Selasa, 31 Maret 2015

Lakukan Aksi Meski Remeh dan Kecil

Kadang kita mengatakan,”aku bisa melakukan hal itu.” Padahal kita tidak melakukan aktivitas seperti yang sudah dilakukan oleh orang lain.

Gambar 1. Cerpen dimuat di SOLOPOS dan KR Yogya 
Contoh 1 : Bila ada tulisan seseorang yang dimuat di koran atau media lainnya, sering kita mengatakan kalau hanya menulis seperti itu, aku juga bisa. Atau kita mengomentari dalam artian mengoreksi suatu tulisan dengan maksud memberikan penilaian negatif. Padahal kita tidak pernah menulis! Atau, kalaupun menulis hasilnya belum tentu sebaik tulisan orang yang kita komentari. Jadi sebelum memberikan komentar/penilaian, coba lihat diri kita sendiri dulu. Sudahkah kita melakukan sesuatu dengan baik?

Gambar 2. Pot dari Barang Bekas
Contoh 2 : Ada seseorang yang memanfaatkan botol bekas kemasan air mineral untuk dijadikan pot. Pot-pot ini akan diisi dengan biji/bibit sayuran. Langkah yang paling tepat adalah segera melakukan tindakan/kegiatan.
Kita memang tahu kalau botol bekas bisa digunakan sebagai pot. Dan itu bukan sesuatu yang baru. Sudah umum dan banyak orang yang melakukan. Lalu kita bilang,”ah, kalau memanfaatkan barang bekas untuk pot, itu bukan sesuatu yang baru. Semua orang juga bisa mengerjakan.”
Kita berkomentar seperti itu seolah-olah meremehkan usaha orang lain. Padahal kita sama sekali tak melakukan aksi. Betapa malunya kita! Meremehkan kegiatan kecil yang dilakukan orang tapi manfaatnya besat. Mengapa kita tidak melakukan semua itu? Mungkin karena kita merasa keberatan dan terbebani dengan aksi tersebut. Sementara orang lain dengan enteng melakukan aksi kecil itu.
Kalau demikian, mulai sekarang lakukan aksi meskipun hal yang remeh dan kecil. Jangan memberi penilaian kepada orang lain sebelum tahu yang kita lakukan lebih baik atau malah lebih buruk.
AYO, LAKUKAN AKSI!

Karanganyar, 31 Maret 2015 

Senin, 30 Maret 2015

Keluarkan Sedekah Setelah Panen

Keluarkan Sedekah Setelah Panen
Oleh : Kahfi Noer

Gambar 1. Padi Menguning
Saya jadi ingat masa kecil (tahun 1982), di mana panen padi sedang berlangsung. Waktu itu hampir semua pekerjaan di bidang pertanian di sawah dilakukan oleh manusia beserta sapi/kerbau. Demikian juga ketika panen telah tiba. Para ibu menggendong “tenggok” untuk wadah padi/gabah yang sudah dipetik.
Sekarang telah berubah. Hampir semua dikerjakan oleh mesin. Membajak sawah, menanam padi dan merontokkan biji-biji padi. Dengan alasan lebih praktis dan pekerjaan lebih cepat selesai.
Tak apalah kita menggunakan mesin untuk memudahkan pekerjaan. Yang penting dalam proses menanam sampai memanen tidak semata-mata instan. Untuk menyuburkan tanah dan mengusir hama jangan menggunakan bahan kimia. Gunakan saja dengan pupuk dan pengusir hama organik alias alami.

Gambar 2. Panen telah tiba
Penggunaan pupuk organik dan pembasmi hama non kimia jelas akan membantu menjaga lingkungan dan tidak memperparah pencemaran air dan tanah. Bila mulai sekarang bersedia menggunakan yang alami, insya Allah beberapa tahun yang akan datanghasil panen akan melimpah.
Ciri-ciri tanaman padi yang baik sampai ketika mau panen adalah padi semakin kuning akan tetapi malai/batang padi tetap masih hijau. Alhamdulillah, rupanya panen kali ini hasilnya baik. Sawah belakang rumah, luas tanah sekitar 3000 meter persegi menghasilkan 36 karung besar (karung pakan ayam). Hasilnya dibagi 2 dengan petani penggarap sawah. Delapan belas karung ini masih dibagi berempat dengan saudara suami. Masing-masing mendapatkan 4,5 karung. Lumayan bisa untuk 6 bulan lebih. Semoga musim tanam yang akan datang tidak terjadi penurunan hasil secara drastis.

Gambar 3. Mesin Perontok Padi
Saya mengajak suami terus bersyukur. Tapi bersyukurnya jangan hanya lisan saja, keluarkan zakat dan sedekah dari hasil panen.
Saya sudah panen, sudah panenkah Anda?
Karanganyar, 30 Maret 2015

Kamis, 12 Maret 2015

Niat Saja Tak Cukup, Luruskan Niat Berhaji Anda!

Gambar 1. Yuk, Belajar dari Buku Dahsyatnya Ibadah Haji

RESENSI

Judul Buku                   : Dahsyatnya Ibadah Haji
Penerbit                        : PT. Elex Media Komputindo
Cetakan                        : 2014
Tebal                             : ix + 233 hal
ISBN                            : 978-602-02-4810-3

Ibadah haji adalah rukun Islam yang kelima, hukumnya wajib bagi yang mampu melaksanakannya. Mampu secara materi, ilmu, fisik dan kesehatan. Sebagian besar umat Islam berkeinginan untuk ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji. Kalaupun hingga saat ini belum memiliki kesempatan untuk melaksanakan rukun Islam kelima itu, paling tidak sudah memiliki niat.

Akan tetapi niat saja belum cukup. Niat tersebut harus dikuatkan dengan usaha untuk mewujudkannya. Salah satu caranya adalah menyediakan biaya ONH. Banyak jalan yang bisa ditempuh, salah satunya adalah dengan menabung. Setelah dana cukup, bukan berarti kita dengan mudah melaksanakan/merealisasikan ibadah haji. Hanya orang-orang yang sudah dipanggil Allah, yang bisa menjadi tamu Allah di tanah suci (hal 1)

Buku Dahsyatnya Ibadah Haji karya Abdul Cholik ini berisi catatan perjalanan haji penulis. Buku ini dikemas dengan bahasa tutur, santai, tidak kaku, tidak bermaksud menggurui dan diselingi humor (tidak berlebihan). Sebagai seorang penulis, tentu saja setiap tahapan/peristiwa ditulis dengan runtut dan sistematis. Beberapa dokumentasi berupa foto juga diselipkan. Mulai dari persiapan, pelaksanaan ibadah haji dan kegiatan lainnya, baik ketika di Mekah maupun di Madinah, hingga kembali ke tanah air dan berkumpul dengan keluarga.

 Gambar 2. Akhirnya dapat Di Gramedia Solo
Tips-tips ringan disampaikan karena hal semacam itu sering diremehkan oleh calon jamaah haji. Karena penulis memiliki latar belekang militer maka tips-tips yang disampaikan juga tentang keseharian, disiplin seperti yang dilakukan di “dunia kemiliterannya”. Yang paling utama adalah memberi dan mengingatkan suatu tanda untuk benda atau lokasi/tempat.

Penulis mengajak pembaca terutama calon jamaah haji untuk meluruskan niat beribadah haji karena mencari ridha Allah semata (hal 7). Selama dalam perjalanan dan waktu luang digunakan untuk berdoa, berdzikir, bersedekah dan amalan lainnya (hal 171). Berdoa bisa  dilakukan di mana saja terutama di tempat dan waktu yang mustajab.

Selama kegiatan berlangsung penulis melaksanakan semua dengan santai, tidak tergesa-gesa dan sabar. Penulis juga sabar dalam menghadapi tiap peristiwa atau situasi yang di luar dugaan. Untuk menjaga tubuh tetap prima penulis berpesan untuk beristirahat yang cukup dan mengkonsumsi makanan secukupnya. Kegiatan di luar ibadah sama seperti ketika berada di tanah air. Untuk mendalami sejarah Islam, penulis dan rombongan juga melakukan wisata religi yaitu ziarah dan rekreasi (hal 174-193).

Romantisme kebersamaan penulis dengan sang isteri juga penulis catatkan. Mulai dari tanah air, berangkat ke tanah suci, melaksanakan thawaf, sa’i dan tahalul. Lebih-lebih ketika berada di Arofah, Mina dan Muzdalifah. Ziarah dan rekreasi juga merupakan peristiwa dengan sejuta romantisme buat penulis dan sang isteri. Puncaknya ketika berada di Arofah. Betapa penulis mampu mengungkapkan sesuatu yang sebelumnya belum pernah terlintas dalam pikirannya. Yaitu mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada sang isteri. 

Demikian juga sebaliknya, sang isteri juga melakukan hal yang sama. Egoisme selama ini telah melebur dan yang ada hanyalah kebersamaan dan saling melengkapi (hal 122).
Ada salah satu pelajaran bagi penulis dan bisa diambil hikmahnya yaitu saat penulis diingatkan Allah dengan teguran. Penulis dan sang isteri tersesat ketika pulang menuju maktab. Dengan menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan beristighfar, penulis dan sang isteri akhirnya bertemu rombongan.
Sudah tersesat, masih bohong lagi. Penulis mengatakan hal yang tak sebenarnya,”Biasa, santai dan cari buah.” Padahal penulis bukan santai dan cari buah, melainkan tersesat (hal 148).


Saya merekomendasikan buku ini bagi pembaca untuk memilikinya. Dari buku ini akan banyak diambil pelajaran. Meskipun buku Dahsyatnya Ibadah Haji bukan buku panduan menunaikan ibadah haji, tapi tidak ada salahnya belajar dari buku karya Abdul Cholik ini.
Karanganyar, 11 Maret 2015




Sabtu, 07 Maret 2015

Bintang Tak Selalu di Kelas

Gambar : Aku Suka Fotografi
Setiap akan menerima buku raport, Faiq selalu berkata setengah meminta pendapat saya.
“Ma, kalau Faiq tidak masuk sepuluh besar, mama tidak marah bukan?”
“Oh, tidak. Prestasi bukan hanya dilihat dari peringkat/rangking. Mama tak pernah memaksa Faiq pandai seperti teman-teman. Karena mama tahu, Faiq memiliki kelebihan yang lain.”
Saya selalu meyakinkan padanya dengan kalimat itu. Saya paling tahu siapa Faiq. Saya paling tahu kemampuannya di bidang akademik. Sebenarnya Faiq termasuk pandai di kelasnya. Sayangnya Faiq tidak pernah mau menuruti kata-kata saya.
Saya sadar betul. Bintang tidak selalu di kelas. Bintang bisa berada di lapangan, di panggung, di mana saja. Saya selalu mengatakan itu agar Faiq tidak terbebani dan stress. Biarlah Faiq menjadi bintang di dunianya. Seperti Bapaknya, bintang lapangan. Bintang lapangan bukan berarti selalu juara di bidang olahraga, tetapi memiliki kelebihan di dunia olahraga.

Karanganyar, 7 Maret 2015 

Minggu, 01 Maret 2015

Mengapa Saya Memelihara Kelinci?

Kelinci adalah salah satu binatang yang saya pelihara. Tahun 2000, Saya pernah memelihara kelinci. Waktu itu saya masih tinggal di rumah mertua. Ada rumah kosong yang digunakan untuk menyimpan tumpukan jerami. Jerami-jerami untuk pakan sapi. Sepasang kelinci saya pelihara di sana.
Kelinci yang bunting/hamil/mengandung cenderung membuat lubang di bawah tanah. Bahasa Jawanya “ngerong”. Bayi-bayi kelinci itu akan lahir dan hidup di dalam lubang. Setelah cukup umur, anak-anak kelinci akan keluar dari lubang.
Saya sempat melihat anak-anak kelinci keluar dari lubang. Akan tetapi hanya beberapa hari saja. Selanjutnya saya tidak melihat lagi. Anak-anak kelinci tadi mati karena semut. Ya, musuh kelinci adalah semut. Setelah itu saya lupa sepasang kelinci induknya diapakan. Entah itu dijual atau disembelih.
Tiga tahun kemudian, saya memelihara sepasang kelinci putih yang manis. Kali ini saya sudah menempati rumah sendiri. Rumah di tengah sawah. Suami membuatkan kandang yang lebih aman. Saya tidak mengalami kesulitan mencari pakan. Di sekitar rumah tersedia pakan. Alam memberikan pakan itu secara gratis.
Suatu hari seekor kelinci berada di luar kandang dalam keadaan mati. Rupanya saya lupa menutup kandang. Bagian leher kelinci ada bekas gigitan. Sepertinya kelinci itu dimangsa kucing.
Beberapa hari kemudian, satu ekor kelinci yang lain juga mati dalam keadaan yang sama. Ternyata suami lupa menutup kandang. Kali ini yang lupa tidak menutup kandang adalah suami saya.
Tahun 2013, saya memiliki 4 pasang kelinci. Enam ekor di antaranya adalah kelinci Australia. Dua ekor lainnya adalah kelinci lokal. Enam ekor kelinci Australia dimasukkan ke dalam kandang besar. Dua ekor kelinci lokal dimasukkan ke dalam kandang yang lain.
Suatu malam, saya mendengar suara gaduh di luar rumah. Rupanya ada anjing yang mendekati kandang.saya membangunkan suami. Suami membuka pintu. Dia melihat 2 ekor anjing kabur. Dari 6 ekor kelinci Australia, yang masih tersisa hidup hanya 1ekor saja. Dua ekor dibawa kabur, 3 ekor mati di dalam kandang dengan luka bagian leher.
Dengan mulutnya, anjing tersebut berhasil mencongkel kawat ram. Pagi harinya saya menyuruh suami segera menguburkan kelinci-kelinci tersebut. Kedua anak saya sudah terlanjur dekat dengan kelinci-kelinci tersebut.
Ketika Faiq dan Faiz bangun tidur, saya memberi tahu mereka. Di luar dugaan saya, keduanya menangis histeris. Faiq, gadis kelas 8 SMP itu ngambek, tidak mau sekolah. Faiz, yang masih TK juga menangis. Namanya juga anak-anak, mereka belum bisa mengelola hati.
Beberapa bulan kemudian, karena perbedaan suhu udara yang ekstrim, 2 ekor kelinci akhirnya mati kedinginan. Masih ada satu ekor kelinci yang manis. Saya merasa sangat bersalah. Saya keluarkan seekor kelinci manis tersebut. Entahlah, ke mana perginya kelinci tersebut. Kelinci itu raib. Lengkap sudah rasa kehilangan saya. Akhirnya, saya tidak memiliki kelinci. Akan tetapi saya masih memiliki hewan piaraan yang lain, yaitu ayam kampung.
Saya tidak kapok memelihara kelinci. Sekarang saya memiliki 3 ekor kelinci. Ada alasan mengapa saya tidak bosan memelihara kelinci meski belum memperoleh hasilnya. Pertama, karena pakannya mudah saya dapatkan dari sekitar rumah alias gratis.
Kedua, bila kandang kelinci berada dalam rumah tertutup, maka mudah memeliharanya. Ketiga, saya dapat mengambil manfaat dari kotoran kelinci secara langsung. Kotoran kelinci digunakan untuk pupuk.
Meskipun setiap hari kedua anak saya tidak berhubungan langsung dengan kelinci, tapi tiap pulang sekolah mereka selalu menanyakan keadaan kelinci-kelincinya. Saya yakin kedua anak saya menyukai kelinci-kelinci sama halnya menyukai ayam-ayamnya.
Karanganyar, 25 Februari 2015