.
Karena kami penulis, maka yang dibicarakan juga seputar tulisan. Mungkin
garis besar yang saya dapat/terima dari mbak Lygia berbeda dengan teman-teman
lainnya. Tentang penulisan blog, kalau bisa menjadi blogger yang mengelola
blognya dengan baik sehingga semakin lama semakin berkualitas dan bisa dilirik
oleh sponsor. Caranya dengan menulis dan memosting artikel ke dalam blog secara
rutin. Kalau bisa blog yang kita miliki memiliki domain pribadi (nah itu
sebetulnya yang saya mau).
Mengikuti lomba penulisan, mereview buku, menulis artikel, lebih-lebih
membuka peluang jasa penulisan artikel (yang ini pasti ujung-ujungnya duwit),
itu sarannya mbak Lygia. Kalau ketemu teman-teman penulis jadi ikutan matre,
karena terus semangat menulis meningkat tajam. Lalu ingin segera menuangkan
ide, kirim naskah/artikel, nunggu surat cinta, menunggu wesel atau rekening gemuk.
Waduh, jadi lupa kalau saya adalah seorang ibu yang harus menyediakan makan
buat anak-anak dan menyiapkan kebutuhan keluarga.
Gambar 3. Silaturahmi membawa berkah dok.pri |
Tentang blog saya yang masih sederhana, mbak Lygia memberikan beberapa
masukan. Wow, kemarin saya baru memraktekkan ilmu baru setelah berkunjung ke
blog seorang blogger. Ternyata di sini juga mendapatkan ilmu tentang
mempermanis blog (dulu pernah disampaikan mbak Ety).
Kalau sudah memiliki domain pribadi, maka kita bisa mendapatkan banyak
keuntungan dari mengelola blog. Mbak Lygia memberi contoh bagi pelaku bisnis
online (jualan atau memberikan jasa), bila blog kita menggunakan domain pribadi
diharapkan tiap orang yang menuliskan sesuatu yang dicari maka blog kita
langsung terlacak. Harapan kita akan segera ada transaksi (nah, duwit lagi
ujung-ujungnya).
Untuk IIDN Solo juga diberi masukan agar memiliki web dan bisa membuka
jasa penulisan artikel. Semua dikelola oleh anggota IIDN Solo. Sepertinya ini
nilai plus. Yang tak kalah penting IIDN Solo sebaiknya mempunyai alamat kantor
(tidak berlebihan lo, kantor di sini bisa menggunakan alamat salah satu anggota
IIDN). Lebih baik lagi kalau memiliki kartu nama IIDN Solo. (Setuju-setuju)
Mbak Hana pamit duluan karena akan bekerja. Setelah mbak Hana pergi,
datanglah mbak Fafa. Semakin lama semakin asyik, tapi hari semakin gelap menuju
malam. Udara dingin, hujan tak kunjung reda. Sebenarnya saya ingin mengikuti acara
kopdar ini sampai selesai, tapi waktu menunjukkan pukul 17.20 WIB. Saya harus
menjemput si thole yang masih di penitipan lalu menjemput si dhenok yang les. Dengan
berat hati saya dan suami pamit.
Perjalanan pulang menuju Karanganyar hujan tak juga reda. Sampai di
penitipan si thole menyambut dengan suka
cita. Sebagai ucapan terima kasih karena tidak rewel, thole saya belikan nasgor
kesukaannya. Dilanjut jemput kakak. Alhamdulillah, sampai di rumah semua
selamat dan sehat.
Semoga kopdar hari ini banyak memberi manfaat dan penuh keberkahan,
amin.
Rabu, 10 Februari 2016
Tungku Pemanggang Sate
Gambar 1. Tungku pemanggang sate
sumber : olx.co.id
Hari Sabtu, 6 Februari 2016 saya menghadiri pertemuan ibu-ibu PKK di
perumahan. Sore itu hujan turun, saya tetap harus datang. Ada alasan mengapa
saya harus datang, sebab sore itu saya menjadi petugas. Bulan Februari ini
setiap anggota PKK wajib mengenakan seragam PKK. Oit, kain seragam masih utuh
di dalam plastik, saya simpan di loker. Sebenarnya, kalau mesin jahit di rumah
tidak rewel pastilah saya kres-kres, grek-egrek, taraaaa, jadilah baju
sederhana. Baju sederhana yang saya kenakan, sesederhana pemakainya. Huit.
