Rabu, 30 Januari 2019

Trust Me Tissue Selalu Ada




Siang itu aku harus menyudahi pekerjaanku di sawah belakang rumah. Saatnya makan siang. Meskipun sawah hanya di belakang rumah saja, tapi aku lebih suka makan di dekat sawah daripada di rumah. Rasanya memang beda. Kalau kamu belum pernah makan di sekitar sawah (bukan di dalam ruangan/rumah), berarti kamu harus mencobanya. 

Aku duduk di atas kayu seadanya. Aku hanya perlu berlindung dari sengatan matahari di bawah pohon mangga. Selanjutnya siap untuk menyantap makanan sederhana. Nasi, sayur kangkung dan tempe goreng. Pada saat di tempat terbuka, selalu kusiapkan tissue @trustme_tissue untuk mengelap piring dan sendok.

Rupanya kacamata yang kupakai mulai berdebu. Trust me tissue juga kugunakan untuk membersihkan kacamata dari debu. Bukan masalah biar kelihatan tambah besar atau tidak, melainkan supaya kelihatan jelas.

Beruntung sekali, saat mengikuti acara blogger kemarin, Minggu, 27 Januari 2019, aku mendapatkan goodie bag dari trust me tissue. Satu paket trust me tissue sangat bermanfaat.

Selasa, 29 Januari 2019

[JON KOPLO] REZEKI NUMPLAK


Cerita lucu ini dimuat di Solopos, Sabtu, 26 Januari 2019. Ada sedikit suntingan agar tulisannya tambah manis. Oya, judulnya berubah menjadi REZEKI NUMPLAK


AH TENANE
TELANJUR KIRIM
Oleh: Noer Ima Kaltsum
Pagi itu, Lady Cempluk mendapatkan telepon dari orang yang mengaku Jon Koplo. Koplo adalah teman satu kantor yang sudah resign, lalu mengajar di tempat lain. Koplo bilang kalau dia menemukan dompet berisi uang puluhan juta dan perhiasan. Lanjutnya, dia mau berbagi uang dan perhiasan hasil temuannya itu dengan Cempluk. Cempluk yang lugu dan polos merasa mendapatkan rezeki nomplok.
Koplo meminta Cempluk agar jangan sampai orang lain tahu tentang ini. Akhirnya, dengan tergopoh-gopoh Cempluk meninggalkan ruang kantor dan menjauh dari teman-temannya untuk melanjutkan pembicaraan.
Tak lama kemudian, Cempluk pamit pada atasannya mau ke konter. Dia beralasan kalau anaknya yang mau ujian CPNS di Jakarta minta dikirimi pulsa. Cempluk menuju konter terdekat lalu minta diisikan pulsa ke empat nomor dengan nominal @Rp. 100.000,-.  Genduk Nicole, penjaga konter mengisikan pulsa ke empat nomor hape. 
Setelah mengisi pada nomor terakhir, Genduk bilang, “Bu Cempluk, kemarin ada orang yang minta diisikan pulsa ke beberapa nomor dan ternyata kena tipu. Jangan-jangan Ibu juga kena tipu.”
“Enggaklah, mbak. Dia temanku yang nyuruh ngisi pulsa.”
“Benar-benar teman sampeyan atau ngakunya teman sampeyan?”
Blaik, Cempluk baru sadar. Ternyata dia ditipu orang yang mengaku Koplo. Benar juga kata Genduk. Dengan muka abang ireng, dia balik ke kantor. Siang harinya dia cerita ke teman-teman.
“Aku dihipnotis!”
“Bukan dihipnotis, tapi karena kamu tergiur uang puluhan juta dan perhiasan. Kalau yang nelepon nomornya asing, mbok ya nggak usah ditanggapi. Ealah, mau untung malah buntung.”
“Aku mau ke rumah Koplo, mau ngecek kalau yang nelepon dia atau bukan. Kupikir nomornya ganti baru.”
“Nggak usah ke sana. Kamu nanti malah kisinan. Koplo kan nggak tahu apa-apa. Nggak makan nangka kok kena pulutnya”
Cempluk menyesali uang empat ratus ribu rupiah lenyap dalam waktu sekejap gara-gara terhipnotis omongan orang yang tak bertanggung jawab. (SELESAI)

Minggu, 20 Januari 2019

ORANG TUA JANGAN HANYA MENYALAHKAN SEKOLAH




JANGAN HANYA MENYALAHKAN SEKOLAH

Saya tidak sependapat dengan "orang tua tak puas layanan sekolah". Beberapa orang tua siswa mengaku kalau mereka mengeluarkan biaya tes tambahan di luar sekolah untuk anaknya. Mereka berpendapat tidak puas dengan layanan sekolah karena kurang maksimal.

Bapak ibu, di sekolah putra putri bapak ibu tidak hanya belajar satu mata pelajaran secara privat dan waktu terlalu longgar. Alokasi tiap mata pelajaran sudah ditetapkan berdasarkan kajian, bukan cuma kira-kira. Siswa dalam satu kelas paling tidak ada 20-36 orang dengan kemampuan berbeda. Ada siswa yang cak cek, ada yang normal biasa saja, dan ada yang lemah menangkap pelajaran.

Saya yakin guru tidak mungkin mbablas meneruskan materi pelajaran kalau ada yang belum paham. Konsentrasi siswa juga beraneka macam. Saya yakin kalau putra putri bapak ibu termasuk yang cak cek pasti nggak perlu ikut bimbingan belajar. Toh banyak juga yang ikut bimbel dengan alasan tertentu, bukan karena tidak puas dengan layanan sekolah, melainkan biar bisa belajar (soalnya kalau di rumah cuma pegang gadget dan nonton tv, meski tidak semuanya).

Kalau merasa tidak puas, dicek dulu keadaan putra putrinya. Pendapat itu terkesan "menyalahkan" sekolah.

Saya pribadi merasa anak saya dulu disuruh belajar sulit, maka saya mengizinkan dia untuk ikut bimbel mata pelajaran tertentu biar lebih mahir. Apakah sekolah kurang maksimal layanannya? Ah, tidak. Saya selalu bilang pada anak saya, jangan suka menyalahkan guru. Gurunya begini begitu. Introspeksi dulu, kamu di kelas sudah konsentrasi dan memperhatikan pelajaran belum.? Temannya ada yang mudeng tidak? Kalau teman-temannya ternyata baik-baik saja dan paham, maka cek dulu kemampuanmu!

Itu saya tanamkan pada anak saya, karena saya juga guru. Saya juga selalu berhadapan dengan siswa yang cak cek, kritis, normal seperti air mengalir, dan kurang paham bila diterangkan cuma sekali.

Oleh karena itu, ayo, ajak bicara putra putri bapak ibu dari hati ke hati. Cari penyebabnya kenapa mereka tidak seperti teman-temannya yang merasa tak bermasalah belajar di kelas. Saya yakin tidak 100% teman-temannya ikut bimbel.

Jumat, 11 Januari 2019

Ibu, Kenapa yang Enak-enak Diharamkan oleh Allah?


Ibu, Kenapa yang Enak-enak Diharamkan oleh Allah?

Ramadhan tahun ini bertepatan dengan tahun ajaran baru. Siswa kelas XII dengan tertib mengikuti pelajaran dari pagi sampai siang dengan semangat. Tidak ada yang bermalas-malasan. Wajah-wajah mereka segar bugar, tak terlihat mengantuk sedikit pun.

Setelah ditanya oleh bu Guru Kimia, ternyata yang berpuasa hanya beberapa anak saja. Alasan mereka yang tidak berpuasa macam-macam. Ada yang karena tidak sahur, ada yang bantu orang tua bekerja, ada yang gak kuat puasa. Wow, anak kelas XII SMK gak kuat puasa? Kok kalah sama anak-anak SD. Ahhhh, itu Cuma alasan mereka saja. Yang jelas karena imannya tidak kuat. TITIK. Gak pakai koma, soalnya kalau koma mesti masuk rumah sakit dahulu. Hahaha.

Hari-hari terakhir KBM saat bulan Ramadhan biasanya diisi dengan pesantren kilat. Tapi entahlah, tahun ini tidak diadakan pesantren kilat. Siswa-siswa pada protes keras, ngotot, mengutarakan kegalauan hatinya kepada guru Kimia yang memang dekat dengan murid-murid.
Ya, mau apalagi. Bu Guru Kimia yang bernama Liem Pamursa ini juga tidak bisa berbuat banyak. Akan tetapi para murid tidak mau tahu. Mereka ngambek tidak mau mengikuti pelajaran.

