Kamis, 20 Maret 2014

Kebiasaan Menabung

Ibu dan Bapak selalu berpesan kepada kami untuk gemar menabung. Dengan memiliki celengan dari tanah liat, kami harus menabung setiap hari. Uang jajan/uang saku tidak boleh dihabiskan semua. Uang jajan kami harus disisihkan untuk ditabung.
Aku memang gemar menabung. Dibandingkan mbak Lichah, aku termasuk anak yang hemat. Biasanya tabunganku lebih banyak dibanding saudara-saudaraku. Ada yang menarik, yang membuat aku kecewa. Aku merasa jumlah tabunganku pasti banyak. Akan tetapi setelah aku angkat ternyata celenganku ringan sekali. Ah, mana mungkin uang receh bisa raib begitu saja. Kalau thuyul, pasti juga bukan. Kata orang-orang thuyul kalau mengambil uang kertas.
Aku mengamati celenganku. Ya ampun, ternyata bagian bawah celengan sudah terbuka. Bagian yang terbuka ditutup kertas tebal lalu dilem. Wah, pekerjaan siapa ini?
Mbak Lichah mengaku kalau yang mengambil uangku adalah dia. Aku sangat kecewa. Mbak Lichah ini lo, sudah tidak pernah menabung, masih mengambil uangku pula. Dia memang boros, suka jajan. Aku sebel sama mbak Lichah.
Aku tidak perlu marah-marah, yang penting uangku kembali. Akhirnya mbak Lichah minta uang pada Ibu untuk mengembalikan uangku. Rencananya tabunganku ini akan kugunakan untuk membeli alat-alat tulis, pakaian, atau mukena.