Selasa, 22 Desember 2015

Cara Membuat Link Hidup

Sudah beberapa kali saya mengikuti lomba menulis blog. Kadang-kadang syarat yang diminta tidak terlalu sulit, akan tetapi bagi yang baru belajar seperti saya, syarat tersebut harus dipelajari lebih dahulu. Salah satu syarat dalam lomba penulisan adalah memberikan link hidup. Link ini menuju suatu tulisan atau web tertentu.
Saya termasuk orang yang beruntung karena tidak malu untuk bertanya. Tentu saja semua saya lakukan agar di kemudian hari saya bisa memberikan link hidup tanpa bantuan orang lain. Alhamdulillah karena sering menulis dan ingin tahu banyak hal, saya sering mencoba-coba.
Langkah-langkah membuat link hidup adalah:
1.     Tulislah terlebih dahulu sebuah narasi terlebih dahulu sampai selesai dan berikan gambar seperlunya.
2.     Siapkan link yang akan dituju, dengan cara mengcopy URL-nya
Gambar 1. copy URL
3.     Kata-kata atau kalimat yang akan diberikan link hidup diblok terlebih dahulu. Misalnya, kalimat yang akan saya berikan link hidup adalah : Aku dan Ibu
Gambar 2. Memberi blok kata yang akan diberi link hidup
4.     Kata : Aku dan Ibu yang diblok, lalu Klik link, maka akan keluar semacam ini:
Gambar 3. Gambar kolom untuk memasukkan URL
5.     URL yang sudah kita copy, kita pasang pada kolom yang telah disediakan lalu klik paste. Maka link hidup sudah jadi.
Gambar 4. URL sudah dimasukkan 
6.     Kursor bila berada pada kata-kata atau kalimat yang kita berikan link, akan berubah menjadi gambar telunjuk jari, dan bagian bawah akan terdapat tulisan link yang akan kita tuju. Pada gambar di bawah: Aku dan Ibu merupakan link hidup. pembaca diarahkan ke URL, alamatnya  terdapat pada tulisan di bawah tulisan 1 komentar. 
Gambar 5. Inilah hasil dari Link hidup

Saya belajar membuat link hidup tanpa malu bertanya pada seorang teman yang lebih tahu. Saya bersyukur, teman saya memberikan waktu/kesempatan kepada saya untuk mencoba membuat link hidup dan berhasil. Alhamdulillah, berhasil, berhasil…. Selamat mencoba, semoga berhasil.
Kalimat yang akan saya berikan link hidup adalah : Aku dan Ibu
Karanganyar, 22 Desember 2015

Minggu, 20 Desember 2015

Tetap Langsing Tanpa Diet

Gambar 1. Masih stabil
Sumber: dok.Faiqah Nur Fajri
Menurut survey (entah yang mengadakan siapa dan samplenya orang mana?), perempuan cenderung mempermasalahkan badannya yang sedikit kelebihan berat daripada mencemaskan sakit perut ketika datang bulan. Padahal bisa saja berat badan yang kelebihan sedikit tersebut tak berdampak apapun pada kesehatannya.
Perempuan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi berat badannya agar BB mencapai ideal. Anehnya perempuan cenderung melakukan semua itu dengan berbagai cara (bahkan kadang caranya sangat menyiksa dan merogoh kocek tidak sedikit).
Contoh usaha menurunkan berat badan:
1.     Olahraga tiap hari dan mengubah pola makan. Tidak makan nasi (makanan yang mengandung karbohidrat), hanya makan sayur dan buah.
2.     Olahraga tiap hari dan diet ketat sesuai anjuran/rekomendasi dari orang atau pakar (?) diet. Makan dibatasi dan mengkonsumsi sesuatu yang direkomendasikan (harganya mahal banget).
3.     Makan teratur, porsi dikurangi, tetap makan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Olahraga teratur (tidak setiap hari), segalanya berjalan seperti biasa. Berpuasa sunah seperti yang dicontohkan nabi.
4.     Minum obat pelangsing agar nafsu makan hilang.
5.     Masih ada yang lain, silakan menambahkan sendiri
Saya mempunyai pengalaman mempertahankan berat badan tetap pada kondisi seimbang. Caranya gampang yaitu tidak mudah tergiur untuk mengkonsumsi makanan secara berlebihan. Makan cukup hanya itu saja. Bila makan di luar atau ada acara makan gratis, tidak serta merta saya menggunakan aji mumpung. Justeru saya akan mengambil lauk dan sayur satu macam. Tidak perlu minum teh hijau dikombinasi dengan lemon. Tak perlu pantang nasi.
Makan sewajarnya, puasa sewajarnya, olah raga sewajarnya. Semua tidak berlebihan. Atau mungkin karena sudah dari Allah jatahnya tidak gemuk, jadi makan apa saja tak perlu kuatir. Akan tetapi saya menjaga pola makan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
Akan tetapi bagi yang sudah terlanjur gemuk, disyukuri saja kondisi itu. Gemuk berarti makmur. Dengan gemuk kelihatan sexy dan tetap cantik. Bandingkan dengan kondisi setelah program diet berhasil lantas malah kelihatan kurus dan pucat, seperti orang kurang terawat. Semoga bermanfaat tulisan ini.

Karanganyar, 20 Desember 2015

Jumat, 18 Desember 2015

Alasan Memakai Kerudung Segiempat Polos

Gambar 1. Kerudung segiempat polos
Sumber: dok.pri
Muslimah sekarang lebih dimanjakan dalam mematutkan diri. Baik mengenakan pakaian syar’i maupun memakai kerudungnya. Kerudung yang sekarang banyak beredar dan dikenakan muslimah sangat bervariasi. Muslimah sekarang tinggal memilih kerudung yang dirasa pas dikenakan. Ada yang suka mengenakan kerudung siap pakai (tidak perlu disemat dengan peniti), kerudung panjang, kerudung segitiga beserta asesorisnya, dan kerudung segiempat bermotif dan segiempat polos.
Kerudung segiempat polos yang saya sebutkan terakhir merupakan kerudung klasik yang populer dikenakan muslimah sekitar tahun 80-an hingga awal 2000. Kerudung dibuat dari kain yang sisinya sama (dahulu memakai kain ero, sisinya 115 cm x 115 cm) lalu dikril/wolsom.
Cara memakai juga sederhana. Ambil kain untuk tutup kepala bagian dalam (ciput), lalu kenakan dengan posisi nyaman di kepala. Kemuadian ambil kain kerudung segiempat, lalu dilipat segitiga, dikenakan dan disemat dengan peniti. Biasanya ada 2-3 sematan peniti agar kerudung bagian bawah tidak terbuka bila kena angin atau karena gerakan kita.
Saya lebih suka mengenakan kerudung segiempat polos ukuran lebar. Alasan saya karena bentuknya sangat sederhana dan harganya jauh lebih murah (penghematan, karena hemat pangkal kaya). Bila memakai kerudung yang ada motifnya, saya merasa kepala saya jadi agak ramai. Kerudung polos dipakai/dipadupadankan dengan baju apa saja sepertinya lebih fleksibel. Saya lebih percaya diri dengan kerudung yang ukurannya besar.
Memang sekarang banyak dijumpai kerudung siap pakai dengan ukuran besar, akan tetapi harganya juga mahal. Mengenakan kerudung segiempat polos dengan ukuran besar memang sesuai dengan karakter saya yang sederhana dan tidak suka bergaya. Apalagi kalau mencoba memakai sesuatu yang baru dan agak “fashionable” biasanya suami jadi heran dan kaget. Sepertinya dia bilang,”Mi, itu bukan kamu yang asli. Kamu yang asli lugu, tidak neko-neko.”  
Saya lebih suka memakai kerudung segiempat daripada kerudung lainnya, meskipun kadang memakai kerudung siap pakai. Kalau saya memakai kerudung siap pakai dengan merek tertentu, itu bukan karena saya membeli atas kemauan saya atau mendapat hadiah. Biasanya kerudung tersebut saya ambil dari almari anak saya, saya meminjam hehehe. Kerudung anak saya memang banyak dan lebih bagus dari milik saya. Daripada jarang disentuh atau dikenakan, lebih baik saya pinjam sebentar.
Itulah alasan saya lebih suka memakai kerudung segiempat polos. Anda suka memakai kerudung model yang mana?

Karanganyar, 18 Desember 2015

Kamis, 17 Desember 2015

Bersama Ibu Mendengarkan Khutbah Idul Fitri


Gambar : Aku dan Ibu

Foto ini diambil oleh Faiq puteriku, ketika mendengarkan khutbah setelah selesai Shalat Idhul Fitri tahun ini (2015). Secara emosional aku lebih dekat dengan Ibu dibandingkan kelima saudara kandungku yang lain. Ketika belum menikah aku biasa ngobrol dan curhat. Setelah menikah dan aku tinggal di luar kota, biasanya bila mudik yang aku cari lebih dulu adalah Ibu.

Aku paling suka masakan Ibu berupa oseng sawi putih. Suatu ketika Ibu membeli sawi putih segar. Oleh kakak keduaku Ibu ditegur,"Bu, Ima tidak pulang kok beli sawi putih." Kata Ibu biar saja, dia akan pulang. Dan benar, aku pulang mendadak tanpa memberi tahu lebih dahulu. Kakakku dan saudaraku yang lain heran, kok bisa ya? Kedekatanku secara emosional dengan Ibu memang kadang membuat keluargaku heran. Hal itu tidak hanya sekali, dua kali terjadi.

Sayangnya, aku tidak bisa selalu dekat dengan Ibu karena kami dipisahkan oleh jarak. Oleh karena aku tidak bisa sering pulang kampung maka tiap mudik Ibu selalu aku ajak ngobrol. Ibu sudah sepuh, beliau hanya ingin diajak ngobrol saja.

Minggu, 13 Desember 2015

Menurunkan Berat Badan Dengan Diet Ketat

Menurunkan Berat Badan Dengan Diet Ketat
Menurut survey (entah yang mengadakan siapa dan samplenya orang mana?), perempuan cenderung mempermasalahkan badannya yang sedikit kelebihan berat daripada mencemaskan sakit perut ketika datang bulan. Padahal bisa saja berat badan yang kelebihan sedikit tersebut tak berdampak apapun pada kesehatannya. Lain dengan sakit perut ketika datang bulan, bisa jadi hal semacam itu merupakan salah satu gejala adanya kelainan pada alat reproduksi.
Perempuan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi berat badannya agar BB mencapai ideal. Anehnya perempuan cenderung melakukan semua itu dengan berbagai cara (bahkan kadang caranya sangat menyiksa dan merogoh kocek tidak sedikit). Sementara sakit perut saat datang bulan hanya diobati dengan obat sekedarnya atau dengan minum penghilang rasa sakit saja. Asal sakitnya sudah hilang, perempuan akan merasa beres dan baik-baik saja.
Contoh usaha menurunkan berat badan:
1.     Olahraga tiap hari dan mengubah pola makan. Tidak makan nasi (makanan yang mengandung karbohidrat), hanya makan sayur dan buah.
2.     Olahraga tiap hari dan diet ketat sesuai anjuran/rekomendasi dari orang atau pakar (?) diet. Makan dibatasi dan mengkonsumsi sesuatu yang direkomendasikan (harganya mahal banget).
3.     Makan teratur, porsi dikurangi, tetap makan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Olahraga teratur (tidak setiap hari), segalanya berjalan seperti biasa. Berpuasa sunah seperti yang dicontohkan nabi.
4.     Minum obat pelangsing agar nafsu makan hilang.
5.     Masih ada yang lain, silakan menambahkan sendiri
Bila berat badan sudah turun dan diet berhasil biasanya perempuan akan bangga lalu akan memberikan testimony kepada orang yang ditemui, bisa saudara, teman, kerabat dan siapa saja. Akan tetapi kalau perut tidak terasa sakit ketika datang bulan, perempuan akan merasa biasa saja. Tak perlu cerita pada orang lain karena dianggap tidak begitu istimewa.
Saya sendiri termasuk kurus, malah dulu ketika masih sekolah dibilang kerempeng. Ketika punya anak, setelah melahirkan biasanya berat badan naik secara signifikan. Akan tetapi beberapa bulan kemudian berat badan turun dan normal kembali. Saya mempunyai keinginan untuk menambah berat badan. Sayangnya tidak pernah berhasil.
Makan dengan porsi ditambah, rasanya perut tak mampu memuat makanan. Ingin rasanya seperti perempuan yang lain ketika memiliki anak kecil, sisa makanan anak-anak masuk dalam perut tapi kok tidak bisa. Soalnya saya selalu mengambil makanan untuk anak-anak dalam jumlah cukup, sehingga tidak pernah ada sisa. Saya mengajarkan pada anak-anak bila makan harus dihabiskan.
Ngomong-ngomong, sebenarnya yang menjadi permasalahan dengan berat badan yang sedikit kelebihan (bukan kegemukan atau obesitas) itu apa? Toh masih wajar-wajar saja. Atau malu bila ditanya soal berat badan? Semua kembali pada pribadi masing-masing. Mau gemuk atau langsing, semua itu pilihan. Yang penting percaya diri.
Karanganyar, 13 Desember 2015

http://www.kompasiana.com/noerimakaltsum/menurunkan-berat-badan-dengan-diet-ketat_566d6a17f07e611b0942c902

Selasa, 01 Desember 2015

Rezeki Yang Ngatur Allah, Bukan Manusia

Gambar 1. Silaturahmi meluaskan rezeki
Sumber : dok.alumni tirto'90
Saya percaya lahir, rezeki, jodoh dan maut sudah ditentukan oleh Allah. Manusia tinggal menjalaninya saja. Saya selalu berbaik sangka pada Allah. Allah memberikan tepatnya menitipkan sesuatu kepada saya dan keluarga itulah yang terbaik, yang saya butuhkan bukan yang saya inginkan.
Saya mengajar di SMK Tunas Muda Karanganyar sejak tahun 1999. Sampai sekarang sudah 15 tahun saya mengabdikan diri di sekolah yang mayoritas siswanya adalah laki-laki. Alhamdulillah selama ini saya tidak mengalami kendala yang cukup berarti. Bagi saya mengajar dan mendidik adalah bagian hidup saya.
Saya mendisiplinkan diri saya sendiri. Saya bekerja sesuai dengan bidang saya. Saya loyal pada sekolah yang telah banyak memberikan pelajaran hidup. Sahabat-sahabat saya sangat dekat hubungan persaudaraannya. Saya merasa meskipun saudara kandung saya jauh tapi saya memiliki saudara di lingkungan kerja saya.
Rezeki, itu sudah ada yang mengatur. Saya percaya Allah telah menitipkan rezeki kepada keluarga dalam jumlah cukup. Cukup untuk makan, minum, bayar listrik, bayar air PAM, beli pulsa, memperpanjang hidup kuota internet, beli susu anak-anak, beli bensin, menabung, membayar SPP si kecil, membayar biaya penitipan anak, dan lain-lain. Kalaupun akhirnya Allah mengurangi jatah saya menerima rezeki, saya tetap bersyukur.
Ceritanya di sekolah saya ada guru baru. Guru baru tersebut diberi jam sesuai dengan maple yang diampu (matematika). Guru lama yang mengampu matematika sebenarnya lulusan jurusan Kimia. Kemudian guru matematika yang jam pelajarannya berkurang diberi jam pelajaran IPA (yang mengajar IPA adalah saya). Dengan demikian penambahan guru baru ini mengurangi jumlah jam mengajar saya. Kecewakah saya? Oh tidak! Saya percaya rezeki yang membagi itu Allah bukan manusia.
Memang secara matematis, jumlah jam mengajar saya berkurang maka honor mengajar saya juga berkurang. Tapi matematikanya kehidupan tidak begitu. Honor boleh berkurang tapi keberkahannya jangan sampai berkurang. Waktu Bapak KS bilang,”Bu Ima, maaf jam panjenengan berkurang. Maka bulanan yang diterima juga berkurang.”
“Bagi saya honor sedikit tidak masalah. Insya Allah yang sedikit itulah lebih barokah.”
Saya tahu Bapak KS kaget. Pasti beliau tidak menyangka kalau saya akan mengatakan seperti itu. Jangan kaget Pak. Biasa saja, wong saya itu menerima uang banyak tidak heboh dan menerima uang sedikit juga tidak merasa menjadi orang termiskin sedunia.   
Bulan ini penerimaan honor saya terjun bebas. Alhamdulillah, masih cukup untuk membeli bensin, membeli nasi tumpang, membeli tempe goreng, membeli thengleng dan gule buat anak-anak. Honor saya juga masih cukup untuk membeli susu,  gas, dan pakan ayam. Bersyukur saja, jangan merasa sakit hati. Saya yakin Allah akan menunjukkan jalan untuk membuka pintu rezeki yang lain. Tetap semangat Ima…..
Karanganyar, 1 Desember 2015

Jumat, 27 November 2015

Penyesalan (Tangan Kiri Anakku Patah)


Gambar 1. Faiz sebelum operasi
Sumber: dok. Faiqah Nur Fajri
Sudah beberapa kali saya mengingatkan suami untuk momong Faiz dengan baik. Ke mana saja anaknya pergi harus selalu suami menyertai. Kata suami,”Anak laki-laki, gakpapa.” Apalagi kalau sudah naik sepeda, saya selalu minta pada suami agar berada di dekatnya.

Yang kedua adalah saya sudah minta pada suami agar depan garasi yang berbatasan dengan sawah tetangga untuk dipagar atau ditembok. Rupanya kata-kata saya tak dihiraukan.

Sore itu, saya dan suami dikejutkan teriakan Faiz, si thole, anak keduaku. “Ayah, tolong…..”
Suami langsung keluar, Faiz sudah ditolong oleh saudara saya yang bekerja menggarap sawah belakang rumah. Suami menggendong Faiz dan berkata,”Ma, tangan Faiz patah.”

Saya diam saja. Saya pegangi tangan Faiz, Faiz berada di pangkuan saya.
Akhirnya, kami membawa Faiz ke rumah sakit diantar tetangga. Di sepanjang jalan, suami menangis dan berulang-ulang minta maaf pada Faiz,”Le, ayah minta maaf.”

Menyesal, barangkali itulah kata yang pas buat mengungkapkan kata hatinya. Tapi semua sudah tak ada artinya.

Karanganyar, 27 Nopember 2015

Rabu, 11 November 2015

Dunia Anak adalah Dunia Bermain

Gambar 1. Senyum Ceria
Sumber: dok. Faiqah Nur Fajri
Sudah beberapa hari ini Thole dijemput siang. Tidak seperti waktu-waktu sebelumnya, pulang sekolah Thole berada di Taman Penitipan Anak dan dijemput untuk pulang ke rumah pada sore hari. Saya sering merasa kasihan kalau Thole dijemput sore, waktu berada di rumah jadi sedikit. Pertemuan dengan Thole begitu singkat karena setelah Maghrib keburu tidur. Akan tetapi bila Thole pulang/berada di rumah siang hari, maunya naik sepeda ngeluyur terus. Tambah tidak tega karena jalan depan rumah dan perumahan ramai.
Bila sudah di rumah, saya berusaha untuk mengajarkan huruf dan angka, atau sekedar bertanya tentang huruf dan angka. Ternyata Thole belum begitu paham dengan huruf dan angka, baru beberapa saja yang dia tahu. Dibandingkan dengan Dhenok, rasanya jauh. Dulu ketika Dhenok seusia Thole, dia sudah memiliki kesadaran untuk belajar. Mudah bagi saya untuk mengajarkan membaca dan menulis.
Saya memang harus mau menerima kelebihan dan kekurangan kedua anak saya, si Thole dan Dhenok. Saya kadang membatin, di tempat les membaca si Thole itu perkembangannya bagaimana ya? Saya lalu memupus harapan dengan menerima keadaan si Thole. Mungkin saatnya saya harus mengajarkan huruf dan angka sendiri sambil bermain. Atau mungkin saya mengajar Thole setelah bangun tidur pagi, sebelum Thole mengayuh sepeda di pagi hari untuk olahraga.
Semoga si Thole segera berkeinginan bisa membaca tanpa dipaksa. Dunia dia adalah dunia bermain dan sesuatu yang menyenangkan. Bagi anak-anak dunia ini menyenangkan kalau banyak bermain. Ketika ada paksaan untuk melakukan sesuatu, itu pelanggaran hak. Dan sesuatu yang tak menyenangkan tersebut ditunjukkan dengan sakit panas sebagai bentuk protesnya.