Sayangnya mesin jahit ngadat. Saya pikir yang penting memakai kain
seragam, apapun wujudnya, saya harus memakai. Masih ada waktu untuk
mencoba-coba kain, mau diapain ya. Suitttt, ketemu juga akhirnya. Kain seragam
saya lipat menjadi segitiga. Jadilah seperti kerudung yang super lebar. Saya mengenakan
baju batik (kebiasaan saya mengenakan batik), kain seragam berbentuk segitiga
tadi saya kenakan di badan, lalu bagian depan saya semat dengan keniti. Jadilah
kain seragam itu menutup seluruh baju saya. Saya tinggal memakai kerudung.
Praktis bukan?
Sampai di tempat pertemuan, tetangga saya yang tahu kalau saya suka
menjahit baju sendiri bilang,”yang jahit baju sendiri….”
Saya mengedipkan mata. Karena gerimis masih turun, sedangkan rumah yang
ditempati untuk pertemuan sempit, maka sebagian dari kami menempati rumah
tetangga sebelahnya. Saya terus terang saja, gak apa-apa, akhirnya saya
ditertawakan. “oala, jadi panjenengan tidak pakai baju seragam ta?”
“Yang penting kain seragamnya dipakai bulan Februari,”jawab saya (rada
ngeyel)
“Bener juga.”
Ternyata ada beberapa anggota yang belum memakai seragam PKK. Aman-aman….
Acara pertemuan PKK dimulai, semua berjalan dengan lancar. Acara selesai,
dilanjutkan promosi. Kebetulan sore ini ada seorang bapak-bapak mau
memromosikan dagangannya. Sebenarnya barang yang dijual tidak terlalu istimewa.
Itu menurut saya yang tidak hobi belanja. Barang tersebut adalah tungku
panggangan sate. Tungku ini terbuat dari tanah liat. Kata bapak tadi tanah liatnya
kualitas bagus, tidak sembarangan. Bila dipakai berulang-ulang akan semakin
baik, dan hasil masakannya juga enak. Namanya juga promosi dagangan, jadi yang
baik-baik yang diomongkan. (Saya tidak tergiur untuk membeli).
Tungku ini bisa dipakai dengan api berasal dari kompor minyak atau
kompor gas. Namun demikian, hasil masakan tidak bau minyak atau gas. Katanya,
bau-bauan itu terserap dalam tanah liat. Top tenan!
Cara memakai : nyalakan kompor, taruh tungku di atas kompor. Tungku jangan
sampai terbalik, bagian bawah halus, sedang bagian atas yang ada garis dan
lubang timbul. Setelah tungku panas, taruh makanan yang akan dibakar atau
dipanggang di atas tungku. Makanan dibolak-balik. Kabarnya, bila makanan terlalu
lama di atas tungku tidak akan hangus (gosong).
Yang ditunggu-tunggu adalah soal harga. Tungku tadi dijual dengan harga
Rp 60.000,00 per buah. Bila membeli 5 buah maka bonusnya 3 buah. Atau dengan
kata lain 8 buah seharga Rp 300.000,00. Jadi satu buah harganya Rp 37.500,00.
Murah, bukan? (saya berkata dalam hati : mahal. Soalnya kalau mau bakar sate
atau apa saja tinggal cari beberapa bata, ambil arang dan api. Kipas-kipas,
memanggang. Hemmmm, maunya harum. Bau arang dan sedikit gosong, hehe).
Ada 10 orang yang membeli tungku. Laris manis. Pertanyaan saya : kalau
sudah membeli tungku, apakah juga akan dipakai. Seberapa seringkah digunakan? Paling
1-5 kali saja setelah itu masuk ruangan/gudang. Saya sih mending pinjam
tetangga saja (halah, ini pelit).
Selesai pertemuan PKK, saya mencari-cari alat masak panggangan. Nah itu
dia! Bedanya milik saya dari logam. Selain bisa digunakan untuk memanggang sate
dan makan seperti yang disebut tadi saat promosi, juga bisa digunakan untuk
membuat dadar telur. Alat ini sudah lebih dari 5 tahun saya miliki dan sampai
sekarang masih sering saya gunakan. Nah, kalau sudah punya barang yang
fungsinya sama, ngapain beli barang yang lain? Eh, tapi saya tidak boleh
protes, suka-suka mereka ya?
Karanganyar, 10 Februari 2016
Selasa, 09 Februari 2016
Mie Ayam Raja 99
Pulang dari sekolah rasanya ingin menyantap
yang segar-segar. Saya memutuskan makan siang ini menyantap soto. Sayang, soto
di warung makan yang saya maksud sudah habis. Jadilah saya dan si dhenok makan
siang dengan menyantap mie ayam. Sepertinya pas sekali, udara panas lalu makan
dan minum yang panas-panas.
Saya memang menghindari minuman dingin. Bukan apa-apa,
saya hanya menjaga pola makan. Karena pola makan yang sehat adalah gaya hidup
saya.
Jadilah saya memesan dua porsi mie ayam (dan
ternyata ukurannya jumbo), halah.. seharusnya tadi beli satu untuk berdua. Demikian
juga dengan minumannya. Tapi ya sudahlah, tak apa-apa. Karena sudah kenyang,
akhirnya si dhenok tak menghabiskan mie ayamnya.
Bagi saya makanan yang sudah dibeli dan dibayar,
harus dihabiskan. Maklum, cari uang sulit jadi makanan tidak boleh tersisa dan
mubazir hanya dibuang. Dengan memaksakan diri akhirnya hanya dtinggal 2 sendok,
saya menyerah.
Alhamdulillah, saya merasa puas. Mie ayam yang
saya santap ini rasanya enak. Bukan sembarang mie ayam. Ketika saya membaca di
dinding, ada tulisan MIE AYAM RAJA 99. Tidak salah saya memilih warung ini. Dan
ternyata, harganya juga tidak mahal. Masih wajar dan hemat di kantong.
Akan tetapi si dhenok lantas kapok karena porsi
yang jumbo tadi. Kalau dia sukanya makan apa saja habis satu porsi (tidak
tersisa). Kalau bisa ya satu porsi mie ayam ukurannya jangan jumbo. Hehe, biar
irit ibunya malah ingin mie ayam jumbo satu mangkok untuk berdua.
Warung makan ini terletak di sebelah timur
terminal Jungke, Karanganyar kota, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Siapa yang
mau mencoba? Silahkan datang ke Karanganyar.
Senin, 08 Februari 2016
Ibu, Tamu Istimewa
Minggu-Senin, kedatangan
tamu dari Yogyakarta. Adik saya yang dulu sering berkunjung ke Karanganyar kali
ini datang ke KRA bersama keluarga, Ibu dan anaknya kakak saya. Ceritanya, adik
saya ingin makan durian Jumantono seperti yang dilihat di TV.
Hari Minggu, setelah
mendapatkan izin dari si Thole sing bagus dewe, saya menyembelih dua ekor ayam
untuk saya masak sop. Lumayan, menjamu tamu dengan cara pengiritan. Saya mulai
memasak dibantu si dhenok. Setelah hampir semuanya selesai tinggal memasukkan
sayuran ke dalam kuah yang sudah saya beri bumbu, rombongan adik saya datang.
Alhamdulillah,
kedatangan mereka disambut dengan teh panas dan tempe goreng anget. Berapapun saya
menggoreng tempe, ludes. Tapi saya justeru puas, karena mungkin inilah yang
dinamakan rezeki barokah. Makanan tempe yang harganya murah dan bergizi ini
diminati di saat hangat-hangat enak disantap.
Episode berikutnya
adalah makan siang. Menunya adalah sop ayam kampung dan tempe goreng saja. Ada karak
dan rambak sebagai pelengkap kriuk-kriuk. Saya senang melihat mereka makan
dengan lahap. Apalagi keponakan saya memiliki hobi ngrikiti tulang-tulang kalau
makan pasti sampai tetes penghabisan.
Menjelang sore, adik
saya minta diantar mencari tempat seperti yang dimaksud dalam TV, yaitu daerah
Jumantono. Rombongan berangkat ke Jumantono, sementara saya, Ibu dan dhenok
tinggal di rumah. Kebetulan Ibu dan dhenok mengantuk, jadi mereka tidur. Sementara
saya harus membereskan tempat dan alat makan lainnya.
00000
Saya dibawakan durian
oleh pasukan yang pulang dari Jumantono. Saya, Ibu dan dhenok makan durian
secukupnya saja. Rasanya benar-benar mantap. Bagi adik saya yang makan durian
di tempat jual-beli adalah hal yang menyenangkan. Apalagi ada garansi, bila
durian yang dibuka ternyata kualitasnya jelek atau tidak manis maka durian
boleh diganti.
Sore hari kami
bersantai-santai istirahat. Malam hari
saya harus menanak nasi lagi untuk menyiapkan makan malam. Namanya juga menjamu
tamu, maka kita muliakan dengan memberikan makanan yang terbaik. Saya tawarkan
kepada mereka, apakah masih mau makan atau tidak? Kalau mau makan kira-kira
lauk kesukaannya apa. Ternyata sebagaian menginginkan bebek goreng. Meskipun makan
malam dengan porsi sedikit, tapi tetap saja menanak nasi dalam jumlah banyak.
Bebek goreng dengan
sambal Lombok rawit hijau dan lalapan, paduan yang pas disantap malam hari. Saya
bersyukur hari ini tidak hujan. Setelah makan malam, kami berbincang-bincang. Sebenarnya
adik saya ingin mengajak pulang (tidak menginap) karena rumah saya yang tengah
sawah banyak nyamuknya. Tapi akhirnya mau menginap dengan menyiapkan anti
nyamuk bakar dan spray.
00000
Pagi harinya, Senin,
kembali saya menyiapkan sarapan. Teh manis
sudah siap. Dhenok membeli sari kedelai yang sudah siap minum. Saya tidak
menanak nasi lagi. Nasi yang tadi malam masih ada disantap bareng-bareng dan
dibagi rata. Semua kebagian meski terpaksa porsinya lebih sedikit.
Ada yang membuat saya
bahagia dua hari ini. Saya bersyukur pada hari libur ini kedatangan tamu
istimewa. Terasa istimewa karena Ibu akhirnya sampai rumah saya lagi. Ibu berusia
70 tahun. Bagi saya Ibu sudah sepuh dan Ibu sekarang mudah lupa atau menjadi
pelupa. Apapun yang terjadi pada ibu, beliau tetap ibu saya yang harus saya
sayangi. Saya sedikit kasihan karena di rumah bersama bapak, menghabiskan
waktunya hanya ngobrol dengan bapak. Memang ada anak-anak yang datang ke rumah
ibu, tapi waktu anak-anak terbatas. Semoga Allah mengampuni kami, anak-anaknya,
yang tidak bisa selalu dekat dengan ibu dan bapak.
Satu setengah tahun yang
lalu ibu masih sehat tidak pelupa. Semua dikerjakan sendiri. Sekarang jauh
berbeda, menurut ibu sendiri, tiap hari bapak yang menyiapkan minuman buat ibu.
Tapi ibu masih sehat, Alhamdulillah shalat tidak tinggalkan. Semoga Allah
memberikan kemudahan untuk ibu dan bapak untuk mengisi sisa umurnya untuk
kegiatan yang lebih religious, Amin.
00000
Jam Sembilan, rombongan
adik saya pulang meninggalkan Karanganyar menuju Yogyakarta. Beberapa saat
kemudian ayah, dhenok dan thole meluncur ke Solo, mau lihat lampion. Semoga thole
puas dengan diajak jalan-jalan bersama ayah dan kakak. Saya tinggal sendiri,
dan menulis adalah tempat saya melepaskan penat.
Karanganyar, 8 Februari 2016
Kamis, 04 Februari 2016
Memanfaatkan Rak
Gambar 1. Rak mainan si thole
dok.pri
Rak dapat dimanfaatkan untuk menaruh benda agar ruangan kelihatan rapi. Biasanya
benda-benda yang ditaruh di dalam rak adalah benda yang ukurannya tidak besar
akan tetapi jumlahnya banyak. Misalnya untuk menaruh buku, mukena, sarung,
sajadah dan alquran, perlengkapan kosmetik, alat tulis seperti kertas, bolpoin
dan lain-lain.
Memilih rak yang akan digunakan untuk menyimpan benda-benda tergantung
kebutuhan. Misalnya bila menginginkan rak yang kuat maka bisa dipilih berbahan
kayu atau logam, bila menginginkan rak yang ringan karena benda yang akan
ditaruh di atas rak sifatnya ringan bisa menggunakan rak plastik.
Apapun yang kita pilih tentu saja sudah kita pertimbangkan sisi positif
dan negatifnya. Bila benda-benda yang akan kita taruh di atas rak terjaga
kebersihannya, maka kita bila memilih rak yang dilengkapi dengan pintu alias
tertutup.
Pastikan benda-benda yang kita miliki tertata rapi dan tak berantakan. Dapat
dipastikan semakin lama benda-benda yang kita miliki semakin banyak. Kadang kita
akan merasa sayang untuk mengurangi benda-benda yang usianya sudah tua alias
usang. Oleh karena itu kebutuhan akan rak menjadi kebutuhan yang mendesak
(penting).
Semoga bermanfaat.
Karanganyar, 4 Februari 2016
Senin, 01 Februari 2016
Pie Susu Oleh-oleh Khas Pulau Dewata
Gambar 1. Pie Susu
dok.pri
Hari Senin ini saya siap
menerima oleh-oleh dari teman yang selama Selasa sampai Sabtu melaksanakan
kegiatan kunjungan industry dan wisata ke Malang dan Bali. Berhubung saya ada
halangan maka saya tidak ikut. Saya tidak sendiri, sebab ada 5 orang guru dan
karyawan yang tidak bisa ikut kegiatan ini.
Saya sudah bersiap-siap
keranjang yang besar. Maklum, saya termasuk orang penting di sekolah jadi
wajarlah kalau teman-teman saya akan memberikan oleh-oleh untuk saya.
Beberapa oleh-oleh yang saya
terima dari teman-teman adalah makanan khas Bali yang biasa dijual di tempat
wisata, yaitu pie susu. Sebenarnya sudah sering saya mengkonsumsi pie susu. Beberapa
kali suami mendampingi murid-murid SMPN 2 Karanganyar study tour ke Bali.
Biasanya oleh-oleh yang
dibawa adalah pie susu. Selain itu, teman akrab suami yang mengajar di SMPN 1
Karanganyar juga mendampingi murid-muridnya ke Bali. Pulang dari Bali biasanya
beliau juga membawakan oleh-oleh buat anak-anak saya termasuk pie susu.
Pie susu berbahan dasar
terigu, telur, mentega dan susu. Ciri khas dari pie susu ini adalah ukurannya
yang tidak besar dan tipis. Soal rasa, jangan ditanya. Dijamin mantap dan tidak
terlalu berlebihan manisnya sehingga tidak eneg bila mengkonsumsi pie susu. Sepertinya
bila sarapan satu buah pie susu dan teh hangat sedikit, sudah mampu menegakkan
badan dan tidak merasa lapar.
Oleh-oleh yang masuk dalam keranjang
saya yang kedua adalah salak. Ada beberapa piring salak di meja guru. Saya mencicipi,
rasanya masam. Teman saya bercerita, ada beberapa jenis salak yang dijual di
Bali. Salah satunya adalah salak yang rasanya agak masam ini, kemudian salak
gula pasir yang rasanya manis. Salak gula pasir ukurannya kecil-kecil,
sedangkan salak yang masam ini ukurannya besar.
Gambar 2. Salak madu
dok.pri
Saya mencoba mengambil salak
yang berada di plastik merah (dibeli khusus untuk guru dan karyawan), ternyata
rasanya manis. Wah, kalau yang ini saya suka karena rasanya hampir sama dengan
salak pondoh. Meskipun ukurannya kecil, tetapi juga manis.
Kata teman saya yang
membelanjakan untuk oleh-oleh, salak yang barusan saya makan adalah salak madu.
Salak madu ini dibelinya tidak di Bali, melainkan di Palur (dekat dengan
Karanganyar kota). Jadi pikniknya ke Bali, tapi oleh-olehnya beli di kota asal,
hehe. Disyukuri saja, sudah diberi gratis tidak usah banyak protes (okey).
Oleh-oleh berikutnya adalah
sandal Joger. Anda jangan membayangkan sandal Joger dengan model macam-macam
yang harganya selangit lo. Bukan, bukan sandal Joger yang itu.
Ceritanya mbak Rosita, teman
saya memberi oleh-oleh khusus untuk Ibu Guru cantik ini. Terus saya protes!
“Mbak Rosita, panjenegan itu
bagaimana sih. Mosok bu Ima diberi sandal kok ya cuma satu.”
“Bu Ima, santai saja. Sebenarnya
kemarin saya membeli dua. Untuk saya satu buah dan untuk Bu Ima satu buah. Nanti
atau kapan-kapan Bu Ima mencari pasangannya di Bali, Pulau Dewata. Gitu loh.”
“Welah dalah, sembrono tenan
karo wong tuwa. Padhakke Cinderella saja. Sepatu kacanya tinggal satu lalu
mencari pasangannya,”jawab saya bercanda.
Teman-teman yang mendengar
perbincangan ini juga tertawa, sebab yang kami bicarakan adalah gantungan kunci
sandal Joger.
Gambar 3. Sandal Joger, gantungan kunci
dok.pri
Oleh-oleh yang terakhir saya
masukkan keranjang yang lain karena ukurannya besar alias jumbo, yakni cerita
seru saat berada di Malang dan Bali. Saya hanya bisa mendengarkan dengan khusyu’.
Sesekali tertawa karena cerita lucu teman-teman saya. Menyesal tidak bisa ikut
ke Bali? Jawaban saya adalah : tidak. Saya mengutamakan kesehatan anak saya. Karena
kesehatan anak saya, si thole sangat berarti bagi hidup dan semangat saya.
Hari ini saya menikmati pie
susu dan salak bersama teman-teman ketika di sekolah dan bersama suami dan
anak-anak ketika di rumah.
Karanganyar, 1
Februari 2016
Langganan:
Postingan (Atom)