Minggu, 30 Agustus 2015

Berkah Terindah dari Sedekah


Gambar 1. Bersama keluarga besar
(Sumber: dok.pri)
Kehilangan sesuatu yang amat berharga rasanya kecewa sekali. Tapi semua kita kembalikan pada pemilik yang sesungguhnya. Sejatinya semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Sebaliknya, kalau kita mendapatkan sesuatu pasti kita akan merasa gembira, suka cita dan bersyukur.
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya hari Selasa 3 Februari 2015, saya kehilangan laptop dan kamera saku. Kedua barang itu diambil pencuri saat saya meninggalkan rumah untuk kepentingan di tempat kerja. Rumah dalam keadaan kosong. Awalnya saya merasa kecewa. Tapi saat itu pula saya memutuskan untuk berdamai dengan musibah dan pasrah. Mungkin semua itu memang belum rezeki saya. Padahal laptop tersebut berisi data-data sangat penting bagi saya sebagai guru dan penulis. Ya, saya ikhlaskan saja. Doa saya semoga Allah segera menunjukkan hikmah dari peristiwa kemalingan ini.
Sehari setelah saya kemalingan, saya ditelepon polisi (Satreskrim Kota Solo). Ketika polisi tersebut menelepon saya, dia berada di sekolah tempat saya mengajar. Akhirnya saya dan suami menemui 3 polisi di rumah. Singkat cerita : saya diminta untuk terus berdoa agar barang-barang saya yang hilang dapat kembali lagi. Mereka tidak mengatakan malingnya sudah ketangkap atau belum dan barang-barang saya sudah ketemu atau belum. Tapi saya memiliki keyakinan kalau barang saya sudah ada di tangan polisi.
Gambar 2. Keluarga kecilku
(Sumber: dok.pri)
Saya menduga polisi sudah menemukan laptop saya. Mengapa saya yakin demikian? Sebab polisi tahu alamat tempat kerja saya pasti sesudah membuka laptop saya. Tidak mungkin kan mereka tahu alamat saya dan saya kehilangan barang? Kalau mereka tahu saya kehilangan barang, lantas itu info dari mana? Saya dan suami belum melapor kehilangan di kantor polisi, lo. Data saya tentang tulisan-tulisan, sebagian besar ada alamat tempat kerja saya. Ya, tidak mungkin laptop saya belum ada di tangan polisi. Tapi saya tidak menunjukkan rasa sok selidik dan sok tau. Saya ikuti saja yang dikatakan Pak polisi.  
00000
Sebelum memutuskan untuk membeli laptop yang baru, bila malam hari saya meminjam laptop yang dipakai suami. Laptop yang hilang milik suami. Sudah lama kami bertukar laptop. Sehari tak memegang laptop rasanya hampa. (apa mungkin penulis berhenti menulis gara-gara tak punya laptop sendiri). Alhamdulillah berbulan-bulan kami nyaman berbagi laptop.
Empat bulan kemudian, suami diberi tahu polisi lewat pesan singkat bahwa laptop kami sudah ketemu. Alhamdulillah, benar juga pikiran saya dulu. Polisi hanya memerlukan waktu yang tepat untuk memberi tahu kalau laptop sudah ketemu. Akhirnya awal Ramadhan kemarin, laptop kembali ke tangan saya. (Ya Allah, Kau mudahkan kami mendapatkan laptop dengan sedekah kecil).

Gambar 3. Di kantor polisi, laptopku diamankan
(Sumber: dok.pri)
Saya tak perlu membeli laptop lagi. Tapi saya harus segera membeli kamera lagi. Tanpa kamera hidup ini kurang penuh warna. (Saya dan Faiq suka memotret). Saya terus bersabar, berharap ada rezeki nomplok datang sesegera mungkin. Suatu hari Faiq bilang menginginkan kamera DSLR seperti yang diidam-idamkan dulu. Sebenarnya saya ingin memenuhi keinginan itu, tapi apa daya, saya belum memiliki dana.
Memang sejak lama saya ingin membeli kamera digital untuk Faiq (putri saya, 15 tahun). Saya berjanji bila ada rezeki akan saya belikan. Sebenarnya saya menunggu tunjangan sertifikasi saya yang belum cair. Karena ada masalah teknis, tunjangan tersebut belum cair. Saya cukup menyerahkan semua pada Allah. Kalau tunjangan itu masih rezeki saya, insya Allah cair juga. Tapi seandainya belum rezeki saya, saya harus menerima rezeki yang lain. Karena pada dasarnya tunjangan sertifikasi ini tidak bisa diharapkan (apalagi untuk guru swasta seperti saya).
Pertengahan bulan Agustus ini saya ditelepon teman sekantor. Malam itu teman saya meminta saya untuk mengecek rekening saya lewat ATM, karena ada dana yang masuk selain tunjangan untuk 6 bulan terakhir. Kali ini saya mengajak suami untuk mengecek saldo. Alhamdulillah, ada pemasukan dana yang jumlahnya amat besar. Saya segera memberitahukan pada Faiq kalau saya mau memenuhi membelikan kamera digital (Katanya harganya sekitar 6-jutaan, itu saja lensanya masih yang bawaan). Tak apalah, yang penting saya tidak ingkar janji.
Selain rezeki tunjangan sertifikasi, suami yang juga guru mendapatkan pembagian warisan dari kakek/neneknya. Karena bapak mertua sudah meninggal maka warisan itu jatuh pada suami dan tiga saudara kandungnya. Jumlahnya tidak sedikit. Dengan datangnya rezeki hampir waktunya bersamaan di bulan Agustus ini, rasanya bulan Agustus ini penuh dengan berkah. Tak lupa kami keluarkan sedekah. Semoga ujian nikmat yang melimpah ini tak membuat kami lupa diri. Kami bersyukur dan kami jauhi kufur.
Gambar 4. Bersama murid di rumah makan bakso, syukuran
(sumber: dok.pri)
Suatu hari saya memberi tahu kakak perempuan saya. Rumah kakak bersebelahan dengan rumah bapak dan ibu. Saya mau mengirim sejumlah uang buat bapak dan ibu lewat rekening kakak saya. Tapi sayang karena saya repot, sampai beberapa hari saya belum sempat mengirimkan uang (transfer).
Pada suatu malam, tiba-tiba kakak perempuan saya menelepon. Dia menanyakan sebenarnya tujuan saya mau mengirim uang buat apa dan jumlahnya berapa. Saya menyebutkan jumlah dan maksud/tujuan mengirim uang.
Kemudian kakak perempuan saya malah bercerita bahwa dia ditawari rumah letaknya persis depan rumah bapak dan ibu. Tetangga bapak akan menjual tanah dan rumahnya. Kakak saya menyebut suatu bilangan, harga penawaran itu. Dia sudah memiliki dana separo. Harapannya dana kekurangan bisa dipikul saya dan 4 saudara saya lainnya.
Ketika saya mengatakan pada suami (sekaligus minta izin), suami setuju malah dia menyebutkan angka yang di luar dugaan saya alias banyak sekali. Bagi suami sendiri berita ini sangat menggembirakan, sebab dia juga ingin berinvestasi berupa tanah. Kebetulan ini ditawari di dekat rumah orang tua. Tentu saja rumah tersebut bakalan ramai untuk berteduh cucu-cucu bapak dan ibu yang kuliah di Yogya (termasuk anak saya kelak, 3 tahun lagi).

Gambar 5. Sedekah mempererat tali silaturahmi
(Sumber: dok.pri)
Tiba-tiba saya ingat kata-kata kakak perempuan saya dulu. Allah mengatur rezeki tiap manusia. Rezeki itu bukan untuk dirinya sendiri. Rezeki harus didistribusikan pada orang lain yang berhak. Jangan takut kekurangan. Sebab yang kita miliki itu justeru yang kita sedekahkan. Rezeki kita akan memberikan barokah/berkah bila kita sedekahkan. Ketika laptop saya ketemu, kakak saya juga bilang itulah dahsyatnya sedekah.
Tidak berlebihan kalau saya mengatakan apa yang terjadi pada keluarga saya selama ini adalah,” Berkah Terindah dari Sedekah.”



Karanganyar, 30 Agustus 2015

Kamis, 27 Agustus 2015

Mie Jawa vs Mie Instan


Gambar : Mie Instan Rebus Istimewa
(Tidak memakai sayuran dan dituang di atas piring)
Sumber : dokumen pribadi

Ada banyak cara orang dalam menghangatkan badannya di bulan-bulan ini. Yang paling digemari saat malam hari adalah mengkonsumsi makanan yang hangat. Salah satu masakan favorit yang bisa disantap adalah mie. Ada beberapa pilihan yang bisa dicoba, misalnya masakan mie Jawa dan mie instan.
Mie Jawa banyak digemari dari berbagai kalangan. Tentu saja dilihat dari harganya yang terjangkau. Di Karanganyar saya dan keluarga kecil biasanya menikmati mie Jawa dari warung mbah Marto dan mas Sartugi. Mas Sartugi adalah anak mbah Marto. Awalnya mas Sartugi hanya membantu mbah Marto. Namun kini mas Sartugi berjualan mie Jawa di warungnya sendiri. Kedua warung mie Jawa ibu dan anak ini terletak di sebelah barat Pasar Jungke, Karanganyar.
Sebenarnya di warung mbah Marto dan mas Sartugi ini mie Jawanya tidak terlalu istimewa. Bumbunya biasa seperti pada umumnya, sedangkan satu piring mie Jawa berisi kubis, bihun dan mie telur (kuning), telur dan suwiran daging ayam goreng.
Saya katakan mienya tidak istimewa karena berbeda dengan mie Jawa yang saya temui di Yogyakarta. Baik yang dijual keliling maupun di warung mie. Setahu saya dalam mie Jawa memakai daging ayam kampung (rebus) yang disuwir dan dimasukkan dalam masakan.
Tapi sudahlah, kadang suami saya ingin membeli mie di warung tersebut maka saya menurut saja. Padahal mie Jawa ini tidak cocok di lidah saya terutama karena rasanya banyak bumbu masaknya (MSG). Saya lebih baik membuat sendiri. Saya biasa menyediakan sop-sopan (satu paket sayuran berisi kubis, wortel, daum bawang/loncang dan daun seledri). Persediaan ini saya gunakan untuk membuat mie instan atau memasak sayur sop kesukaan anak-anak.
Kalau suami suka membeli mie Jawa buatan mas Sartugi, saya sebaliknya. Saya lebih suka memasak mie instan sendiri. Mie instan istimewa! Adapun mie ini bahan dan cara memasaknya adalah sebagai berikut:
Bahan-bahan:
1.      1 bungkus Mie instan rebus (saya suka memakai produksi Indofood, misalnya Sarimi, Indomie atau Supermi)
2.      1 butir telur ayam
3.      1 siung Bawang putih (digeprek)
4.      1 buah Cabe rawit merah (orang Karanganyar menyebutnya lombok sret)
5.      Daun kubis potong kecil
6.      Wortel iris kecil
7.      Daun seledri
8.      Daun bawang
9.      Bawang merah goring (brambang goreng)
Cara memasak:
1.      Siapkan sayuran, dicuci bersih dan tiriskan
2.      Panaskan air dalam panci, setelah mendidih masukkan satu keeping mie instan
3.      Mie instan ditiriskan
4.      Panaskan air (bersih, satu gelas/sesuai selera) dalam panci.
5.      Setelah ait mendidih, masukkan telur kocok.
6.      Setelah telur menggumpal, masukkan bawang putih geprek dan cabe rawit
7.      Masukkan mie yang sudah direbus dan sayuran
8.      Langkah terakhir adalah masukkan bumbu instan dari mie dan aduk lalu matikan api
9.      Tuang mie instan istimewa ini di atas cobek tanah liat lalu taburkan bawang goreng dan irisan daun seledri
10.  Mie instan istimewa ini siap disantap
Catatan:
a         Sayuran dipanaskan hanya layu saja agar tetap renyah atau kriuk
b        Bumbu instan ini juga tidak perlu lama dalam pemanasan. Boleh bumbunya dituang di cobek dahuku lalu mie yang sudah matang dimasukkan dalam colek kemudian diaduk.
c         Cobek tanah liat dapat menyerap panas, sehingga mie cepat hangat dan cepat disantap (tidak panas-panas)
Mie instan ini teramat istimewa apalagi sewaktu memasak hatinya sedang suka cita dan dilakukan dengan ikhlas. Selain praktis juga ada unsur pengiritan. Konon kabarnya bila sering mengkonsumsi mie instan tubuh kita menjadi tidak sehat. Monggo itu hak Anda (panjenengan) mau memilih. Menurut saya sekali dalam seminggu menyantap mie instan plus sayuran tidak masalah asal tidak menjadikan mie instan sebagai makanan pokok pengganti nasi.   
Biasanya kalau sedang berkumpul saat musim hujan, mie instan istimewa ini saya sajikan untuk keluarga dan mereka senang (Jelas senang, la wong tinggal menyantap saja kok mau protes. Hehehe)
Semoga tulisan ini bermanfaat, kalau bisa menjadi ladang bisnis ya Alhamdulillah.
Karanganyar, 27 Agustus 2015

Minggu, 23 Agustus 2015

Kangen Telur Asin

Beberapa tahun yang lalu saya membuat telur asin sekaligus mendistribusikannya. Waktu itu saya hanya mengisi waktu luang setelah selesai mengajar. Ya, Alhamdulillah dapat penghasilan tambahan.
Saya membuat telur asin dengan cara telur bebek diselimuti adonan garam, bata, dan tanah liat. Untuk 100 buah butir telur bebek, saya membutuhkan garam sebanyak 1 kg. Bata dan tanah liat menyesuaikan saja.
Pada puncak laris-larisnya penjualan, saya pindah haluan menjadi petani sayuran. Memang untuk membuat telur asin memerlukan waktu yang lama. Mulai membersihkan telur, membuat adonan, membungkus telur, membersihkan lalu memasak telur asin.
Oleh karena sekarang juragan sayurannya sedang giat berolah raga (suami), maka kegiatan bercocok tanam juga berhenti. Untuk mengisi waktu luang setelah mengajar, saya menekuni kebiasaan lama yang pernah saya tinggalkan, yaitu menulis.
Seminggu yang lalu saya kepikiran mau membuat telur asin, tapi yang tidak repot dan kotor. Metode merendam telur dalam air garam adalah pilihan saya. Berhubung hanya memiliki 10 butir telur bebek, maka kegiatan awal pembuatan telur berjalan dengan sukses. Sekarang tinggal menunggu 8-12 hari yang akan datang.
Besok kalau cara ini bisa menghasilkan telur asin yang masir., maka akan saya teruskan kegiatan ini meskipun untuk konsumsi sendiri. Tidak sabar menunggu 8 hari! Mengapa saya mau repot-repot membuat telur asin? Alasan saya adalah saya pernah mendapatkan telur asin dari pedagang yang isinya busuk. Saya tidak tahu apakah pedagang itu sengaja menjual telur yang sudah tidak layak atau karena pedagang itu benar-benar tidak tahu. Kalau membuat sendiri saya tahu kualitas telur asin buatan sendiri. Sebab mulai dari memilih telur sampai memasak telur selalu dikontrol.
Kalau ibu-ibu atau remaja putri mau membuat telur asin dengan cara merendam telur dalam air garam, untuk uji coba gunakan telur ayam saja. Harganya lebih terjangkau.

Semoga tulisan ini bermanfaat.
Karanganyar, 23  Agustus 2015

Jumat, 21 Agustus 2015

Karnaval Bareng Chocolatos dari Garudafood

Gambar 1. Wafer Chocolatos Mamma Mia Lezatos
(Sumber : dok.pri)
Hari ini, Kamis, 20 Agustus 2015 dalam rangka memperingati HUT RI ke-70, SMK Tunas Muda Tasikmadu, Karanganyar mengikuti karnaval jalan kaki yang diselenggarakan Kabupaten Karanganyar. SMK Tunas Muda memperlihatkan beberapa benda kerja hasil karya siswa-siswi dan alat peraga. Agar suasana kelihatan hidup, sebagian siswa-siswi SMK Tunas Muda ikut dalam barisan. Tidak mau ketinggalan dengan peserta lain, bapak-bapak guru berdandan ala Punakawan serta seorang siswa berdandan ala Arjuna.
Gambar 2. Wafer Chocolatos rasanya lezat
(Sumber : dok.pri)
Sebelum berangkat, siswa dan guru melakukan gladi bersih untuk mematangkan penampilan nanti. Kali ini saya, Noer Ima Kaltsum masih diberi tugas untuk meliput berita dan mencari gambar-gambar selama pelaksanaan karnaval nanti. Memang selama ini saya sering mengambil gambar/foto untuk acara-acara tertentu di sekolah. Tentu saja saya harus mempersiapkan diri, badan saya jaga agar tetap fit.
Hari ini udara sangat panas, saya harus membawa bekal air yang cukup agar tidak kehilangan banyak cairan selama berada di lapangan dan sepanjang jalan yang akan kami lalui. Selain air minum saya juga senantiasa membawa makanan kecil. Saya membawa Chocolatos yang diproduksi Garudafood. Saya menyebutnya wafer tapi sebenarnya wafer rol dengan salut coklat dengan kacang mede di dalamnya, dan ada paduan caramel dan  krim coklat.
Gambar 3. Punakawan dan Arjuna
(Sumber : dok.pri)
Sampai di lapangan tempat peserta karnaval dikumpulkan, ternyata alun-alun sudah penuh. Ketua rombongan sekolah kami sudah berada di depan tongkat yang bertuliskan nomor urut dan nama sekolah kami. Alhamdulillah, nomor urut sekolah adalah 15. Saya mulai bertugas mengambil gambar dan menertibkan siswa. Saya juga mengatur siswa untuk berpose santai menikmati wafer chocolatos ditemani boneka kacang. Wafer chocolatos tidak mengenyangkan tapi menguatkan kami.
Wafer yang saya bagikan bisa dinikmati siswa-siswa. Saya sendiri mengalah, saya tidak rakus untuk makan wafer. Saya tahu siswa-siswa lebih membutuhkan makanan kecil dan air untuk mengisi perut. Udara semakin panas, sinar matahari masih terik karena waktu masih menunjukkan pukul 13.00 WIB.
Peserta karnaval satu per satu diberangkatkan. Rombongan kami mulai bergerak dan keluar dari alun-alun menuju jalan raya, Jalan Lawu. Ternyata di sepanjang Jalan Lawu, boneka kacang Garuda yang diperagakan oleh Ilham mendapatkan perhatian dari anak-anak kecil dan orang dewasa. Saya berusaha membantu Mas Ilham untuk mendekati penonton dan mempersilakan penonton untuk berfoto dengan boneka kacang Garuda. Anak-anak kecil dan remaja minta foto bareng boneka kacang. Bagi anak-anak yang mau berfoto dengan boneka kacang, maka saya beri bonus satu buah wafer Chocolatos. Mereka sangat senang dan berebut ingin foto bareng boneka kacang.
Gambar 4. Ini Kacangku by Garudafood
(Sumber : dok.pri)
Rombongan kami terus bergerak, sampai di Taman Pancasila di depan panggung, peserta karnaval dari SMK Tunas Muda Tasikmadu Karanganyar memberi penghormatan kepada Bapak Bupati dan wakilnya serta jajarannya. Setelah keluar dari Jalan Lawu dan selesai, kami beristirahat sejenak. Kami menikmati kudapan dan air mineral. Senang rasanya bisa berpartisipasi, ikut memeriahkan peringatan Hari Merdeka yang ke-70. Kami akan meneruskan perjuangan para pahlawan dengan mengisi kemerdekaan. Merdeka! (Selesai)
Karanganyar, 20 Agustus 2015

Kamis, 20 Agustus 2015

Sidik Jari

Sidik Jari
Namanya Mursalin, guru matematika yang jago menulis. Apa saja bisa ditulis, dari hal sepele hingga kompleks. Dari yang tidak penting, bila diangkat bisa jadi sangat penting. Bukan Mursalin kalau orangnya tidak suka “ngeyel”. Tapi ngeyelnya Mursalin selalu ada dasarnya.
Sejak kasek baru memimpin di sekolah, semuanya serba berubah termasuk presensi guru dan karyawan. Awalnya presensi dengan tanda tangan tiap pagi saja. Sekarang berubah drastic. Sttt, presensinya menggunakan sidik jari. Sepertinya semua tidak setuju. Mursalin sadar, menjadi guru ngeyel beralasan ini membawa pengaruh bagi teman-temannya. Tapi sungguh, Mursalin tidak bermaksud untuk mencari dukungan teman-teman guru. Mursalin akan berdiri sendiri, berinisiatif sendiri dan menanggung semua resiko tak perlu melibatkan orang lain.
Mursalin diberi waktu libur kelas alias satu hari tidak mengajar yakni hari Senin. Hari Selasa Mursalin masuk sekolah. Waka Bidang Kurikulum meminta Mursalin untuk presensi dulu. Setelah tiga kali menempelkan jempolnya pada alat, alat tidak mau memroses. Oalah, ternyata sidik jempol Mursalin belum disetting.
Ini sudah memakan waktu lebih dari 5 menit. Bayangkan, kalau memakai manual, tinggal coret gitu sudah kelar. Sabar, sabar…. Sang operator menyetting sidik jempol Mursalin. Setelah itu barulah presensi hari ini bisa masuk. Tapi ternyata Mursalin masuk sekolah lebih dari jam 7. Mursalin dianggap terlambat.
Peraturan baru untuk presensi adalah waktu presensi adalah masuk jam 06.15 – 07.00. Bila presensi jam 07.00-07.35 maka dianggap terlambat. Presensi lebih dari jam 07.35 dianggap tidak masuk. Pulang sekolah jam 13.30. bila kurang dari jam itu, presensi tidak bisa masuk. Bila sampai jam tiga siang tidak presensi pulang maka dianggap membolos (bahasa kasarnya mlethas).
Mursalin santai saja. Hari ini gara-gara sidik jarinya belum disetting dia jadi terlambat. Sewaktu istirahat Mursalin bertanya kepada Pak Halim, Waka bidang Kurikulum.
“Pak, kalau dianggap tidak masuk karena presensi lebih dari jam 07.35, apakah masih boleh mengajar?”
“Boleh Bu.”
“Maaf pak, tugas saya mengajar. Saya tidak peduli dianggap membolos atau tidak hanya karena saya presensi lebih dari jam tujuh lebih tiga lima, yang penting saya mengajar.”
“Kalau tidak masuk, bonus kehadiran hilang, Bu.”
“Bonus kehadiran per hari tiga ribu rupiah biarlah hilang, yang penting saya bisa membagi waktu dengan pekerjaan rumah.
Pak, panjenengan juga tahu. Saya bukan PNS, saya hanya guru tidak tetap yang tidak memiliki jabatan sama sekali. Dengan gaji per bulan hanya sekitar lima ratus ribu rupiah, saya harus masuk kerja dari jam tujuh kurang sampai jam setengah dua siang. Wah sepertinya saya tidak bisa. Yang logis saja Pak.”
“Semua nanti tergantung kasek, Bu.”
Ternyata orang yang ngeyel bukan hanya Mursalin, ada juga Pak Yanto. Malah Pak Yanto lebih keras lagi, katanya,
“Kalau aku dianggap tidak masuk karena presensi jam setengah delapan lebih, maka sekalian aku tidak mengajar.”
Lain lagi dengan Pak Dian yang statusnya bukan PNS, malah dia tidak pernah presensi sidik jari. Ternyata guru-guru lainnya juga tidak setuju dengan presensi sidik jari.
Pak Dian bahkan sengaja setiap hari tidak presensi padahal masuk mengajar. Apakah itu juga dianggap tidak masuk?
00000
Kepala Pak Heru cenut-cenut, heran dengan guru-guru dan karyawannya. Hampir 75% dari mereka tidak mau presensi dengan sidik jari. Maksud presensi dengan sidik jari supaya guru dan karyawan disiplin dalam masuk kerja. Kenyataannya malah begini.
Alat presensi sidik jari berada di atas meja di ruang TU. Setiap hari menyala. Setiap hari yang presensi hanya kasek dan Waka Kur. Alat itu tidak sampai 1 bulan ditinggalkan guru/karyawan karena dianggap tidak praktis, tidak luwes dan tidak berpihak pada guru model Mursalin.
Mursalin tersenyum. Dia tak perlu dukungan orang lain untuk menolak presensi dengan sidik jari. Entahlah, mengapa teman-teman tidak mau presensi. Padahal bila mau presensi sidik jari, pasti ada yang mengajak berkomunikasi dengannya yaitu alat sidik jari akan berbunyi,”terima kasih.” (SELESAI)
Karanganyar, 20 Agustus 2015
Baca juga:
http://www.kompasiana.com/noerimakaltsum/sidik-jari_55d5eef0cb23bda80c381053

