Noer Ima Kaltsum : Memilih
Tempat Air Yang Cocok
Seingat
saya tahun 2016 meskipun musim kemarau tapi tiap bulannya ada hari yang
dilewati hujan. Berarti hujan turun di musim kemarau. Saya tetap bersyukur. Karena
hujan membawa berkah.
Petani
dengan suka cita menanam padi dan sayurannya tanpa mengeluh kekurangan air. Air
sumur tetap berlimpah. Bagi yang tak memiliki sumur, seperti orang yang
menempati perumahan, biasanya menggunakan air dari PDAM.
Saya
adalah salah satu konsumen yang menggunakan air dari PDAM. Walaupun saya
membayar air tepat waktu tapi belum sepenuhnya mendapatkan pelayanan yang
memuaskan. Pada jam-jam tertentu, air PDAM tidak lancar alias macet.
Oleh
karena penggunaan air cukup banyak bila sedang mencuci, maka saya sering
kehabisan air yang saya simpan dalam tandon air. Untuk mengatasi air habis saat
saya butuhkan, maka saya menyiapkan 2 tandon air ukuran sedang dan ember-ember
besar (berfungsi sebagai genthong).
Dengan
cara saya ini, saya tak lagi mengalami kendala saat mencuci. Memang, sebagai Ibu rumah tangga, saya harus
bisa memecahkan masalah dengan segera.
Bisa
saja kita menyimpan air di kolam yang kita buat (jangan dibayangkan kolam
renang). Kolam air di sini adalah kolah (Bahasa Jawa), tempat air di kamar
mandi yang dibuat secara permanen.
Akan
tetapi bila kita ingin tempat air bisa kita pindah saat kita butuhkan, maka
pemakaian tandon air lebih fleksibel. Semua tergantung dari kita. Kondisi kita
dan orang lain berbeda, maka carilah tempat air yang cocok untuk keluarga.
Yang
penting sebelum membeli atau membuat tempat air, maka perhitungkan dulu
kelebihan dan kekurangannya. Jangan sampai kita salah memilih tempat air.
Kali
ini tulisannya ala Ibu rumah tangga banget. Semoga bermanfaat. #Edisi hari
terakhir bulan September. Peringatan hari berkabung, memasang bendera setengah
tiang.
Karanganyar,
30 September 2016