Karanganyar, 11 Nopember 2015

Rabu, 04 November 2015

Kupu-kupu, Mitos dan Syirik

Gambar 1. Kupu-kupu, Mitos atau Syirik
Sumber : dok. Faiqah Nur Fajri
Sejak akhir tahun 80-an hingga 90-an, kakak saya yang sudah bekerja sering mengatakan kupu-kupu yang masuk ke dalam rumah pertanda akan datang rezeki. Sebetulnya itu hanya iseng-iseng saja. Tidak percaya-percaya amat.
Kalau kebetulan setelah ada kupu masuk kok terus ada rezeki yang tiba-tiba datang, itu bukan karena kupu-kupu. Semua itu sudah diatur oleh Allah. Biarpun beberapa kupu-kupu yang masuk rumah berlama-lama hinggap di dinding, kalau belum datang waktunya ya rezeki yang diharap-harap nggak bakalan datang.
Sekarang saya tinggal di rumah sendiri, jauh dari Yogya, jauh dari kota. Saya tinggal di tengah sawah. Ada pohon pisang dan pohon keras lainnya. Mau tidak mau saya harus melihat kupu-kupu setiap saat. Terutama kupu-kupu dari ulat yang makan daun pisang. Orang Jawa bilang “Enthung”.
Terserah apa kata orang! Ada kupu-kupu pembawa rezeki mau dikatakan mitos, atau tahayul, atau syirik terserah mereka-mereka saja. Tapi itulah kenyataannya. Rezeki adalah pemberian dari Allah bukan dari kupu-kupu.
Kalaupun ada kupu-kupu yang masuk rumah kemudian saya mendapatkan rezeki, percayalah bahwa rezeki tersebut bukan dari kupu-kupu. Sekali lagi rezeki itu dari Allah.
Sudah beberapa kali kejadian ini berlangsung. Kalau saya sih kerap percaya kalau kupu-kupu masuk rumah maka sebentar kemudian dapat rezeki. Tapi saya ada dasarnya lo. Karena saya kan bekerja dan saya mendapatkan honor.
Hanya saja kok kupu-kupu tahu tanggalnya ya? Atau kupu-kupu tersebut sudah membaca buku primbon, atau si kupu-kupu Cuma kira-kira saja. Ealah, kupu-kupu masuk rumah (biarpun tidak musim kemarau, tidak musim bunga) kok ya tanggal-tanggal tua. Jantung saya jadi berdesir lo bila ada kupu-kupu yang masuk dapur. Beberapa hari berikutnya dapat diduga, bakalan terima honor sebab kami terima honor di tanggal tua.
Kupu-kupu masuk rumah, saya sih menanggapi biasa saja. Gak percaya mitos apalagi tahayul. Tapi saya sering berharap ada sesuatu yang dapat saya terima. Rezeki kan tidak hanya uang, bisa berupa macam-macam.
Jadi jangan sinis bilang percaya kayak gitu namanya syirik! (SELESAI)
Karanganyar, 4 Nopember 2015

Minggu, 01 November 2015

Akhirnya Berhasil Sampai Ngruki dengan Modal Nekad

Gambar 1. Kopdar IIDN Solo
Sumber: dok.pri
Seumur-umur baru sekali ini saya melakukan perjalanan jauh. Biasanya saya selalu diantar suami bila bepergian jauh. Seandainya suami tak ada di rumah, kalau tidak naik angkutan umum, saya tidak diizinkan naik sepeda motor sendiri.
Bagi orang lain jarak antara Karanganyar-Solo hanya dekat saja. Berbeda dengan saya, saya membayangkan pos-pos tertentu yang saya pakai untuk acuan kesuksesan saya menempuh perjalanan. Berlebihan? Ya, mungkin.
Hari ini suami melayat kemudian dilanjutkan bersilaturahmi ke rumah temannya. Anak-anak ikut serta. Saya memberanikan diri naik sepeda motor karena suami sudah memberi izin. Modal saya adalah nekad, bensin full (bukan bengsin lo, kalau bahasa jawa memang bengsin kali), rute sekedarnya, uang secukupnya dan doa.
Dengan kecepatan 30 km/jam, saya menempuh perjalanan Karanganyar-Ngruki selama 1 jam. Plok-plok, berhasil-berhasil. Demikian juga waktu pulang, kecepatan dan waktu tempuhnya sama.
Mungkin karena suami khawatir, maka dia menelpon saya. Saya baik-baik saja. Alhamdulillah saya sampai Ngruki lalu tiba di rumah dengan selamat. Teman-teman saya yang bergabung di IIDN Solo memberikan selamat pada saya. Soalnya mereka tahu keadaan saya yang belum pernah muter-muter sendiri. Terima kasih suami dan teman-teman IIDN Solo yang sudah memberikan dukungan kepada saya untuk bergabung dan ikut KOPDAR. Sampai di rumah saya dikejutkan dengan oleh-oleh sayuran yang dibawa suami. Ada sawi, labu siam, daun bawang dan tomat.
Gambar 2. Sayuran dari Ngargoyoso
Sumber: dok.pri
Karanganyar, 1 Nopember 2015

Sabtu, 31 Oktober 2015

Semangkuk Mie Ayam Buat Ibu Membawa Keberkahan

Gambar 1. Me, mom, nok Faiq
Sumber: dok.pri
Tahun 1997, saya mulai mengajar di MA Ali Maksum, Krapyak Kulon, Yogyakarta. Dengan jam mengajar yang tak begitu banyak praktis honor yang saya peroleh tidak banyak. Akan tetapi dengan honor yang sedikit tersebut, Alhamdulillah, keberkahannya dapat dinikmati. Saya hanya mengajar 8 jam per minggu ditambah piket satu hari. Total honor yang saya dapatkan adalah Rp. 42.000,00.
Jarak antara tempat mengajar dengan rumah tidak terlalu jauh. Dengan berjalan kaki saja tidak akan kelelahan. Saya sering diantar Bapak bila berangkat mengajar. Bapak juga menjemput saya di dekat sekolah. Saya sering menolak bila Bapak menjemput.  Kasihan Bapak, ada pekerjaan yang dilakukan di rumah. Dengan santai saya selalu jalan kaki.
Saya masih ingat ketika  menerima honor pertama, hanya satu yang saya cari yaitu pedagang mie ayam. Saya ingin memberikan yang terbaik dari honor saya untuk Ibu. Karena sebelumnya saya bertanya pada beliau,
”Bu, besok saya terima honor. Ibu pingin dibelikan apa?”
“Belikan mie ayam.”
Hanya mie ayam! Tidak lebih! Mie ayam yang harganya lima ratus rupiah! Tapi di balik mie ayam seharga lima ratus rupiah itu tersimpan hikmah. Beberapa saat kemudian saya mendapatkan job memberi les kimia di beberapa tempat. Saya tak perlu mencari murid, mereka datang dari tempat les. Bagi saya ini adalah anugerah luar biasa.
Terima kasih MA Ali Maksum, rezeki yang saya dapatkan dari sini benar-benar barokah. Tidak hanya di sini, saya yang baru beberapa bulan mengajar (belum ada satu tahun) sudah dipercaya untuk menulis ijazah (80 lembar). Ibu dan Bapak senantiasa memberi dukungan pada saya. Ketika menulis ijazah ini Ibu dan Bapak bergantian menemani malam saya dengan melakukan sesuatu. Atau pagi-pagi saya dibangunkan agar tak melewatkan kesempatan sholat subuh di masjid. Terima kasih Ibu dan Bapak.
Dari menulis ijazah ini saya mendapatkan honor yang lumayan besar. Tak lupa saya menawarkan pada Ibu dan Bapak. Tapi mereka bilang honornya ditabung saja. Bagaimana tidak terharu, Ibu dan Bapak tidak mau mengganggu keuangan saya.
Benar juga kata orang tua, harta milik orang tua adalah untuk anak-anaknya tapi harta milik anaknya bukan untuk orang tuanya. Tapi sebagai muslim saya memiliki pemahaman yang berbeda. Harta anak-anak adalah sepenuhnya untuk orang tuanya (kalau pada akhirnya orang tua hanya mendapatkan sepersekian persen, itu lain lagi ceritanya).
Keberkahan rezeki tidak dilihat dari sedikit atau banyaknya harta yang kita miliki. Asal kita bisa mendistribusikan tepat sasaran, Insya Allah keberkahan itu akan kita rasakan. Jangan pernah mengatakan kewajiban orang tua memenuhi kebutuhan anaknya, tapi anak tidak punya kewajiban memenuhi kebutuhan orang tua.
Sekarang saya mendapatkan hikmah yang luar biasa dari sekedar membelikan semangkuk mie ayam. Setelah menikah, tak hanya semangkuk mie ayam buat Ibu ditambah dengan segelas dawet atau cincau Dongkelan buat Ibu. (Bersambung)
Karanganyar, 31 Oktober 2015

Jumat, 23 Oktober 2015

Menjadi Kaya Dengan Menulis

RESENSI
Judul Buku                  : Menjadi Kaya Dengan Menulis
Penulis                         : Noer Ima Kaltsum, S.Pd.
Penerbit                       : CV. Smartmomways, Klaten
Cetakan                       : September 2014
Tebal                           : 75 hal + v
ISBN                           : 978-602-713-618-2
Kebiasaan menulis bagi setiap orang akan memberikan pengaruh positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Tulisan yang sarat dengan pesan juga akan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Setiap orang sebenarnya bisa menuliskan sesuatu sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Tulisan itu sendiri bisa mendatangkan rezeki dan membuat kaya bagi penulis. Kaya di sini tidak semata-mata dimaknai dengan materi. Kekayaan tersebut bisa berupa uang, saudara atau ilmu yang disebarluaskan.
Buku ini mengajak pembaca untuk berani menulis. Menulis dari hal-hal yang kecil, sesuai hobi dan kesukaannya. Menulis dengan mengalir dan gaya bahasanya sendiri jauh lebih gampang daripada mengikuti aturan kepenulisan yang berlaku. Teori-teori kepenulisan bisa dipelajari dan diterapkan sambil menulis.
Proses menulis dimulai dari mencari ide, menuangkan gagasan, menyelesaikan tulisan lalu memublikasikan. Menulis sedikit demi sedikit dan konsisten. Setelah tulisan jadi dan selesai, tulisan tersebut perlu dipublikasikan agar bermanfaat bagi orang lain. Ketekunan, pantang menyerah, berani menerima kegagalan dan berusaha bangkit dari kegagalan adalah kunci menuju keberhasilan.
Agar kemampuan menulis semakin terasah maka perlu menjalin komunikasi, berbagi pengalaman dan terus belajar. Bergabung dengan komunitas sesama penulis, kemampuan menulis akan semakin tajam. Kelebihan-kelebihan dari penulis lain bisa diadopsi.
Buku ini berkisah tentang penulis dari awal mulai menulis, mengirimkan hasil tulisan ke media cetak. Kisah tentang keberhasilan menembus media dan triknya, serta mendapatkan honor. Kisah yang penuh dengan liku-liku dalam menerbitkan sebuah buku dan banyak pesan yang bermanfaat bagi pembaca. Beberapa contoh hasil karya disertakan dalam buku ini.
Apapun profesinya seseorang tetap bisa menulis. Tak ada kata terlambat untuk memulai menulis. Menulis bukan hanya dimonopoli oleh orang-orang yang telah sukses menulis. Siapapun bisa menulis. Sejatinya seorang penulis tidak dibatasi oleh usia. Dari menulis ternyata bisa menghasilkan uang. Tentu saja buku Menjadi Kaya Dengan Menulis dapat menginspirasi dan memotivasi pembaca untuk mau menulis. (Selesai)
Karanganyar, 8 Maret 2015

Sabtu, 17 Oktober 2015

Semakin Dikenal Orang Berkat SOLOPOS

Semakin Dikenal Orang Berkat SOLOPOS
Oleh : Noer Ima Kaltsum
Gambar 1. Bersama IIDN Solo Setelah Mengisi Talkshow
Sumber : dok.IIDN Solo
Saya mengenal koran SOLOPOS sejak tahun 1999. Pertama kali membaca SOLOPOS ketika saya berada di sekolah tempat mengajar. Biasanya saat waktu luang saya menyempatkan diri untuk membaca koran. Berita, hiburan, artikel bahkan iklan-iklannya juga saya baca. Bila hari Minggu, saya membeli sendiri SOLOPOS edisi hari Minggu dengan cara membeli eceran.
Banyak manfaat yang saya peroleh dari membaca koran ini. Lama-lama saya ingin sekali mengirimkan naskah ke SOLOPOS. Tahun 2011 adalah tahun di mana saya mulai menulis lagi dan pertama kali saya mengirim naskah di SOLOPOS. Alhamdulillah, cerita anak dengan judul Slamet (kemudian judulnya diubah menjadi Namaku Slamet), dimuat di SOLOPOS edisi Minggu.
Betapa bahagianya hati saya. Selain merasa bahagia karena tulisan saya dibaca orang lain, juga berbahagia karena mendapat honor. Terima kasih SOLOPOS, akhirnya tulisanku pecah telur. Ternyata rezeki saya tidak hanya itu, beberapa cerita anak dan cerpen juga dimuat di SOLOPOS.
Selain di SOLOPOS tulisan saya ada yang dimuat di majalah. Bagi saya SOLOPOS merupakan tempat belajar menulis saya. Dengan dimuatnya beberapa cerita anak/cerpen membuat saya termotivasi untuk membuat cerita yang lebih bagus. Saya tidak puas hanya menulis dengan kualitas tulisan biasa saja, maka saya memelajari cara menulis yang baik.
Pengalaman menulis di SOLOPOS lainnya adalah dimuatnya cerita lucu di Ah Tenane dengan tokoh utama Jon Koplo. Ada 3 buah cerita lucu yang sudah dimuat di Ah Tenane. Sekali lagi, keuntungan saya membaca dan menulis di SOLOPOS adalah bertambahnya wawasan dan ilmu serta mendapatkan keuntungan materi berupa honor. Saya bersyukur honor dari SOLOPOS membawa keberkahan karena bisa dinikmati teman guru dan murid-murid.
Dengan membaca tulisan/berita dari SOLOPOS saya bisa mendapatkan ide. Biasanya berita-berita atau tulisan yang saya baca dari SOLOPOS, saya jadikan bahan referensi tulisan saya yang akan saya tayangkan di blog pribadi dan blog keroyokan kompasiana dengan alamat www.kahfinoer.blogspot.com dan www.kompasiana.com/noerimakaltsum.
Tahun 2013, saya bergabung di dalam komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis Solo. Di komunitas inilah saya menceritakan pengalaman saya menulis di SOLOPOS. Cerita saya ini tentu saja merupakan peluang bagi teman-teman untuk mengirimkan naskah ke SOLOPOS. Bahkan setelah tulisan saya dimuat di Ah Tenane, teman-teman IIDN Solo ikut bersemangat untuk mengisi tulisan di Ah Tenane. Berkat virus yang saya tularkan dan motivasi untuk anggota yang saya sampaikan, alhamdulillah lebih dari 75% anggota IIDN Solo tulisannya pernah tembus di Ah Tenane SOLOPOS.
Saya paling rajin membaca Ah Tenane tiap pagi. Sering saya memberi tahu teman IIDN Solo yang tulisannya dimuat di Ah Tenane SOLOPOS. Biasanya mereka mengatakan menunggu mbak Ima memberi kabar tulisannya dimuat di Ah Tenane.
00000
Dunia tulis-menulis mulai saya tekuni tahun 1989. Ketika itu saya duduk di bangku SMA. Karena cerita anak yang saya tulis pernah dimuat di majalah lokal Yogyakarta, maka saya berusaha untuk mengembangkan kemampuan saya. beberapa dongeng sempat dimuat di koran lokal, Kedaulatan Rakyat. Sayang, setelah kuliah saya berhenti sementara menulis.
Setelah vakum beberapa tahun lalu saya mulai menulis lagi, saya berniat berbagi ilmu untuk siapa saja. Alhamdulillah, wadah yang saya ikuti Ibu-ibu Doyan Nulis Solo semakin membuat saya lebih berarti. Tiap anggota IIDN mempunyai kewajiban untuk menularkan ilmu yang dimiliki. Pada bulan Juni dan Agustus tahun ini (2015) IIDN Solo diberi kesempatan untuk mengisi talkshow yang diadakan di eks Goro Assalam. Talkshow tersebut bertujuan untuk  meramaikan Pameran Buku Murah.
Beberapa anggota IIDN Solo menjadi narasumber, termasuk saya. Pada bulan Juni, tema yang kami usung adalah Manajemen Waktu Ala IIDN Solo. Meskipun peserta talkshow tidak banyak, tapi talkshow tetap berjalan seru. Apalagi pada sesi tanya jawab, kami sebagai narasumber bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Kadang peserta talkshow memberikan suatu pertanyaan di luar tema. Tak apalah, yang penting semua bisa berjalan fleksibel.
Pertanyaan yang sering disampaikan (baik pada KOPDAR IIDN anggota baru, maupun di group facebook) adalah ke mana tulisan yang sudah kita buat bisa kita kirimkan. Kami anggota IIDN Solo sudah tidak asing dengan koran SOLOPOS, maka kami menyarankan untuk mengirimkan ke media cetak lokal lebih dahulu, misalnya SOLOPOS.
Talkshow yang kedua pada bulan Agustus, mengusung tema Nulis Jadi Duit. Oleh karena kami sudah punya pengalaman menjadi narasumber, maka pembawaan kami sudah semakin matang. Peserta talkshow kali ini tidak sama dengan yang dulu, tapi pertanyaan ke mana tulisan harus kita kirimkan tetap ada. Sekali lagi, secara tidak langsung kami memromosikan SOLOPOS. Kami juga menyebutkan beberapa rubrik yang bisa diisi oleh pembaca. Dengan demikian penanya akan memiliki gambaran, tulisan yang manakah yang bisa dikirimkan dan dimuat di SOLOPOS. Tentu saja kami memberikan sedikit bocoran bahwa nulis di SOLOPOS juga dapat duit loh (maksudnya dapat honor).
 Awal bulan Oktober 2015, kami IIDN SOLO diwawancarai oleh wartawan Hadila. Tentu saja yang kita sampaikan sekitar dunia penulisan. Semoga dengan tampil di Majalah Hadila IIDN Solo, khususnya saya semakin dikenal orang.
Alhamdulillah, di komunitas menulis yang saya ikuti bila ada anggota baru teman-teman mengatakan kalau tulisan saya di SOLOPOS sudah tak diragukan lagi. Sebenarnya saya malu dibilang seperti itu. Tulisan saya belum seberapa dibandingkan yang lain. Tapi apa yang dikatakan teman saya merupakan doa, semoga saya tetap bisa eksis menulis. Akan lebih senang lagi kalau tulisan saya tembus SOLOPOS lagi dan mendapat honor (#edisi mengharap dengan sangat, hehe).
00000
SOLOPOS edisi Minggu biasanya tulisan yang saya baca tentang keluarga. Kalau selain hari Minggu biasanya saya membaca tulisan secara acak dan berita aktual. Dengan demikian saya tidak ketinggalan berita. Membaca berita bersama teman-teman sering berlanjut menjadi diskusi. SOLOPOS memang menambah wawasan kami. Delapan belas tahun usia SOLOPOS, semoga SOLOPOS semakin berbobot.
00000
Noer Ima Kaltsum, S.Pd: Guru Kimia SMK Tunas Muda Kab. Karanganyar, bergabung di Ibu-ibu Doyan Nulis Solo.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Writing Contest Soloensis:
Soloensis