Rabu, 19 Agustus 2015

SMK Tunas Muda Tasikmadu Karanganyar dalam Karnaval

Gambar 1. Punakawan dan Arjuna
Hari ini saya harus menyelesaikan satu tulisan karena kemarin saya tak sempat menulis. Kemarin sepulang karnaval badan saya terasa sangat lelah. Belum lagi anak-anak cari perhatian dengan rebutan hape (Faiq sama Faiz selalu begitu rebutan apa saja).
Saya menulis sambil mengawasi si kecil yang tidurnya pulas, hingga digigit nyamuk juga tidak merasa gatal (sangat nyenyak tidurnya). Tugas saya menepuk nyamuk tidak boleh lupa.
Alhamdulillah, beberapa hari ini sekolah kami SMK Tunas Muda Tasikmadu Kab. Karanganyar ikut memeriahkan peringatan Hari Kemerdekaan ke-70. Mulai dari lomba gobak sodor dan lomba lainnya, jalan santai, Upacara Bendera (khidmat), dan karnaval.
Dengan mengikuti sebagian besar kegiatan baik di tingkat kecamatan, maupun tingkat kabupaten semoga SMK Tunas Muda semakin dikenal oleh masyarakat luas. Siswa-siswa begitu antusias dalam mengikuti kegiatan ini. Inilah yang membuat semangat saya terus berkobar. Panas matahari di siang hari tak urung membuat kepala saya senut-senut alias pusing.
Beberapa hari berada di tempat yang panas, membuat saya siap-siap kurma. Kurma yang saya miliki ini adalah kurma pemberian tetangga yang beberapa waktu yang lalu pulang dari Umroh. Alhamdulillah, meskipun kepala senut-senut tapi saya tak perlu minum obat. Cukup makan 2 butir kurma saja keadaan saya segera pulih dan membaik.
Siang tadi saya ikut memperbaiki alat peraga yang akan dibawa besok pagi pada Karnaval Jalan Kaki di Kabupaten Karanganyar. Semoga yang kami usahakan berbuah manis. Adapun penampakan kami adalah sebagai berikut: 

Gambar 2. Kontingen SMK Tunas Muda


Gambar 3. Siswa Jurusan Multimedia


Gambar 4. Mobil Karya Siswa Ditawar 5 Juta Rupiah
(Jurusan Teknik Kendaraan Ringan)


Gambar 5. Siswa Jurusan Teknik Pemesinan


Gambar 6. Saya bersama siswa-siswa

Karanganyar, 19 Agustus 2015
Merdeka!





Rabu, 12 Agustus 2015

Sepotong Kaki Diamputasi

Sepotong Kaki Diamputasi
Oleh : Noer Ima Kaltsum
Setelah mendapatkan musibah, kakinya tertimpa robohan bangunan kolam, kakinya harus diamputasi. Permintaannya untuk mempertahankan kakinya agar tak diamputasi ternyata keliru. Ya, siapa yang mau kehilangan kaki? Tentu saja tidak ada yang mau.

Dokter telah memberikan banyak masukan tentang kakinya. Kakinya bukan hanya patah, melainkan remuk. Kalau untuk dioperasi itu tidak mungkin. Dokter hanya menyarankan untuk pasrah dan segera diambil tindakan.

Laki-laki itu tetap pada pendiriannya, tidak mau diamputasi. Jadilah selama beberapa hari dokter membatalkan sarannya. Mereka menurut kepada pasiennya. Entahlah, apa yang dipikirkan laki-laki itu? Beberapa hari untuk menstabilkan kondisi membuat luka pada kakinya mengeluarkan cairan dan berbau busuk.

Sekali lagi dokter mengatakan tidak ada tindakan lain selain amputasi. Laki-laki itu sejak lama mengidap diabetes. Luka pada kaki setelah tertimba robohan bangunan berakibat fatal. Akhirnya laki-laki itu dan keluarganya menyetujui tindakan amputasi. Berat rasanya kehilangan satu kaki.

Kehilangan satu kaki akan lebih baik daripada mempertahankan satu kaki yang sudah remuk dan tak bisa kembali. Menimbulkan bau busuk, cairan, dan akhirnya kakinya tak berfungsi.

Laki-laki itu kini berada di atas kursi roda. Sesekali menggunakan bantuan kruk untuk membantunya berjalan. Laki-laki itu dapat beraktifitas lagi meski dengan satu kaki.

Suatu hari dia pergi ke makam di dekat rumahnya. Bukan untuk berziarah kubur, bukan untuk mengingat kematian. Di depan gundukan tanah dia menatap kosong.
“Bukan Fulan atau Fulanah yang berada di dalam liang ini, melainkan sepotong kakiku.”

Laki-laki itu meneteskan air mata. Kedua anaknya yang berada di sampingnya memegang tangan kiri dan kanannya.  (Selesai)

Karanganyar, 12 Agustus 2015
Kisah nyata seorang tetangga

Minggu, 09 Agustus 2015

Bola-Bola Bertabur Wijen (Ondhe-ondhe)

Bola-bola Bertabur Wijen (Ondhe-ondhe)
Gambar : Bola-bola bertabur wijen lebih mekar
(Dok. pribadi)

Beberapa hari yang lalu saya mengikuti Giveaway yang diselenggarakan blogger mumpuni, yaitu Pakde Abdul Cholik. Kebetulan lomba bloggingnya bertema: Sepotong Kue Buat Pakde. Saya membuat Bola-bola Bertabur wijen. Alasan saya adalah membuat kue dengan bahan yang mudah didapat dan alat cukup sederhana. Saya menghindari membuat kue menggunakan oven. Alasan saya karena tidak memiliki oven. Akhirnya saya memilih membuat bola-bola bertabur wijen alias onde-onde. Selain bahannya mudah didapat, harganya juga sangat terjangkau.
Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain:
a         250 gram tepung terigu
b        1 butir telur
c         1 sendok teh soda kue
d        5 sendok makan gula pasir (atau gula halus)
e         Wijen secukupnya
f         Air secukupnya
Cara membuat:
a         Campurkan tepung terigu, gula pasir, dan soda kue, dan aduk sampai rata.
b        Kocok telur lalu tambahkan pada (hasil langkah a) lalu diuleni
c         Tambahkan air pada (hasil labgkah b) dan diuleni sampai kalis.
d        Ambillah adonan dan buatlah bola-bola sebesar biji kelereng
e          Bola-bola sebesar biji kelereng tadi digulingkan pada wijen (wijen dibasahi)
f         Panaskan minyak dalam penggorengan
g        Goreng bola-bola bertabur wijen tadi hingga berwarna kecokelatan.
h        Angkat lalu tiriskan.
i          Bola-bola bertabur wijen siap dihidangkan
Caranya mudah bukan? Kue ini bisa dibuat setiap saat dan pengerjaannya tidak terlalu repot. Bola-bola bertabur wijen ini dapat dihidangkan untuk camilan di waktu pagi, siang atau malam hari. Bola-bola bertabur wijen cocok bila dinikmati sambil minum teh, kopi atau susu.
Tapi kali ini saya membuat kue yang sama akan tetapi bahannya saya tambah dengan tepung ketan putih.
Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain:
a         250 gram tepung terigu
b        100 gram tepung ketan putih
c         1 butir telur
d        1 sendok teh soda kue
e         7 sendok makan gula pasir (atau gula halus)/ sesuai selera
f         Wijen secukupnya
g        Minyak untuk menggoreng
h        Air secukupnya
Cara membuat:
a         Campurkan tepung terigu, tepung ketan putih, gula pasir, dan soda kue, dan aduk sampai rata.
b        Kocok telur lalu tambahkan pada (hasil langkah a) lalu diuleni
c         Tambahkan air pada (hasil labgkah b) dan diuleni sampai kalis.
d        Ambillah adonan dan buatlah bola-bola sebesar biji kelereng
e          Bola-bola sebesar biji kelereng tadi digulingkan pada wijen (wijen dibasahi)
f         Panaskan minyak dalam penggorengan
g        Goreng bola-bola bertabur wijen tadi hingga berwarna kecokelatan.
h        Angkat lalu tiriskan.
Bola-bola bertabur wijen lebih mekar dan kalau digigit sedikit kriuk. Bola-bola bertabur wijen ini rasanya enak dan mantap. Apalagi kalau tinggal makan nggak pakai ribet, gratis pula. Mungkin kue ini bisa dibuat untuk camilan di kantor, murah meriah. Tentu saja teman-teman kantor ada yang usil menanyakan, wah Anda semalam lelah ya menempelkan wijen di permukaan tepung? Tak usah diambil hati. Ahai….
Karanganyar, 2 Agustus 2015
Baca juga : http://kahfinoer.blogspot.com/2015/08/bola-bola-bertabur-wijen-buat-pakde.html