Tampilkan postingan dengan label humor. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label humor. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Oktober 2023

Honor Jon Koplo Cair



Saya masih berbunga-bunga bila tulisan saya dimuat di Solopos. Terakhir tulisan Ah Tenane dimuat setelah pulang dari tanah suci. Kadang saya tidak begitu memperhatikan sudah cair atau belum honor dari Solopos.


Suatu saat, saya cek tabungan saya. Alhamdulillah, ada transferan dari Solopos. Kadang honor dari tulisan receh ini bikin berbunga-bunga. Sungguh! Lumayanlah, 75.000 rupiah. Kalau dikumpulkan bisa untuk menambah uang saku ke tanah suci. Semoga diberi umur panjang agar bisa kembali umrah. Amin.

00000

Sabtu, 18 Maret 2023

Dukun Pijat Dunia Lain



Tulisan ini dimuat di Solopos, Rabu 15 Maret 2023. Alhamdulillah, masih bisa berkarya dengan menulis.




Rabu, 07 Desember 2022

Jon Koplo Satpam Jadi-jadian



Tulisan pendek. Humor receh ini dimuat di koran Solopos pada hari Rabu, 7 Desember 2022. Cerita ini dialami penulis saat awal menikah dan ikut mertua. 

Tulisan ini telah disunting oleh redaksi. 

Rabu, 24 Agustus 2022

JON KOPLO HARI INI: MBEK DALAM LEMARI


 

Pengalaman waktu masih kecil ini saya abadikan lewat tulisan. Tulisan dimuat di koran Solopos Jumat, 5 Agustus 2022.

Saya konsisten menulis cerita humor dan membagikan sedikit pengalaman menulis. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.

Salam literasi.

JON KOPLO HARI INI: BEDA STASIUN

 


Alhamdulillah. Kamis 18 Agustus 2022, tulisan cerita humor dimuat di Solopos. Rasanya senang banget, sebab pada bulan Agustus ini ada 2 cerita humor yang telah dimuat.


Bagi teman-teman yang telah mengirim dan tulisannya dimuat di Ah Tenane Jon Koplo, mohon bersabar ya tentang pencairan honornya. Mohon maaf, saya juga hanya penulis biasa. Nggak tahu menahu tentang pencairan honor. Sebab selama ini saya tidak pernah ngintip rekening. 


Bukan berarti saya nggak butuh uang, ya. Hanya saja uang di rekening muter buat ini itu kemudian ada transferan lagi.


Salam hangat.

Senin, 18 Juli 2022

Rabu, 07 April 2021

Jon Koplo Hari Ini : Tenda Jarit



Setelah beberapa bulan tidak tembus media, hari ini ada berita membahagiakan. Tulisanku dimuat di Ah Tenane SOLOPOS. Tulisan ini idenya dari teman dunia maya, Mas Arta Oye. Mas Arta waktu kecil memang sedikit bandel. 

Kalau mau tahu ceritanya, bisa baca di sini atau silakan beli koran Solopos, ya. 



Jumat, 31 Mei 2019

[JON KOPLO] PUASA BEDUG



Tulisan ini dimuat di Solopos, Sabtu, 18 Mei 2019 
AH TENANE
PASA BEDUG
Oleh: Noer Ima Kaltsum
Pagi itu Lady Cempluk berangkat ke kantor dan mengantar Tom Gembus ke sekolah. Di perumahan dekat rumah ada beberapa Ibu belanja sayuran. Cempluk menyapa mereka. Genduk Nicole bertanya pada Gembus.
“Puasa nggak, Mbus?”
“Pasa Bedug, Bude Nicole,” Cempluk menjawab. Pasa bedug artinya puasa setengah hari, pada saat zuhur makan lalu puasa dilanjutkan lagi.
“Nggak papa, Gembus masih kecil, masih latihan. Kalau di rumahku semua puasa. Bahkan Jon Koplo sering tidak makan sahur juga kuat berpuasa,” kata Nicole.
“Wajar, Mas Koplo tetap kuat meskipun tidak makan sahur. Dia kan sudah besar, sudah mahasiswa.”
Siang harinya, Cempluk menjemput Gembus dari penitipan anak. Mereka tidak langsung pulang, melainkan mampir warung dulu karena azan zuhur sudah berkumandang. Sampailah di  warung, Gembus pesan makanan untuk dibawa pulang.
Cempluk dan Gembus melihat seseorang yang tak asing lagi di dalam warung tersebut dalam kondisi makan siang. Secara spontan Gembus berteriak, “Buk, Mas Koplo juga  pasa bedug seperti aku, ya. Berarti Mas Koplo tidak kuat puasa sehari penuh.”
Koplo diam, tersipu malu, mukanya merona.
“Hus, jangan keras-keras!” jawab Cempluk sambil melirik Koplo.
Setelah selesai belanja sayur dan lauk, Cempluk dan Gembus meninggalkan warung. Sebetulnya Cempluk tahu kalau Koplo tidak pernah puasa karena beberapa kali dia melihat  Koplo makan siang di warung. Ah, kasihan Nicole, dia dikibuli anaknya. (SELESAI)



Catatan: tulisan sudah disunting seperlunya

Senin, 29 April 2019

MENINGGALKAN DUNIA HITAM



Tulisan ini dimuat di Solopos Senin 29 April 2019, disunting seperlunya

AH TENANE
MENINGGALKAN DUNIA HITAM
Oleh: Noer Ima Kaltsum
Setelah 25 tahun tidak bertemu dengan teman-teman SMA, Lady Cempluk menghadiri reuni di salah satu warung lesehan di Yogyakarta. Tiap acara reuni biasanya ada alumni yang mengajak pasangannya, istri atau suaminya, ikut serta silaturahmi.
Akhirnya Cempluk bertemu dengan teman-temannya. Tentu saja kondisi sekarang jauh berbeda dengan 25 tahun yang lalu. Baik laki-laki maupun perempuan, biasanya badan tambah melar dan wajahnya juga berubah. Cempluk harus mengingat-ingat wajah teman-temannya. Bila tak ada garis-garis wajah yang menunjukkan teman sewaktu kelas I SMA berarti itu pasangan temannya.
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan menjaga sopan santun, Cempluk mengajak ngobrol laki-laki di sampingnya dengan bahasa Jawa krama inggil, mlipis dan halus.
“Njenengan lenggahe wonten pundi, Mas?” tanya Cempluk.
“Wirobrajan dan kalau weekend ke Gunungkidul,” jawab lelaki di sampingnya.
“Ngastane wonten pundi?”
“Kula namung nambani tiyang ingkang pikirane rada owah.”
“Oh, Njenengan dokter jiwa, nggih?”
Awalnya Gendhuk Nicole membiarkan Cempluk berbincang-bincang dengan lelaki tersebut. Lama-kelamaan meledaklah tawanya diikuti teman-teman yang lain.
“Pluk, Cempluk. Yang kamu ajak bicara itu siapa? Itu Jon Koplo, suaminya Nicole,” kata teman yang lain.
“Walah, kamu Koplo ta. Takkira suaminya teman yang lain. Badalah, isin aku. Tiwas aku ngajak omong pakai krama inggil. La beda banget dengan waktu SMA. Sekarang kamu meninggalkan dunia hitam. Ubannya mengalahkan rambut hitamnya. Dulu tinggi langsing,  sekarang bunder dan kelihatan pendek.”  
Nicole dan Koplo adalah teman Cempluk waktu kelas satu. Kini keduanya menjadi pasangan suami istri. Dibilang telah meninggalkan dunia hitam, Koplo yang dokter jiwa hanya bisa cengar-cengir.   (SELESAI)

Sabtu, 23 Februari 2019

AH TENANE: NASI KENDURI



Dimuat di Solopos, 20 Februari 2019
AH TENANE
NASI KENDURI
Oleh: Noer Ima Kaltsum
 Jon Koplo tinggal di Yogyakarta. Saat bekerja di Surabaya beberapa bulan, dia tinggal di di rumah  Tom Gembus, kakak iparnya.  Koplo mudah berbaur dengan tetangga  Gembus. Setiap ada kegiatan di masjid,  Koplo tidak pernah ketinggalan.
Suatu hari, tetangga  Gembus mengadakan kenduri pengetan orang meninggal. Biasanya pada saat kenduri dibacakan doa-doa, pembacaan Surat Yassin, dan ada sedikit tausiah. Setelah acara selesai, tuan rumah akan membagikan nasi kenduri yang dimasukkan dalam wadah.
Semua orang yang ikut kenduri mendapatkan nasi kenduri, termasuk  Koplo.  Koplo mengikuti orang-orang di rumah itu. Wadah nasi kenduri dibuka, lalu dimakan.  Koplo melakukan hal yang sama.  Koplo makan dengan antusias. Namun, dia heran.
“Kok, orang-orang makannya tidak dihabiskan? Sementara aku kebacut makan dengan lahap?” batin  Koplo.
Ibarat kehujanan, sudah terlanjur basah. Akhirnya Koplo menghentikan makannya. Para tetangga memperhatikan  Koplo sambil tersenyum. Dengan tersipu malu, ditutupnya wadah nasi kenduri yang masih tersisa sedikit. 
 Koplo dan orang-orang yang ikut kenduri pulang. Sampai di rumah,  Koplo bilang pada  Gembus.
“Mas Gembus, orang-orang tadi kok makannya tidak dihabiskan. Apa mungkin lauknya tidak cocok?”
“Bukan begitu, Mas Koplo. Memang kalau di sini, bila kenduri, nasi kendurinya cuma diambil sedikit lalu dimakan. Yang lainnya alias sisanya dibawa pulang.”
“Oalah, adatnya memang begitu, ya. Tiwas tadi punyaku kumakan sampai mau habis. Pantas saja orang-orang tadi heran melihatku makan. Sampeyan kok tidak memberi tahu ta, Mas Gembus.”
“Buat pengalaman, Mas Koplo. Kalau di Yogya, nasi kenduri dibawa pulang dalam keadaan utuh, ya.”
“Iya,” kata Koplo sambil nyengir. (SELESAI)

*Catatan: Tulisan di atas naskah asli.

Minggu, 03 Februari 2019

TAS OBRAL


Tulisan ini dimuat di Solopos hari Selasa, 8 Januari 2019 dan telah disunting seperlunya. 


AH TENANE
TAS OBRAL
Oleh: Noer Ima Kaltsum
Malam itu Lady Cempluk mengajak suami dan anaknya ke toko untuk membeli sepatu. Apesnya, setelah hampir sampai toko sepatu dan tas, sepeda motor yang dinaiki bocor. Jon Koplo mencari tempat tambal ban, sedangkan Cempluk dan Tom Gembus berjalan menuju toko sepatu tersebut.
Cempluk dan Gembus melihat-lihat sepatu yang dipajang. Cempluk memegang sepatu hitam putih  model warior. Dia menawarkan pada Gembus.
“Gembus, kamu mau sepatu model begini tidak?”
“Mau, Buk. Sepatunya sama dengan kakak.”
“Tapi ini harganya lebih murah daripada punya kakak, loh.”
“Nggak apa-apa, yang penting bisa dipakai.”
Cempluk minta ukuran 35 pada Genduk Nicole, seorang karyawati toko. Setelah mendapatkan ukuran yang dimaksud, Cempluk menyuruh Gembus untuk mencoba sepatu. Ternyata ukuran sepatunya pas di kaki. Setelah Cempluk meyakinkan dan Gembus mantap, kemudian dia membayar ke kasir.
Cempluk menyerahkan uangnya. Sambil menunggu Genduk menukar uang untuk kembalian ke toko sebelah, Cempluk melihat-lihat sepatu. Pandangannya beralih ke kardus besar berisi beberapa tas. Cempluk mengambil tas kecil bertali panjang. Wah, ada tas diobral, batin Cempluk. Cempluk membuka tas kecil itu. Wow, tas kecil model zaman now, ada dompetnya pula. Tapi, kok ada lipstik dan potongan cermin?
Genduk datang memberikan kembalian. Sambil tersenyum, Genduk bilang, ”Maaf, bu.  Tas ini tidak dijual. Ini milik karyawati sini.”
Badalah, ternyata tas yang dipegang dan telanjur dibuka bukan tas diobral. Cempluk rada kisinan. “Walah, tas karyawati kok tidak ditaruh di dalam,” batinnya. Beberapa karyawati dan pembeli pandangannya tertuju pada Cempluk. Ternyata Gembus juga malu, lalu mengajak ibunya keluar toko.
“Buk, aku malu. Dikira Ibu mau mencuri isi tasnya si Mbak tadi.”
Ibu dan anak itu dengan muka abang ireng segera meninggalkan toko sepatu dan tas  (SELESAI)

Jumat, 01 Februari 2019

RUBRIK AH TENANE KORAN SOLOPOS


noerimakaltsum.com. Bagi penulis yang ingin mengirimkan tulisannya ke Rubrik Ah Tenane, Solopos, nih ada sedikit yang bisa dipelajari.
Koran: SOLOPOS
Rubrik: Ah Tenane
Genre: humor, kisah nyata (bukan fiktif) bisa pengalaman sendiri atau orang lain. Lucu.
Panjang tulisan : kurang lebih 1 halaman A4, 
Tokoh: jon koplo, tom gembus, lady cempluk, genduk nicole.
Bahasa: Indonesia diselipi bhs daerah/asing boleh.
Biodata bisa ditulis satu file dengan naskah tapi beda halaman. Sertakan nomor rekening. Kalau dimuat, tidak ada pemberitahuan dari Solopos. 
Kirimkan naskahnya ke alamat: redaksi@solopos.co.id
Bila dimuat,  honor dikirim lewat bila lewat rekening besarnya Rp. 75.000,00.. Bila lewat wesel kurang lebih Rp. 65.000,00. Lumayan, bukan.
Nah, ayo, silakan mencoba mengirim. 

Selasa, 29 Januari 2019

[JON KOPLO] REZEKI NUMPLAK


Cerita lucu ini dimuat di Solopos, Sabtu, 26 Januari 2019. Ada sedikit suntingan agar tulisannya tambah manis. Oya, judulnya berubah menjadi REZEKI NUMPLAK


AH TENANE
TELANJUR KIRIM
Oleh: Noer Ima Kaltsum
Pagi itu, Lady Cempluk mendapatkan telepon dari orang yang mengaku Jon Koplo. Koplo adalah teman satu kantor yang sudah resign, lalu mengajar di tempat lain. Koplo bilang kalau dia menemukan dompet berisi uang puluhan juta dan perhiasan. Lanjutnya, dia mau berbagi uang dan perhiasan hasil temuannya itu dengan Cempluk. Cempluk yang lugu dan polos merasa mendapatkan rezeki nomplok.
Koplo meminta Cempluk agar jangan sampai orang lain tahu tentang ini. Akhirnya, dengan tergopoh-gopoh Cempluk meninggalkan ruang kantor dan menjauh dari teman-temannya untuk melanjutkan pembicaraan.
Tak lama kemudian, Cempluk pamit pada atasannya mau ke konter. Dia beralasan kalau anaknya yang mau ujian CPNS di Jakarta minta dikirimi pulsa. Cempluk menuju konter terdekat lalu minta diisikan pulsa ke empat nomor dengan nominal @Rp. 100.000,-.  Genduk Nicole, penjaga konter mengisikan pulsa ke empat nomor hape. 
Setelah mengisi pada nomor terakhir, Genduk bilang, “Bu Cempluk, kemarin ada orang yang minta diisikan pulsa ke beberapa nomor dan ternyata kena tipu. Jangan-jangan Ibu juga kena tipu.”
“Enggaklah, mbak. Dia temanku yang nyuruh ngisi pulsa.”
“Benar-benar teman sampeyan atau ngakunya teman sampeyan?”
Blaik, Cempluk baru sadar. Ternyata dia ditipu orang yang mengaku Koplo. Benar juga kata Genduk. Dengan muka abang ireng, dia balik ke kantor. Siang harinya dia cerita ke teman-teman.
“Aku dihipnotis!”
“Bukan dihipnotis, tapi karena kamu tergiur uang puluhan juta dan perhiasan. Kalau yang nelepon nomornya asing, mbok ya nggak usah ditanggapi. Ealah, mau untung malah buntung.”
“Aku mau ke rumah Koplo, mau ngecek kalau yang nelepon dia atau bukan. Kupikir nomornya ganti baru.”
“Nggak usah ke sana. Kamu nanti malah kisinan. Koplo kan nggak tahu apa-apa. Nggak makan nangka kok kena pulutnya”
Cempluk menyesali uang empat ratus ribu rupiah lenyap dalam waktu sekejap gara-gara terhipnotis omongan orang yang tak bertanggung jawab. (SELESAI)

Jumat, 19 Oktober 2018

BERAT DI ONGKIR



AH TENANE
BERAT DI ONGKIR
Oleh: Noer Ima Kaltsum
Lady Cempluk lagi senang mengikuti giveaway, lomba menulis, kuis atau sayembara. Kalau sedang moodnya baik, syarat dan ketentuan yang rumit juga bakal dipenuhi. Kali ini Cempluk mengikuti sayembara seperti biasanya.
Sayembara tersebut diselenggarakan oleh Genduk Nicole, agen makanan, minuman kesehatan, alat kosmetik, dan perawatan wajah. Kebetulan syarat dan ketentuannya sangat gampang. Cempluk tinggal follow facebook Genduk, memberikan komentar mau, memberikan like status berisi sayembara tersebut dan membagikan status tersebut di berandanya.
Sebenarnya yang mengikuti sayembara ini cukup banyak, hanya saja kebanyakan pesertanya tidak memenuhi keempat syarat tersebut. Oleh karena syaratnya gampang inilah, maka pemenang didapatkan dengan cara diundi
Ada lima belas pemenang yang diambil. Masing-masing pemenang hadiahnya berbeda beda. Cempluk senang bukan kepalang begitu mengetahui dirinya mendapatkan hadiah. Cempluk dan pemenang lainnya diminta untuk konfirmasi lewat pesan WhatsApp.
Awalnya, Cempluk berpikiran apa pun hadiah yang akan didapatkan, dia menerima dengan ikhlas. Dan ternyata Cempluk mendapatkan hadiah berupa satu saset minuman kolagen dan satu saset masker beras.
Setelah pesan dibalas, Cempluk diminta untuk menuliskan alamat pengiriman. Genduk bilang kalau biaya atau ongkos kirim ditanggung pemenang. Cempluk sedikit kecewa, tapi tetap mentransfer uang sejumlah delapan belas ribu rupiah.
Iseng-iseng Cempluk mencari harga minuman dan masker tersebut. Ternyata total harganya hanya Rp. 28.000,00. Jon Koplo, suaminya bertanya, “Cari apa Bune, kok serius?”
“Ini loh, cari harga minuman dan masker. Ealah kayaknya dapat hadiah, ternyata ongkir ditanggung sendiri. Kalau diitung-itung, hadiah yang akan kuterima itu ibaratnya beli barang bebas ongkir,”kata Cempluk.
“Ya wis, sing penting dapat hadiah,”kata Koplo sambil tersenyum. Baru sekali ini dapat hadiah berat di ongkir.

*Dimuat di Solopos Jumat, 19 Oktober 2018

Kamis, 12 Juli 2018

KARTU ATM RUSAK [AH TENANE]

Saya mengirim hari Senin, 9 Juli 2018. Dimuat hari Kamis, 12 Juli 2018. Ini versi naskah asli. Naskah tayang silakan baca di SOLOPOS.




AH TENANE
KARTU ATM RUSAK
Oleh : Noer Ima Kaltsum
Jon Koplo biasa mempergunakan kartu ATM ibunya untuk mengambil uang. Beberapa hari ini kartu tersebut tidak bisa digunakan. Ketika Koplo menghadap petugas (CS), petugas menyarankan agar Ibunya, Lady Cempluk sendiri yang menghadap petugas dan mengurusnya. Koplo memberikan kartu ATM kepada Ibunya.
Sebelum Cempluk mengurus kartu ATM yang bermasalah, Cempluk bercerita kepada teman-temannya. Oleh karena Cempluk tidak mudeng soal kartu ATM, dengan lugunya bilang kartu ATM-nya rusak tidak bisa dipakai.
“Rusak bagaimana? Tertelan di mesin ATM-kah?”Tanya Genduk Nicole.
“Tidak. Pokoknya rusak.”jawab Cempluk.
“Atau mungkin salah memasukkan PIN, jadi diblokir.”kata Nicole.
“Tidak mudeng. Sudah beberapa kali terakhir tidak bisa dipakai. Biasanya bisa.”
“Jangan-jangan kartu ATM-nya kadaluwarsa, jadi harus diperbarui lagi, ganti yang baru. Sudah berapa lama kartu ATM-nya?”
“Belum lama, belum ada satu tahun.”
Tom Gembus, teman yang lain memberi tahu bahwa beberapa mesin ATM keluaran bank tertentu pada malam hari jam-jam tertentu memang tidak bisa dipakai transaksi. Koplo tidak pada malam hari menggunakan kartu ATM tersebut.
“Sebentar, sebentar, saldonya masih berapa?”
“Lima ratus ribu rupiah. Maksudku, Koplo kusuruh ambil semua uangnya lima ratus ribu rupiah. Jadi sisanya dibuat nol rupiah.”
Semua tertawa seketika.
“Mbak Cempluk, kalau mau diambil semua jelas nggak bisa. Tiap bank kan berbeda-beda. Tetap harus ada saldonya. Coba  nanti diambil seratus ribu rupiah, pasti bisa,”kata Nicole.
“O, gitu ya.”
“ Untung sampeyan belum jadi menanyakan kartu ATM yang rusak. Bisa kisinan sampeyan.”
Cempluk cengar-cengir tersipu malu. (SELESAI)

Jumat, 29 Juni 2018

[AH TENANE] BERKAT MANTEN


Tulisan ini dimuat di SOLOPOS, Jumat, 29 Juni 2018. Silakan baca naskah asli dan naskah tayangnya di SOLOPOS. Harap maklum diedit oleh Redaksi.


NASKAH ASLI

AH TENANE
BERKAT MANTEN
Oleh : Noer Ima Kaltsum
Pada hitungan orang Jawa, banyak orang yang mengadakan acara, punya kerja, punya hajat atau duwe gawe, pada bulan Besar (Dzulhijah) dan Syawal. Pasangan suami istri, Jon Koplo dan Lady Cempluk, panen undangan pada dua bulan itu.
Oleh karena Cempluk dan Koplo harus bisa membagi waktu, kadang-kadang keduanya tidak ikut pada acara resepsi. Pernah dalam sehari ada 3 undangan, waktu resepsinya bersamaan. Kalau seperti itu, Cempluk mencari jalan keluar untuk datang sehari sebelum resepsi.
Suatu hari, tetangga Cempluk ada yang mau ngunduh mantu. Kebetulan Koplo dan Cempluk ada acara yang lain pada waktu yang sama. Akhirnya Cempluk datang ke rumah Pak Gembus untuk setor amplop alias menyumbang pada sore sebelum hari H.
Seperti pada umumnya yang masih berlaku di kampung dan sekitarnya, ada pemberian berkat atau ulih-ulih. Biasanya yang mendapat berkat/ulih-ulih adalah tamu yang datang sehari sebelum resepsi.
Berkat tersebut bisa berwujud roti bolu, biscuit, kue semprong, satu paket makanan. Paket makanan bisa berisi irisan wajik, jadah, kacang bawang, kue kering lainnya, pisang dan lain-lain. Kadang satu paket berisi nasi dan lauk-pauk. Semua tergantung kemampuan yang punya kerja.
Keluar dari halaman Pak Gembus, Genduk Nicole menyerahkan tas kresek hitam kepada Cempluk. Sampai di rumah, Cempluk mengintip isi tas kresek. Wow, ada 2 bungkusan ukuran besar dan hangat. Lumayan untuk makan malam, batin Cempluk.
“Pak, makan malam pakai berkat saja. Ini tadi dapat nasi berkat dari Bu Gembus.”
Setelah ganti pakaian, Cempluk kembali mengambil tas kresek berkat manten tadi. Setelah dibuka, lalu dikeluarkan isinya. Yang pertama bungkusan besar dan berat lagi hangat berupa nasi putih. Bungkusan yang kedua, bungkusan besar, berat dan hangat juga. Cempluk pikir lauk-pauk dan kudapan khas wajik dan jadah. Setelah dibuka, ternyata isinya nasi putih juga. Jadi dua bungkus isinya nasi putih semua.
“Nasi dan lauk berkatnya mana, Bune?” tanya Koplo.
“Pakne, sampeyan makan dengan sayur dan lauk punya kita sendiri saja.”
“Piye ta Bune? Tadi nawari makan dengan nasi berkat, la kok ujung-ujungnya disuruh makan lauk rumah.”
“Begini Pak. Ternyata berkatnya tadi isinya cuma nasi putih saja tidak ada lauknya. Mungkin tadi tergesa-gesa jadi keliru memasukkan. Seharusnya lauk, yang dimasukkan nasi lagi.”
Koplo hanya manggut-manggut. Cempluk sedikit mbesengut. (SELESAI)



Rabu, 20 Desember 2017

Kado Terindah Akhir Tahun, Jon Koplo : Salah Kirim


Ini Versi Aslinya! Versi tayangnya, silakan baca di Solopos, Rabu, 20 Desember 2017

AH TENANE
SMS SALAH KIRIM
Oleh : Noer Ima Kaltsum
Selesai mengawasi Ujian Nasional, Genduk Nicole minta tolong pada Lady Cempluk untuk menghubungi suami Nicole yaitu Tom Gembus. Kebetulan, Nicole tidak membawa HP. Cempluk yang baik hati ini mau membantu sahabatnya.
Cempluk mengeluarkan HP, sedangkan Nicole mendikte kalimat yang harus ditulis Cempluk. Kalimat Nicole,” Pak Gembus, Bu Nicole sudah selesai ngawasi UN, mohon segera dijemput di SMK.”
 “Tolong dikirim ke nomor suamiku, ya Bu Cempluk.”
“Beres!”jawab Cempluk singkat. Cempluk senyum-senyum lalu bilang sudah selesai.
Sebentar kemudian, Cempluk berseru kaget sendiri. Nicole membatin jangan-jangan salah kirim. Ternyata benar, Cempluk bukan mengirim sms tersebut ke nomor HP Gembus suaminya Nicole melainkan dikirim ke nomor suaminya sendiri yaitu Jon Koplo. Koplo tinggal di Sumatra.
“Bu Nicole, kleru takkirim ke nomor suamiku.”seru Cempluk.
“Ndakpapa, paling suami sampeyan ya maklum. Kan isi sms sudah jelas.”
“Justru masalahnya itu, sms yang aku tulis tidak sesuai dengan yang sampeyan diktekan.”
“Memang sms-nya piye ukarane?”
“Kutulis: Pah, jemput aku di depan sekolah.”
Glodag! Nicole mendelik. Bakalan akan ada perang nanti. ”Bu, sampeyan ki ya ora manut aku. Padahal aku manggil suami juga bukan papah, melainkan Pak.”
Sore harinya, Koplo menelepon Nicole dan bilang mau bicara dengan Gembus. Gembus sudah memberi kode pada Nicole kalau tidak mau ngomong apapun pada Koplo. Koplo marah-marah karena semakin curiga kalau Cempluk selingkuh.
Pagi harinya, Cempluk bilang pada Nicole kalau suaminya benar-benar marah dan menuduhnya selingkuh dengan Gembus.
“Makanya, kalau nulis sms yang baku saja, nggak usah gaya-gayaan.”

Cempluk isin pol, dan berjanji nggak nulis sms neko-neko. (SELESAI)


Senin, 02 Oktober 2017

BERAS PAKAN AYAM


Alhamdulillah, Senin, 2 Oktober 2017 akhirnya nembus SOLOPOS lagi, horeeee
Cerita ini adalah kisah nyata. Ide cerita dari putrane sing bagus dhewe, Faiz Ahsan. Karena dia memang anak yang sangat istimewa, jadilah Ibu cantik ini harus maklum semaklum-maklumnya. Akan saya tuliskan versi naskah asli dan naskah tayang versi SOLOPOS.

Dalam penulisan cerita humor ini, sebetulnya saya sudah konsisten, tetapi dari redaksi diubah jadi agak rancu (Koplo, ditulis anak tunggal tapi pada kalimat lain ditulis Genduk Nicole adalah anak mbarep)

NASKAH ASLI
BERAS PULEN
Oleh : Noer Ima Kaltsum
Suami Cempluk selama 3 hari akan mengikuti diklat di Semarang. Oleh karena Koplo lengket dengan Bapaknya, maka Cempluk menyuruh suaminya untuk segera berangkat. Tidak perlu pamit Koplo secara langsung.
“Mumpung Koplo bermain di luar, sampeyan segera berangkat saja, Pakne. Kalau dia dipamiti bakal nangis kejer-kejer.”
Ladalah, suami Cempluk dengan sengaja menyuruh pulang Koplo dan pamit. Kontan saja Koplo mengamuk. Kaki Bapaknya dipegang kuat-kuat. Cempluk berusaha untuk melepaskan tangan Koplo dari kaki Bapaknya. Sip, berhasil lepas.
Tidak bisa lagi memegang kaki Bapaknya, Koplo memegang lalu menarik rak plastik sepatu. Semua sepatu berantakan. Sasaran berikutnya adalah rak plastik isi barang-barang.
“Pak, ndang berangkat. Anaknya semakin menjadi.”
Dengan ragu-ragu, suami Cempluk meninggalkan rumah. Cempluk dan Nicole menenangkan Koplo. Ibu dan anak tersebut berusaha agar Koplo tidak menangis lagi. Butuh waktu yang lama agar Koplo melupakan kepergian Bapaknya.
Setelah tenang, Koplo minta mandi. Akhirnya, Koplo sudah asyik dengan dunianya, yaitu bermain.. Cempluk menyetrika pakaian di samping rumah. Lama-kelamaan, Cempluk curiga karena Koplo tidak bersuara sama sekali.
“Koplo, kamu lagi ngapain?”
Tidak ada jawaban. Sampai 3 kali panggilan dan pertanyaan Cempluk, tetap tidak ada jawaban. Cempluk tidak menemukan Koplo di kamar. Cempluk menuju dapur. Betapa lemasnya Cempluk, melihat kenyataan bahwa beras pulen dalam panci besar dicampur pakan ayam.
“Koplo, kok berasnya dicampur pakan ayam?”
“Biasanya Bapak juga mencampur beras dengan pakan ayam, kalau mau makani ayam.”
“Tapi bukan beras yang disimpan di panci. Untuk pakan ayam, berasnya disimpan di dalam karung pakan ikan.”
Tanpa merasa berdosa, Koplo terus mencampuri beras pulen dengan pakan. Cempluk hanya bisa melongo. Percuma saja kalau dia  marah, toh beras juga sudah tak mungkin untuk dimasak. Padahal beras pulen tersebut untuk persediaan Iduladha yang akan datang. (SELESAI)
00000
NASKAH TAYANG VERSI SOLOPOS
BERAS PAKAN AYAM
Tom Gembus akan mengikuti diklat selama 3 hari di Semarang. Oleh karena Jon Koplo, anak tunggalnya, lengket dengan Bapaknya, maka Lady Cempluk menyuruh suaminya untuk segera berangkat. Tidak perlu pamit Koplo secara langsung.
Namun Gembus tidak tega, dengan sengaja menyuruh pulang Koplo dan berpamitan. Kontan saja Koplo ngamuk. Kaki Bapaknya dipegang kuat-kuat sambil nangis gidro-gidro
 “Pak, ndang berangkat. Koplo nangisnya semakin menjadi-jadi,”seru Cempluk
Dengan ragu-ragu, Tom Gembus  meninggalkan rumah. Cempluk dan Gendhuk Nicole, anak mbarepnya, menenangkan Koplo. Ibu dan anak tersebut berusaha agar Koplo tidak menangis lagi. Butuh waktu yang lama agar Koplo melupakan kepergian Bapaknya.
Setelah tenang, Koplo minta dimandikan. Akhirnya, Koplo sudah asyik dengan dunianya, yaitu bermain.. Cempluk menyetrika pakaian di samping rumah. Lama-kelamaan, Cempluk curiga karena Koplo tidak bersuara sama sekali.
“Koplo, kamu lagi ngapain?”
Tidak ada jawaban. Sampai 3 kali panggilan dan pertanyaan Cempluk, tetap tidak ada jawaban. Cempluk tidak menemukan Koplo di kamar. Cempluk menuju dapur. Betapa lemasnya Cempluk, melihat kenyataan bahwa beras pulen dalam panci besar dicampur pakan ayam.
“Koplo, kok berasnya dicampur pakan ayam?”
“Biasanya Bapak juga mencampur beras dengan pakan ayam, kalau mau makani ayam.”
“Tapi bukan beras yang disimpan di panci. Untuk pakan ayam, berasnya disimpan di dalam karung.”
Tanpa merasa berdosa, Koplo terus mencampuri beras pulen dengan pakan. Cempluk hanya bisa melongo. Percuma saja kalau dia  marah, toh beras juga sudah tak mungkin untuk dimasak. Padahal beras pulen tersebut untuk persediaan dimakan sendiri. (SELESAI)
00000

Selasa, 25 April 2017

Ngoplo Bersama Noer Ima Kaltsum

Kemuning, Aku datang
dok.pri
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokaatuh
Bismillahirrohmannirrohiim. Selamat malam Ibu-ibu dan mbak-mbak yang bergabung di Ibu-Ibu Doyan Nulis Interaktif. Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah karena sampai malam ini kita masih diberi nikmat kesehatan. Saya ucapkan terima kasih kepada mbak Widyanti Yuliandari yang telah memberikan waktu kepada saya untuk berbagi pengalaman menulis cerita humor. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada mbak Siti Nurhasanah, Ketua IIDN Solo.

Sebelumnya, perkenalkan nama saya Noer Ima Kaltsum, biasa dipanggil mbak Ima. Profesi saya sebagai penulis dan mengajar mata pelajaran Kimia di SMK swasta di Kabupaten Karanganyar.

Saya bergabung dan aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis Solo. Untuk kepenulisan, sebenarnya saya cenderung menekuni menulis cerita anak. Akan tetapi sekarang sedang senang-senangnya nulis cerita humor dan mengisi kolom Jurnalisme Warga di Koran Solopos (kalau tulisan saya dimuat). Di komunitas IIDN Solo, saya identik dengan Ngoplo dan wartawan ala IIDN Solo. Sebenarnya ngoplo itu apa sih? Wah, pasti ada yang penasaran.

Bagi sebagian anggota IIDN Solo, Ngoplo adalah hal yang biasa. Ngoplo bikin ketagihan.  Kalau sudah pernah Ngoplo lalu berhenti pasti akan merasa kehilangan sesuatu. Sedangkan bagi yang pelum pernah Ngoplo, pingin mencoba dan mencoba lagi. Tapi tunggu dulu, jangan berprasangka buruk dengan istilah Ngoplo ya.

Bagi Ibu-ibu IIDN Solo, Ngoplo itu artinya cerita humornya tembus di Koran Solopos (Koran lokal, sebagian besar pembacanya berasal dari Surakarta dan sekitarnya). Pada halaman pertama Koran Solopos, ada cerita humor dengan segmen Ah Tenane. Segmen Ah Tenane setiap hari selalu ada, kecuali hari Minggu.

Cerita humor ini adalah cerita yang diangkat dari peristiwa lucu dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan kisah nyata, bukan fiktif. Adapun tokohnya sudah ditentukan oleh redaksi dengan nama Jon Koplo, Tom Gembus, Lady Cempluk dan Genduk Nicole.   Ah Tenane bernuansa Jawa sehingga bahasa tutur yang digunakan terdapat logat Jawa. Biasanya tokoh yang sering disebut adalah Jon Koplo.

Cerita lucu ini bisa menimpa pada pelaku atau korban, bisa merupakan cerita konyol, sedih, mengharu biru, dan gembira. Bisa merupakan kisah pribadi atau cerita orang lain. Pokoknya yang penting lucu.

Sebenarnya selain saya, sebagian dari anggota IIDN Solo pernah Ngoplo atau tulisannya dimuat di Ah Tenane, Solopos. Mereka yang pernah Ngoplo adalah mbak Candra, Siti Nurhasanah, Fitri, Arinta, Fafa, Ibu Astutiana, Yuni Astuti, Misb, Sholikhah, Zakiah, Yang Nofiar (yang belum saya sebut ngacung ya, halooo IIDN Solo). Menurut saya, terlalu berlebihan kalau saya dibilang Pakarnya Jon Koplo.

Saya memberanikan diri untuk menulis di sini setelah IIDN Solo berunding, siapa yang akan menampilkan tulisan tentang cerita humor ala Ah Tenane Jon Koplo. Kebetulan saya termasuk anggota IIDN Solo yang tulisannya sudah beberapa kali tembus di Ah Tenane. Oleh sebab itu saya dibilang sering ngoplo dan sering ketagihan. Jadi ngoplo di sini tidak ada kaitannya dengan obat-obatan terlarang.

Ada beberapa pokok tulisan yang bisa saya sampaikan, yaitu:

1.    Menangkap ide untuk Ngoplo
Ide Ngoplo bisa dari mana saja. Saya memang selalu membuka mata lebar-lebar dan pasang telinga, terutama kalau ada orang yang bercerita. Mungkin bagi orang lain adalah cerita dianggap biasa saja, tetapi bagi saya cerita yang biasa itu bisa saya kemas sedemikian rupa sehingga cerita tersebut benar-benar lucu.

Beberapa Ngoplo saya berasal dari cerita teman, dan sebagian pengalaman pribadi. Oleh sebab itu kadang teman-teman  meledek saya, atau dengan guyon mereka bilang kalau punya cerita lucu jangan cerita kalau ada bu Ima. Soalnya nanti bakal jadi duwit. Artinya, cerita lucu tersebut saya kemas dengan bahasa sederhana, bahasa ala saya. Hasilnya…. Tembus media lagi, Ngoplo lagi.

2.    Apakah tema yang ditampilkan?
Tema yang saya angkat waktu Ngoplo bermacam-macam. Tidak terikat dengan satu tema saja. Biasanya kalau ada tema yang lagi hangat dibicarakan dalam keseharian, lebih cepat dimuat di Ah Tenane. Ini bukan hanya pengalaman saya. Misalnya, pas ada gempa bumi, atau bintang jatuh, di cerita humor Ah Tenane ternyata kisahnya tentang peristiwa itu.

3.    Proses menulis/menuangkan ide
Menuangkan ide/gagasan bebas tanpa batas. Kita bisa menulis sebanyak-banyak apa yang akan diceritakan. Akan tetapi tulisan yang panjang tersebut juga harus memenuhi aturan penulisan di Ah Tenane. Di Ah Tenane, tulisan dibatasi hanya kurang lebih satu halaman kuarto dengan jarak antar baris 1,5. Oleh karena halamannya dibatasi, maka kita perlu mengedit. Bagian-bagian kalimat yang tidak efektif sebaiknya dihilangkan saja. Untuk memberikan kata kejutan, saya mengusahakan ada logat Jawa yang saya tampilkan. Kesan lucu akan terasa kalau kalimat tersebut disisipi logat Jawa (ditulis dengan huruf Italic). Meskipun cerita lucu tapi saya tetap memerhatikan aturan penulisan.

Pada akhir tulisan saya sertakan biodata, meliputi nama, alamat rumah, alamat surat, nomor rekening, NPWP.

4.    Ke mana tulisan Ngoplo dikirim
Setelah cerita lucu tersebut selesai ditulis, saya mengirimkannya ke Redaksi SOLOPOS. Alamat emailnya : redaksi@solopos.co.id atau redaksi@solopos.com, dengan subjek : Ah Tenane_Nama_Judul. Sebenarnya memakai surat (cetak/fisik) juga bisa tapi ongkosnya mahal (perangko mahal) dan sampai di redaksi agak lama. Kalau pakai surel, lebih praktis dan lebih murah.

Mengapa saya mengirimkan ke Solopos? Karena nama tokohnya sudah jelas, tokoh dalam cerita humor Ah Tenane milik Solopos. Di Solopos, cerita humor ini tayang setiap hari kecuali hari Minggu. Jadi peluang untuk dimuat banyak. Apalagi semakin banyak yang kita kirim, cerita kita akan lebih banyak peluangnya untuk dimuat.

5.    Pemuatan naskah Ngoplo
Berapa lama kita menunggu naskah kita dimuat? Itu tidak pasti. Kadang-kadang belum ada satu minggu naskah kita kirim, naskah sudah dimuat. Ada juga yang sudah enam bulan kita kirim, naskah baru dimuat.

Sayangnya, dimuat atau tidak naskah kita, tidak ada pemberitahuan dari Solopos. Kalau dimuat, kadang kita tidak tahu kalau tidak ada yang memberi tahu atau kita tidak membaca. Di kantor, saya aktif membaca Ah Tenane Jon Koplo. Kalau ada cerita teman IIDN Solo yang dimuat, biasanya saya beri tahu. Tulisan saya foto, lalu saya kirimkan lewat WA.

Pernah suatu hari saya repot mencari Koran karena di rekening terdapat tambahan rupiah. Ternyata naskah dimuat beberapa bulan sebelumnya. Hehe.

6.    Berapa honor yang kita terima dari Ngoplo ini?
Kalau cerita Ngoplo ini dimuat, pasti senang dong. Senang karena nama dan tulisan saya dibaca banyak orang. Paling tidak saya dikenal orang. Kalau dimuat kan teman-teman saya langsung minta traktir. Biasanya saya menunda untuk jajan bareng. Mengapa demikian? Karena keluar honornya tidak pasti waktunya. Kalau mau segera cair, ya diambil langsung ke kantor Redaksi, Jl. Adi Sucipto, Solo. Kadang-kadang honor dikirim lewat wesel, tapi lebih sering lewat rekening.

Ngomong-ngomong, berapa honornya? Untuk menulis satu halaman kuarto, honornya cukup lumayan, yaitu tujuh puluh lima ribu rupiah (lewat rekening atau ambil langsung di kantor), kalau lewat wesel, saya menerima antara Rp. 63.000,00- Rp. 65.000,00.

Berapapun honornya, bagi saya yang penting tulisan saya dimuat. Tulisan dimuat di Solopos tentang Ngoplo merupakan kebanggaan tersendiri bagi IIDN Solo. Kata teman-teman kalau sudah Ngoplo maka sudah sah menjadi anggota IIDN Solo (yang ini candaan teman-teman). 

Contoh cerita humor Jon Koplo yang pernah dimuat di Solopos:
Aksi Hanoman
Belum lama ini, Koplo, Gembus dan kawan-kawan mementaskan sendratari singkat Rama-Sinta. Pentas diadakan di Jl. Lawu, Jaten untuk menyambut datangnya Estafet Tunas Kelapa (ETK) dari Solo.
Di hadapan tamu undangan yang menunggu ETK, Koplo dan sohib-sohib beraksi, pertunjukan dimulai. Ada tiga kera, Hanoman, kera merah dan kera kuning. Saat itu waktu masih pagi. Karpet digelar di pinggir jalan. Pertunjukan sukses. Penonton dan tamu undangan bertepuk tangan.
Setelah ETK tiba di Jaten, ternyata Bapak Camat setempat meminta Koplo dan kawan-kawan pentas lagi. Koplo dan kawan-kawan beraksi lagi. Kali ini lebih semangat, bahkan permainan 3 kera termasuk Hanoman sangat aktif. 3 kera melompat ke sana-kemari dengan lincah.
Setelah pertunjukan selesai, akhirnya Koplo dan kawan-kawan meninggalkan panggung dadakan. Mereka kemudian maksi di warung makan.
“Kenapa kakinya pincang pak Koplo?”Tanya Cempluk
“Iya nih Bu Cempluk, tiga kera tadi kakinya lecet-lecet.”
“Pertunjukan yang sukses, bukan?”
“Jelas, donggg,”kata Gembus.
“Kita 2 kali main. Pertunjukan kedua lebih atraktif dibanding pertunjukan pertama.”
“Kenapa?”Tanya Cempluk penasaran.
“Pertunjukan pertama masih pagi, aspal belum panas. Nah pertunjukan yang kedua, udara panas, aspal panas, padahal karpetnya sempit. Kami tak memakai alas kaki. Nah, biar nggak kepanasan kakinya, kami lompat-lompat dengan sigap. Itu bukan atraktif/menghayati peran, tapi karena kepanasan. Hasilnya, kaki lecet-lecet.”
Oh, kirain atraktif dan menghayati peran, padahal menahan panas. Kasihan Koplo dan kawan-kawan.
00000

Demikian cerita perkoploan saya, cerita humor ala IIDN Solo yang semua ingin mencobanya. Semoga bermanfaat. Bila ada kekurangan dalam tulisan ini, mohon dimaafkan.
Selamat malam. Wassalamualaikum.

Sumber: FB Group Ibu-Ibu Doyan Nulis Interaktif