Senin, 15 September 2014

Sensasi Menerima Honor Menulis Lewat Wesel Pos



Bila mengirimkan naskah/tulisan, biasanya kita diminta untuk mencantumkan biodata termasuk nomor rekening dari bank yang kita miliki. Tujuannya adalah bila tulisan kita dimuat, media/penerbit bisa mengirimkan honor kepada kita lewat nomor rekening tadi.
Mungkin bagi kita yang biasa bertransaksi menggunakan jasa perbankan hal itu lebih praktis dan lebih mudah. Kita tidak perlu mengalami kesulitan untuk mencairkan uang tersebut. Akan tetapi ada sebagian orang yang tetap menginginkan honor menulis dikirim lewat wesel.
Bagi saya keduanya sama-sama menguntungkan. Akan tetapi bila honor menulis tadi dikirim lewat wesel, ada sensasi tersendiri. Banyak tahapan yang harus dilewati. Prosesnya tidak sederhana, akan tetapi setiap tahapan mengandung unsur silaturahmi.
Malah penerimaan honor menulis pertama tahun 1988/1989 langsung ke kantor redaksi Majalah Putera Kita, di Patehan dekat SD saya. Saya datang ke kantor redaksi langsung. demikian juga pada penerimaan honor ketiga. Dari Koran Kedaulatan Rakyat. Pulang kuliah naik sepeda ontel, ke kantor redaksi KR. Setelah mengambil honor, meski perjalanan menggunakan sepeda ontel, terasa ringan saja. Lewat Malioboro, aku membayangkan membelikan mie ayam buat ibu dan bapak.
Ketika Pak Pos datang, kebetulan saya menerima langsung weselnya, saya sudah bertegur sapa dengan Pak Pos. Lalu ucapan terima kasih pasti saya sampaikan. Tegur sapa dan senyum, dapat pahala satu poin.
Kalau Pak Pos datang, kebetulan saya tidak ada di tempat, wesel akan diterima guru/karyawan lain. Jadilah mereka tahu kalau saya dapat honor menulis, ujung-ujungnya saya didor untuk bagi-bagi rejeki dengan membeli makanan kecil.
Yang kedua, sebelum mencairkan wesel, saya harus minta wesel diberi stempel sekolah kepada petugas TU sekolah. Ini wajib, sebab alamat yang saya gunakan adalah alamat sekolah.
Ketiga, saya harus ke kantor pos. Di tempat parkir saya akan bertegur sapa dengan Pak Tukang Parkir. Di kantor pos bagian teller, saya akan berkomunikasi dengan mbak-mbak cantik yang akan memberi uang kepada saya.
Setelah urusan pengambilan uang selesai, saya harus meluncur ke warung untuk membeli makanan kecil. Tahap keempat ini saya akan berkomunikasi dengan pedagang. Sampai di sekolah, komunikasi saya dengan teman-teman yang menikmati sedikit dari honor saya. Ucapan terima kasih dan doa pasti mereka sampaikan.
“Selamat ya, Bu Ima. Semoga rejekinya tambah lancar. Menulisnya lebih sukses.”
Bandingkan bila kita menerima honor lewat rekening. Tak ada seninya mau mengambil uang. Tinggal ke bank mengambil uang lewat teller atau lewat ATM. Selesai. Tak ada komunikasi sama sekali.
Sampai sekarang kalau Pak Pos datang ke sekolah, hati saya dag dig dug. Dapat wesel saja seperti dapat surat cinta. Walaupun akhirnya setelah cair, uangnya cukup mengejutkan. Enam puluh lima ribu rupiah.
Karanganyar, 13 September 2014