“Bu Liem, enakan cerita saja. Gak usah pelajaran, lagian sekolah lain ada yang sudah libur.” Protes Musjid.
“Pelajaran juga gak papa, Bu. Rugi dong kalau kita sekolah bayarnya mahal kok gak dapat ilmu sama sekali.”kata Endri yang tidak setuju dengan pendapat Musjid.
(Endri adalah siswa yang sholeh, baik hati, tidak sombong, taat pada ibu/bpk guru tapi sedikit lebay)
“Huuuuu. Endri emang lebay.” Tiba-tiba teman-teman langsung ngeroyok Endri.
“Biarin.....”kata Endri gak merasa berdosa.

Ibu Liem menenangkan siswanya, lalu beliau mengambil jalan tengah. Karena tidak ada pesantren kilat, seperti biasa Ibu Liem didaulat murid-murid untuk mengisi tausiah.
Lagi-lagi Musjid yang dulunya anak alim, kini berubah menjadi anak yang tidak manis karena dendam sama bapaknya memulai menanyakan hal yang aneh-aneh. Sebetulnya Musjid sejak kecil alim, pandai mengaji dan suaranya (membaca Quran) juga merdu. Tetapi karena frustasi (bapaknya meninggalkan dia dan ibunya sewaktu musjid masih kecil), Musjid jadi berubah total.

“Bu Liem, nanya-nanya boleh tidak?”tanya Musjid.
“Ya boleh, kalau Ibu bisa menjawab sekarang ya saya jawab, kalau gak bisa ya....”
Suara Ibu Liem dipotong secara kompak oleh murid-muridnya.
“Tanya mbah google. Haha.”
“Bu, kenapa Allah mengharamkan yang enak-enak.”
“Yang enak-enak yang diharamkan Allah contohnya apa?”Bu Liem balik bertanya.
“Alkohol, Bu.”
“Hikmah dibalik diharamkannya alkohol dan semua yang memabukkan termasuk narkoba, karena alkohol membuat hilangnya kesadaran manusia sehingga perbuatannya tidak terkontrol. Juga merusak kesehatan.”

Biasanya yang bertanya-tanya seperti ini karena para murid sering mengkonsumsi alkohol. Wah gawat.

“Tanya lagi boleh, Bu Liem?”tanya Musjid.
“Ya, boleh.”
“Kenapa zina juga diharamkan.”

Seisi kelas sontak memperhatikan pertanyaan Musjid dan mulai serius tak ada yang cengengesan. Tapi Ibu Liem menjawab dengan tenang dan mengajak para murid untuk serius dalam soal agama.  Teman-teman Musjid sepertinya ada yang pekewuh (tidak enak hati dan merasa kasihan sama Ibu Liem, merasa Ibu Liem dipojokkan).

Ibu Liem menerangkan hikmah diharamkannya zina. Mulai kehamilan yang tidak diinginkan, hilangnya nasab, penyakit kelamin, HIV/AIDS dan lain-lain. Tapi Musjid masih juga membantah (dasar anak sekarang, gak takut dosa. Mengapa mereka omongannya seperti ini? Ke manakah orang tua mereka? Apakah mereka tidak mendampingi anak-anaknya, sehingga anak-anaknya menjadi lebih bebas?

Kata Musjid, biar tidak hamil di luar nikah, ya pake alat kek. Musjid terus berargumen setiap Ibu Liem menyanggah. Akhirnya Ibu liem mengeluarkan jurus jitunya, dalam hati kecil Ibu Liem semoga Musjid segera menyadari.

“Musjid, kamu punya kakak perempuan atau adik perempuan?”
“Tidak, bu. Memang kalau punya kenapa?’
“Lupakan pertanyaan Ibu tadi. Kamu punya Ibu ya?”
Sedikit tertawa, Musjid mengiyakan.
“Musjid, seandainya... ini hanya seandainya lo. Seandainya Ibumu diperkosa oleh seorang laki-laki, bagaimana perasaan dan sikapmu.”
Seketika Musjid berapi-api (tidak menyangka kalau Ibu Liem akan berkata seperti itu),
“Aku bawakan parang dan aku habisi laki-laki yang berani menyentuh ibuku.”
“Jangan emosi, Musjid.”

Semua murid pandangannya tertuju pada Musjid lalu berpindah pada Ibu Liem. Ibu Liem tersenyum dan tak mengeluarkan kata-kata lagi.
Ada siswa yang menunduk, berbisik pada teman sebangkunya, ada yang sikapnya biasa-biasa saja. Musjid mulai serius. Tidak berkutik.

“Kalau kita mau bertindak semau kita, posisikan kita dan keluarga kita sebagai korban. Pasti kita akan berpikir seribu kali untuk melakukan sesuatu yang dilarang Allah.” Kata Ibu Liem menutup pertemuan terakhir di bulan Ramadhan karena waktunya sudah selesai. (SELESAI)

Karanganyar, 13 Agustus 2013
(Kisah dari seorang murid yang pertanyaannya macem-macem haduhhh)
Tulisan lama: sumber kompasiana.com

Jumat, 04 Januari 2019

Horor di Malam Hari Saat Listrik Mati


Sejak pindah kantor, pekerjaan saya lebih fleksibel. Setiap suami dan anak sudah berangkat ke sekolah, saya bersiap-siap untuk bekerja. Sebelumnya pekerjaan rumah saya selesaikan terlebih dahulu. Setelah  pekerjaan rumah selesai, saya menyelesaikan tulisan-tulisan. Senang rasanya bila aktivitas menulis saya bisa berjalan dengan lancar. Listrik hidup dan internet lancar, membuat hati puas karena tidak ada kendala.

Namun, memasuki musim hujan, ada sedikit kendala. Listrik sering mati karena suatu hal. Kalau musim kemarau, listrik padam biasanya ada pemberitahuan pemadaman listrik beberapa hari sebelumnya. Nah, saat musim hujan, tidak ada pemberitahuan pemadaman listrik. Listrik mati secara tiba-tiba dan tidak tahu kapan listrik akan menyala. 

Bila listrik padam pada siang hari, aktivitas sehari-hari yang memerlukan listrik akan terganggu, tapi tetap terang. Bila listrik padam malam hari secara mendadak, inilah yang membuat suasana rumah menjadi horor. Lebih-lebih rumah saya berada di tengah sawah. Yang terdengar hanya gemericik air dan suara katak serta jangkrik.  

Lebih horor lagi kalau saya berangkat tidur lampu dalam keadaan  menyala, lalu malam hari terbangun dalam keadaan gelap gulita. Namun, saya pantang panik. Langkah pertama yang saya tempuh adalah menuju meja di dekat tempat tidur. Tanpa kesulitan saya menemukan lampu emergency. Tinggal klik saklar lalu hidup. Lampu emergency ini tidak seperti pada umumnya. Lampu emergency ini dinamakan La Helist, lampu hemat listrik.

Mengapa saya menggunakan La Helist, tidak menggunakan lampu emergency pada umumnya? Memangnya apa kelebihan La Helist? Anda mau tahu tentang Lampu emergency La Helist?

La Helist adalah lampu emergency hemat listrik. Lampu ini ditemukan oleh dua gadis kakak beradik dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Beberapa kelebihan La Helist lampu emergency hemat listrik ini adalah:
1. Lampu lebih terang dari listrik karena menggunakan lampu LED
2. Lebih aman dari listrik dari bahaya kebakaran
3. Praktis, tidak perlu dicharge, bila lampu redup tinggal ganti baterai
4. Hemat listrik, dengan hanya menggunakan satu buah baterai  ukuran AA 1,5 volt yang biasa dipakai pada jam dinding mampu menyala  lebih dari 12 jam
5. Tersedia dua pilihan: 3 watt dan 9 watt

Saya sangat beruntung memiliki La Helist karena tidak perlu khawatir soal keamanan. Bila menggunakan lilin, saya harus waspada dan sedemikian siaga, agar lilin tidak membakar sekitarnya. Bila lilin tinggal sedikit dan alasnya mudah terbakar, saya tertidur atau lupa meninggalkannya. Berbahaya, bukan?  

Setelah memiliki La Helist, tidak ada lagi horor di malam hari saat mati listrik. O, ya, bila Anda memerlukan La Helist, bisa menghubungi nomor 08122818050, Bapak Noer Chanief.