Senin, 26 April 2021

Utang, Arisan, dan Menabung



Utang, arisan, dan menabung tidaklah asing bagi saya. Saya pernah berutang, mengikuti arisan, dan menabung. Dari ketiga aktivitas tersebut yang masih saya lakukan adalah menabung. Menabung bukan berarti uang saya berlebih, sebab sedikit atau banyak uang yang saya miliki tetap menabung. Uang yang saya tabung tiap hari tidak dalam jumlah besar, melainkan hanya sedikit saja. 


Saya menghindari berutang apalagi utang riba. Bila menginginkan sesuatu tetapi uang belum cukup, maka saya dengan sabar menabung terlebih dahulu. Sebab bila saya berutang maka tiap saat saya terbebani untuk mencicil. Hidup jadi tidak tenang. Kalau belum mampu untuk mendapatkan sesuatu lebih baik bersabar. Namun, dalam kondisi darurat seandainya tak ada uang barulah berutang. Berutang di sini dalam keadaan terjepit. Utang untuk memenuhi kebutuhan, bukan untuk menyenangkan hati.


Dulu waktu masih kecil bersama teman-teman sepermainan saya ikut arisan. Waktu itu besarnya 100 (seratus rupiah), dibayarkan seminggu sekali. Saat remaja, saya mengikuti karangtaruna. Tiap sebulan sekali karangtaruna mengadakan pertemuan dan arisan. Ada kendala bila anggota yang ikut arisan tidak datang dan tidak setor iuran. Uang yang terkumpul tidak komplit sehingga harus pinjam uang kas. 


Ketika bekerja di kantor saya juga pernah ikut arisan. Kalau arisan yang diadakan di kantor biasanya lancar, sebab iuran diambil debgan cara potong gaji. Namun, akhirnya daya tidak ikut arisan karena arisan hampir sama dengan utang kalau mendapatkan giliran menerima di awal.  Bila menerima di akhir sama saja menabung dan terpaksa memberi modal orang lain. 


Ya, lebih baik menabung daripada berutang. Dalam berinvestasi pun menghindari berutang. Saya menabung uang di rumah saja. Uang digulung lalu dimasukkan ke dalam wadah atau kaleng. Menabung dengan cara sederhana. 


Saya lebih suka menabung. Sahabat lebih suka yang mana, arisan, utang, atau menabung?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar