Jumat, 03 April 2020

Jangan Beri Anak Tugas Sekolah Banyak-banyak



noerimakaltsum.com. Guru dan orang tua adalah mitra. Guru dan orang tua bekerja sama dalam mendidik anak-anak. Di sekolah anak-anak dididik oleh guru. Saat di rumah, kewajiban orang tua mendidik anak-anaknya.

Guru sudah memiliki pengetahuan yang cukup sebagai modal atau #alatperang untuk mengajar dalam kurun waktu tertentu. Bahkan, keterampilannya mengajar sudah dipelajari dan dipraktikkan sejak kuliah di FKIP. Paling tidak saat melakukan Praktik Pengalaman Lapangan, seorang mahasiswa sudah harus siap di kemudian hari untuk mengajar.

Berbeda dengan orang tua yang belum memiliki pengalaman mengajar. Bahkan, saat ini ilmu yang dipelajari puluhan tahun yang silam mungkin sudah dilupakan atau tidak lagi diingat. Dengan demikian, jelaslah bila orang tua kadang hanya memiliki pengetahuan terbatas dan tidak semua orang tua bisa "menyampaikan materi" seperti halnya guru.

Barangkali orang tuanya pintar, tapi menyampaikan ke anak mbulet muter-muter sampai orang tua dan anak pusing sama-sama pusing dan bingung. Karena apa? Karena tidak semua orang tua memiliki keterampilan mengajar. La wong guru saya kelas 1 SMA dulu juga sangat pintar, tetapi beliau menyampaikan materi mbulet dengan kalimat tidak efektif diulang-ulang. Hasilnya bagaimana? Yang kami ingat-ingat adalah kalimat yang diulang-ulang, bukan inti materi pelajaran. Lalu materi pelajarannya bagaimana? Ora dong blas alias sama sekali tidak paham. Sebagian besar dari teman-teman tidak paham.


Selanjutnya, masalah waktu. Sebagian orang tua kemungkinan baik di rumah maupun masih bekerja di luar rumah, sama-sama bekerja. Bila work at home karena memang pekerjaan kantor "terpaksa dikerjakan di rumah" itu artinya hanya memiliki waktu terbatas untuk mendampingi anak-anaknya.


Seorang kerabat memiliki 4 anak yang masih sekolah. Keempat anak ini tingkat pendidikannya berbeda. Diterapkan learn at home karena keadaan memaksa demikian. Anak-anak diberi PR banyak semua. Orang tua ikut mumet karena selama ini belum pernah menerapkan homeschooling. Kadang tugas yang diberikan oleh guru tidak ada di buku pelajaran. Parahnya tugas ini sifatnya berbatas waktu.  Jadi, tugasnya dikumpulkan hari itu juga lewat email, whatsapp, dan lain-lain.


Memang benar adanya kewajiban orang tua adalah mendampingi anak-anak saat learn at home. Namun, orang tua tetap berbeda dengan guru. Gurunya ‘kan mengajar materi yang itu-itu saja alias nglothok di luar kepala.


Pada awal diputuskan learn at home bukan berarti anak diberi tugas setumpuk agar tidak hanya bermain. Coba, ditinjau kembali sebenarnya 14 hari anak di rumah itu tujuannya bukan semata-mata untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah di rumah, melainkan untuk memutus penyebaran COVID-19 (sepertinya begitu)


Banyak orang tua yang mengeluh karena beban pekerjaan di rumah semakin bertambah dan berpotensi menyumbang stress dan penyakit darah tinggi. Orang tua berdoa semoga Covid-19 segera lenyap dari bumi Indonesia. Anak-anak akan kembali ke sekolah. Orang tua akan kembali bekerja di luar rumah, baik kantor, pasar, rumah sakit atau di luar rumah. Anak-anak kembali belajar dengan tenang.

Demikian pendapat saya. Apa pendapatmu? Kita tidak harus sama. Kita boleh beda pendapat karena perbedaan menunjukkan keberagaman.


#tinggaldirumahaja
#catatanimapenulis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar