Dikapyuk air dok. Suyat |
Ketika
masih mengajar, saya biasa memotret kegiatan di sekolah. Kegiatan penting di
sekolah sering saya jadikan berita dan saya kirim ke koran lokal. Selain di
sekolah, kegiatan di luar sekolah yang ada kaitannya dengan pembelajaran juga
saya abadikan dengan kamera ponsel.
Kegiatan
di rumah, di jalan, di tempat wisata, dan momentum penting lainnya juga saya
abadikan dengan kamera ponsel. Foto-foto hasil bidikan ini, saya pergunakan
untuk melengkapi tulisan saya di blog, apalagi untuk kepentingan lomba.
Hari
terakhir libur kenaikan kelas, saya dan teman-teman mengadakan perjalanan
wisata ke Malioboro dan Pantai Parangkusumo. Saat tiba di Malioboro tengah
hari, panasnya sungguh menyengat. Akan tetapi, untuk bukti bahwa kami
benar-benar sudah sampai Malioboro dan dalam rangka pamer, ya harus ada fotonya
dong.
Malioboro dok.pri |
Sebagai
orang Yogya, sebenarnya saya sudah pernah diajak lewat pantai selatan yang
jumlahnya tidak hanya satu dua. Dari
pantai Depok, suami juga pernah melanjutkan perjalanan ke Parangtritis, lalu
naik sampai Gunung Kidul.
Jadi,
sebenarnya saya juga pernah dilewatkan di Pantai Parang Kusumo. Hanya saja,
dulu bagian depan belum ada tulisan manis seperti nama-nama tempat di zaman
now.
Ada
sesuatu yang menarik dengan Pantai Parang Kusumo. Konon di pantai ini, banyak
orang melakukan ziarah, melakukan ritual tertentu, ada dunia lain yang sengaja
dikunjungi para peziarah.
Saya
sempat melihat seorang lelaki sedang melakukan lelaku. Lelaki berambut panjang,
memakai pakaian Jawa bercelana panjang dan memakai iket kepala. Lelaki tua itu
duduk bersila menghadap pantai. Celana dan pakaiannya sudah basah. Entah sudah
berapa kali lelaki tersebut kena ombak besar.
Dua
teman saya yang tahu dua lain mendadak perutnya terasa mual dan pingin muntah. Katanya,
lelaki tersebut sedang berkomunikasi dengan penguasa pantai. Dia ditemui
punggawa atau penjaga pantai. Saya tak pernah bisa mengikuti alur cerita
mereka.
Hal-hal
gaib itu memang ada dan sebagai muslim, saya harus percaya. Hanya saja saya
membatasi diri untuk tidak lebih jauh untuk tahu lebih banyak. Seandainya ada
prosesi labuhan atau apapun yang berkaitan dengan dunia mereka yang
"percaya", tentu saya hanya bisa mencatatnya sebagai tulisan yang
bisa untuk diceritakan kepada orang lain. Parang
Kusumo biasa digunakan untuk nenepi, kata orang-orang.
Setelah
lelaki yang melakukan lelaku telah pergi, saya dan teman-teman mendekat ke air.
Salah satu teman saya bilang sebentar lagi ombak datang. Teman yang lain malah
dengan sengaja mengajak kami untuk berbasah-basah diterjang ombak.
Takut air |
Oleh
karena saya takut air, saya selalu waspada. Bila air datang, saya harus siap. Dan
benar, ombak datang. Pasir tempat saya berdiri lama-lama terkikis. Hampir saja
saya kehilangan keseimbangan. Teman saya berteriak, “Ayo, saling berpegangan!”
Lega rasanya, meski masih deg-degan, saya merasa ada sensasi tersendiri yang tak mungkin saya lupakan.
Lega rasanya, meski masih deg-degan, saya merasa ada sensasi tersendiri yang tak mungkin saya lupakan.
Bebas dok.pri |
Setelah
tidak mengajar, saya lebih sering mengikuti lomba penulisan, kelas menulis,
pertemuan penulis, dan kegiatan yang ada kaitannya dengan menulis. Tentu saja
setiap kegiatan selalu ada fotonya.
Temu penulis dok.pri |
Beberapa
hari terakhir, saya sedang asyik-asyiknya memanen hasil kebun. Memanen sukun
itu sangat mengasyikkan, tapi risikonya juga besar. Mengapa demikian? Karena buah
sukun yang akan dipanen berada di tempat yang tinggi. Sebagai Ibu yang lemah
lembut, tentu saja tidak selayaknya “pecicilan” memanjat pohon sukun. Cukuplah suami
saja yang menjatuhkan sukun dengan cara dipotong tangkainya memakai galah yang
dilengkapi pisau.
Panen alpukat dok.pri |
Nah,
untuk saya cukup memanen buah alpukat. Itu saja juga tidak perlu memanjat
pohonnya, cukup berdiri di atas kursi plastik (itu saja pakai gemetaran).
Selama
ini saya mengabadikan momentum penting dan indah dengan kamera ponsel. ponsel
tersebut memiliki spesifikasi berikut: Cipset: Snapdragon 636, Layar: Full HD 6,2 inci, aspek rasio 19:9,
Kamera belakang: 12 MP & 8 MP, Kamera depan: 8 MP, Baterai:
3.200 mAh, Memori: 4 GB, ROM: 64 GB/128 GB, dan OS:
Android Oreo..
Beberapa
waktu yang lalu, ada teman yang membisikkan pada saya untuk ganti ponsel
terkini. Saya jadi ingat
tentang Huawei Nova 3i. Gawai yang cakep betul luar dalamnya, bikin saya jatuh
cinta. Mengapa saya tertarik dengan smartphone yang satu ini? .Inilah beberapa alasan
saya, yakni:
dok.sujiwo.com |
1. Smartphone ini punya desain irish
purple yang luar biasa keren. Cantiknya bikin luluh dalam pandangan
pertama. Tidak butuh case macam-macam, dia indah dari sananya
2. Pernah dengar AI? Membuat kamera
smartphone memiliki kecerdasan buatan, sehingga bisa menghasilkan foto dengan
apik tanpa perlu kita terlalu pusing setting sana sini. Huawei Nova 3i, punya 4
kamera AI! Gila.
3. Storage-nya 128Gb! Ya, paling besar
di kelas smartphone mid-end saat ini
4. Kesukaan saya selain AI dalam
kameranya, adalah GPU Turbo yang dia miliki.
Oleh
karena ada yang memberi iming-iming smartphone ini, saya jadi merengek-rengek
pada suami untuk mewujudkan keinginan saya memilikinya. Selama ini, suami tahu
hobi saya, yaitu menulis dan memotret. Menurutnya, hobi saya positif dan perlu
dukungan. Dukungan di sini bukan hanya sebatas kata-kata saja, melainkan diperkuat
dengan difasilitasi berupa barang, hehe.
Saya
ingin memiliki smartphone yang dengan desain
yang keren, memiliki kamera yang diperkuat AI, Storage 128 GB paling besar di kelas
smartphone mid-end saat ini, dan diperkuat dengan GPU Turbo untuk kemampuan
gaming