Senin, 29 April 2019

MENINGGALKAN DUNIA HITAM



Tulisan ini dimuat di Solopos Senin 29 April 2019, disunting seperlunya

AH TENANE
MENINGGALKAN DUNIA HITAM
Oleh: Noer Ima Kaltsum
Setelah 25 tahun tidak bertemu dengan teman-teman SMA, Lady Cempluk menghadiri reuni di salah satu warung lesehan di Yogyakarta. Tiap acara reuni biasanya ada alumni yang mengajak pasangannya, istri atau suaminya, ikut serta silaturahmi.
Akhirnya Cempluk bertemu dengan teman-temannya. Tentu saja kondisi sekarang jauh berbeda dengan 25 tahun yang lalu. Baik laki-laki maupun perempuan, biasanya badan tambah melar dan wajahnya juga berubah. Cempluk harus mengingat-ingat wajah teman-temannya. Bila tak ada garis-garis wajah yang menunjukkan teman sewaktu kelas I SMA berarti itu pasangan temannya.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan menjaga sopan santun, Cempluk mengajak ngobrol laki-laki di sampingnya dengan bahasa Jawa krama inggil, mlipis dan halus.
“Njenengan lenggahe wonten pundi, Mas?” tanya Cempluk.
“Wirobrajan dan kalau weekend ke Gunungkidul,” jawab lelaki di sampingnya.
“Ngastane wonten pundi?”
“Kula namung nambani tiyang ingkang pikirane rada owah.”
“Oh, Njenengan dokter jiwa, nggih?”
Awalnya Gendhuk Nicole membiarkan Cempluk berbincang-bincang dengan lelaki tersebut. Lama-kelamaan meledaklah tawanya diikuti teman-teman yang lain.
“Pluk, Cempluk. Yang kamu ajak bicara itu siapa? Itu Jon Koplo, suaminya Nicole,” kata teman yang lain.
“Walah, kamu Koplo ta. Takkira suaminya teman yang lain. Badalah, isin aku. Tiwas aku ngajak omong pakai krama inggil. La beda banget dengan waktu SMA. Sekarang kamu meninggalkan dunia hitam. Ubannya mengalahkan rambut hitamnya. Dulu tinggi langsing,  sekarang bunder dan kelihatan pendek.”  
Nicole dan Koplo adalah teman Cempluk waktu kelas satu. Kini keduanya menjadi pasangan suami istri. Dibilang telah meninggalkan dunia hitam, Koplo yang dokter jiwa hanya bisa cengar-cengir.   (SELESAI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar