Senin, 23 November 2020

Kesempatan Kedua

 


KESEMPATAN KEDUA

Kesempatan kedua itu akhirnya hilang begitu saja. Lia sudah tidak berharap bisa bersama Andi. Andi telah memilih perempuan lain yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya. Mungkin ini adalah jalan hidupnya. Lia harus mengikhlaskan orang-orang yang dicintainya pergi. Ardian pergi untuk selama-lamanya pada H-7 sebelum pernikahan mereka. Lalu Andi pergi darinya dan memutuskan menikah dengan perempuan yang lain.

Lia ragu-ragu untuk menghubungi Andi. Dia tidak ingin mengganggu kehidupan Andi. Akhirnya Lia memutuskan menelepon Andi. Dia cuma ingin bertemu, mungkin untuk terakhir kalinya. Setelah ini dia tidak akan mengganggu lagi.

“Ndi, aku Lia. Kamu ada waktu atau tidak hari ini?”

“Bisa. Di mana?”

“Tempat biasa. Warung bebek goreng. Jam berapa?”

“Sekarang juga bisa. Kamu tunggu. Aku jemput kamu saja.”

“Nggak usah. Aku langsung ke warung.”

“Ada yang kamu sembunyikan, Lia?”

“Nggak kok.”

“Ya, sudah. Aku jemput kamu!”

Tak lama kemudian Andi sudah sampai di teras rumah.

“Sudah siap?”

Lia mengangguk. Andi menggandeng tangannya. Mereka berpandangan. Ada gemuruh di dada Lia. Seharusnya Andi tak melakukan itu. Ketika turun dari kendaraan dan mereka berjalan pun, Andi menggandeng tangannya.

Sambil menunggu pesanan datang, keduanya menikmati kudapan yang ada di meja. Lia memasukkan smartphone-nya.

“Bagaimana acara keluargamu tempo hari?”

“Batal. Calon istriku ada keperluan mendadak dan tidak bisa datang. Jadi, acara ditangguhkan. Sekarang aku mau menunjukkan foto calon istriku. Aku sih berharap, sebagai sahabat, semoga kamu mendukung!”

“Nggak usah ditunjukkan, aku juga mendukung, kok.”

Rasanya perih banget ketika Andi memaksanya untuk melihat foto yang ditunjukkannya. Andi menunjukkan foto perempuan yang kelak akan dinikahinya. Lia tidak percaya, mukanya berkerut. Andi tersenyum..

“Lia, dulu aku kehilangan kesempatan untuk mendekatimu karena Mas Dian lebih dahulu mengungkapkan perasaannya padamu. Setelah Mas Dian tidak ada, aku berharap ada kesempatan kedua. Nyatanya kamu benar-benar menutup diri. Sebenarnya acara keluarga saat seratus hari meninggalnya Mas Dian, aku mau memperkenalkan kamu di hadapan keluarga. Ya, ternyata kamu kembali ke Surabaya dan sengaja mematikan smartphone.”

“Maafkan aku.”

“Jadi, kamu membuka kesempatan kedua untukku atau tidak?”

“Benarkah, tidak ada perempuan lain di hatimu?”

“Percayalah, Lia. Besok kita pulang minta restu orang tua dan mengurus administrasi.”

Lia menitikkan air mata bahagia.

“Nggak usah cengeng. Gitu aja nangis.”

00000

Baca sebelumnya: http://www.noerimakaltsum.com/2020/11/biarkan-aku-pergi-fiksi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar