Rabu, 29 Maret 2023

Saya Sependapat Saat Suami Lebih Mengutamakan Ibunya




Pasangan suami istri di dalam keluarga biasanya satu sama lain memiliki kata sepakat. Seandainya ada perbedaan pendapat, keduanya akan mencari jalan tengah. Bukan yang satu mengalah dan yang lain menang. Namun, jalan keluar itu berupa kesepakatan bersama. Dengan mempertimbangkan banyak hal akhirnya "tumbu dapat tutupnya" alias klop.

Saya dan suami juga demikian. Selalu ada diskusi bila terdapat perbedaan. Misalnya, cara mendidik anak dan bagaimana "menjadikan" anak agar bisa menjadi saleh dan salehah. Tentu bukan hal yang mudah agar anak bisa manut miturut dhawuhe Gusti Allah. Sebab, seperti anak pada umumnya, ada celah ngeyel sehingga harus ekstra dalam mendidik kedua anak saya.

Kalau ada orang tua yang bangga karena anak-anaknya manut-manut, itu tidak membuat saya iri. Sebab, saya anggap mereka tidak ada tantangan menghadapi anak. Hahaha, aslinya saya juga pingin kedua anak saya manut-manut. Yang terjadi tidaklah demikian.

Setelah tahu ilmunya dan banyak belajar agama, ternyata mendidik anak itu kudu diiringi dengan ikhtiar dan banyak berzikir. Berdoa agar anak-anak dilembutkan hatinya, dilindungi di mana pun mereka berada, dan yakin sudah aman rezekinya hari ini. 

00000

Saya termasuk anak penurut dibandingkan dengan saudara yang lain. Sepertinya, suami juga kategori anak penurut sejak kecil. Hal itu saya ketahui saat ngobrol dengan saudara dan kerabat dari bapak dan ibu mertua. Jadi, saya dan suami ibaratnya tumbu entuk tutup. Hehe. 

Karena sudah klop sejak awal, maka saya tidak pernah mempengaruhi suami dalam hal "negatif" buat keluarganya. Bahkan saya mendorong suami untuk menomorsatukan ibunya. Saya tidak pernah perhitungan bila suami memberikan berlebihan untuk ibunya sebagai bakti. Sebab, setelah nafkah untuk anak istri telah cukup, untuk siapa lagi harta anak laki-laki kalau bukan untuk ibunya?

Apakah berarti saya tidak memperhatikan ibu saya sendiri? O, tidak! Saya memiliki penghasilan sendiri. Saya bisa memberikan harta saya untuk siapa saja dan saya mengutamakan untuk ibu. Suami mendukung dan tidak protes.

Setelah bapak dan ibu mertua meninggal, saya dan suami fokus memperhatikan bapak dan ibu. Prinsipnya, kami telah sepakat ingin masuk surga lewat pintu "bakti pada orang tua" dan mendoakan orang tua. Bapak dan ibu saya dalam keadaan sehat. Mereka senang bila saya, suami, dan anak-anak datang menjenguknya. 

00000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar