Tokoh Inspiratif
Agustina
Purwantini dan Dunia Menulisnya
|
Agustina Purwantini dan saya dok.pri |
Kali
ini saya akan mengangkat Tokoh Inspiratif yang tak pernah kehabisan ide. Sengaja
saya menuliskan Tokoh Inspiratif ini karena saya bisa bertemu secara langsung
dengan beliau. Saya bisa mendapatkan info tentang beliau langsung dari
sumbernya. Memang pertemuan itu tidak dimaksudkan secara khusus untuk wawancara.
Tanggal,
3 Juli 2016, setelah pulang dari bersilaturahmi di rumah sahabat SMA, saya
mendapatkan pesan lewat sms dari mbak Agustina Purwantini. Kurang lebih
bunyinya: mbak kapan silaturahmi ke rumahku?
Mbak
Agustina adalah teman yang saya kenal di dunia maya. Awalnya saya mengenal di
komunitas IIDN Yogyakarta (lewat FB) tetapi saya belum pernah bertemu. Maklum
saya belum pernah mengikuti kopdar di IIDN Yogyakarta. Selain bertegur sapa
lewat komen di FB, ternyata kami juga berhubungan lewat Blog. Alhamdulillah,
setelah berbasa-basi, saya jadi tahu ternyata rumah mbak Agustina tidak jauh dari rumah orang tua saya di
Yogyakarta. Rumah saya di Dukuh, Gedongkiwo sedangkan mbak Agustina di Bugisan
(dekat sekali).
Hari
itu saya ingin mewujudkan pertemuan yang sudah lama saya agendakan. Bismillah,
singkat cerita bersama 2 anak saya yang imut-imut saya meluncur ke rumah mbak
Agustina. Tidak terlalu sulit mencari rumah mbak Agustina, dan kami bertemu
layaknya dua sahabat yang telah berpisah sekian lama. Padahal ini adalah
pertemuan pertama kami. Masya Allah, dunia ternyata begitu sempit setelah ada
kemajuan teknologi.
Pertemuan
pertama diawali dengan membicarakan komunikasi kami lewat FB dan aktivitas kami
masing-masing di blog. Oleh karena saya menulis blog kebanyakan berisi tentang
gaya hidup dan cerita kehidupan sehari-hari, dengan mudah mbak Agustin
menyimpulkan bahwa yang saya tulis benar-benar apa adanya.
Dari
obrolan santai di bulan puasa itu, saya dapat menarik kesimpulan bahwa mbak
Agustina Purwantini adalah orang yang tak pernah kehabisan ide. Tulisan-tulisan
yang saya baca dari blog beliau, tulisannya sederhana sekali tapi inspiratif. Ada
saja yang ditulis. Diam-diam saya jadi tahu kalau beliau hobi nonton bola.
Sekelumit
tentang mbak Agustina Purwantini yang saya ambil dari buku beliau dengan judul
: JANGAN BERSEDIH.
Agustina
Purwantini laahir dan besar di Winong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Beliau mengenyam pendidikan dari TK hingga SMA di kota
kelahirannya sendiri. Setelah beliau menamatkan SMA, beliau melanjutkan kuliah
di Universitas Gajah Mada di Fakultas Sastra.
Sejak
di bangku sekolah dasar, beliau sudah
mulai menulis walaupun masih kurang intens dan tidak begitu produktif. Tapi sejalan
dengan pertambahan usia dan perkembangan
situasi-kondisi hidup, dunia tulis-menulis semakin diakrabinya.
Selain
menulis untuk madding dan majalah
sekolah, sejak SMA mulai berani mengirimkan tulisan ke media massa. Tulisan-tulisannya
sempat dimuat di beberapa majalah dan Koran.
Selepas
kuliah beliau sempat menjadi editor di sebuah penerbitan di Yogyakarta. Kini setelah
tak lagi jadi editor, beliau lebih focus menyusun buku-buku popular dan memperdalam ilmu menulis, khususnya
buku-buku agama. Lebih dari 15 judul buku yang sudah terbit.
Pengalaman
menulis saat kuliah dan dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat, membuat beliau
ketagihan menulis dan terus menulis. (Spesialis Sungguh-sungguh Terjadi,
katanya begitu).
Mbak
Agustina, sudah menelurkan banyak karya. Tapi beliau orangnya super baik dan
tidak sombong (memuji nih, karena sudah dapat bingkisan buku dari beliau). Gaya
bicara mbak Agustin sepertinya hanpir sama dengan saya, ceplas-ceplos. Suasana pertemuan
itu penuh dengan keakraban.
Kami
juga bercerita seputar kegiatan di IIDN Solo dan IIDN Yogyakarta. Tidak lupa,
kami ngrumpi tentang sahabat-sahabat saya di IIDN Solo. Saya colek satu persatu
ya, halo : mbak Candra, mbak dokter Istiati, Uti Astuti, mbak Nurhas, mbak
Hana, mbak Arinta, dan mbak Zu. Untuk yang lain saya perkenalkan, yang saya
sebut mbak Arinta, mbak Puji, mbak Zaki, mbak Rozee, bu Yuni, mbak Nurul. Dan
yang lain, maaf kalau saya lupa nggak menyebut. Mbak Agustina mengenal kakaknya
mbak Candra yaitu mbak Cahyaningrum.
Untuk
blogger yang dia kenal, dia menyebut Pakde Abdul Cholik. Katanya Pakde itu
produktif banget. Salut dia dengan produktivitas Pakde (Pakde, jangan tersipu
ya. Dan mohon maaf, puasa-puasa gini kok kami ngrasani (dari Yogya ngrasani
Negeri Jombang. Sungguh, kami membicarakan yang baik-baik loh)
Dari
Jawa Timur, yang kami bicarakan dan menjadi sumber inspirasi adalah Bapak
Ngainun Naim. Terima kasih Pak Ngainun atas ilmu yang ditularkan melalui medsos
dan buku. Satu lagi, mahasiswa IAIN Tulungagung yang juga produktif menulis,
saling bertegur sapa. Dia mbak Eka Sutarmi yang baru saja pulang dari Negeri
Gajah Putih. Masya Allah, ternyata menimba ilmu tidak selalu antara guru dan
murid bertatap muka. Dan inilah buktinya!
Mbak
Agustina terus belajar menulis dari beberapa penulis yang dikenal, baik dikenal
di dunia nyata maupun di dunia maya. Sekarang belajar tak perlu repot. Bisa kita
sesuaikan waktu dan tempatnya.
Menurut
mbak Agustina, dunia penulis adalah dunia yang penuh dengan misteri. Bahkan
penulis dianggap orang asing yang tak memiliki apa-apa. Ada juga yang menganggap
penulis sebagai pengangguran. Kadang penulis juga diremehkan. Tapi beliau tak
pernah peduli dengan apa yang diomongkan mereka kepadanya. Mungkin orang lain
tidak memahami dunia penulis. Dunia mbak Agustina adalah yang aneh dan unik. Biarkan
saja mereka bicara apa, menurutnya yang penting beliau tetap menulis dan bisa
berbagi manfaat untuk orang lain.
Sayangnya
pertemuan kami hanya sebentar saja. Maklum si Thole merengek-rengek mengajak
pulang saja. Pertemuan ini ditutup dengan pemberian buku dari mbak Agustina
untuk saya. Terima kasih mbak, semoga bermanfaat. Insya Allah kita bertemu
lagi. Sebelum pulang, mbak Agustina kedatangan tamu anggota IIDN Yogyakarta,
bernama mbak Yosi. Saya sempat berkenalan dengan mbak Yosi. Akhirnya saya
meninggalkan rumah mbak Agustina.
Karanganyar,
10 Agustus 2016