Selasa, 13 Oktober 2015

Pesona Indahmu, Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur

Gambar 1. Lelah, tetap ceria
Sumber: dok.pri
Hari Sabtu-Senin, 10-12 Oktober 2015 saya akan mengadakan perjalanan bersama keluarga dan teman-teman suami. Meskipun sudah tidak mengajar lagi di SMP N 2 Jumantono, Karanganyar, dalam banyak kegiatan di luar sekolah suami masih diajak ikut serta. Di antaranya berwisata ke Gunung Bromo dilanjutkan ke Malang. Peserta yang mengikuti wisata kali ini sebanyak 13 orang. Rombongan dibagi menjadi 2, 2 mobil mengangkut rombongan ini.
Gambar 2. Keluarga Kecil
Sumber: dok.pri
Jadwal berangkat Sabtu malam pukul delapan. Akan tetapi pemberangkatan diundur karena ada suatu hal. Pukul 9 kami meluncur lewat Matesih-Tawangmangu-Magetan dan seterusnya.
Dari Karanganyar sampai Pasuruan kami tak mengalami kendala yang berarti. Selama perjalanan mata saya tidak dapat terpejam karena saya mengawasi si kecil yang tidur di jok belakang berhadapan dengan jok saya. Anak TK tersebut tidur dengan pulas. Akan tetapi setiap terjaga dia langsung duduk, mungkin dia bingung sedang berada di mana.
Ada cerita menarik ketika berhenti di SPBU Kertosono untuk mengisi bahan bakar sekalian nge-tap bagi yang mau buang air kecil. Toilet antriannya panjang, airnya habis pula. Semula kami mau mengurungkan niat untuk buang air, tapi setelah ada orang yang laporan pada karyawan akhirnya tendon air diisi lagi. Plong, sukses menghadapi rintangan. (kata kunci : air sangat penting. Tak ada air = cotho)
Saat azan subuh, kami sudah berada di Probolinggo (Ahad, 11 Oktober 2015). Waktunya shalat berjamaah. Perut saya mulai kosong, minta diisi. Suami membeli the hangat buat kami. Di sekitar masjid banyak penjaja makanan. Saya tertarik membeli lumpia dan molen. Dua anak saya menyantap molen (saya ikut mencicipi rasanya enak). Saya makan lumpia, rasanya masam/basi. Berarti lumpa basi yang dipanaskan (mbak penjaja, mbok jualan ki makanan yang baik-baik saja). Beruntung perut saya tidak mengadakan reaksi apa-apa.
00000
Setelah shalat subuh perjalanan kami lanjutkan. Saya mulai merasakan udara dingin terasa segar (persis di Tawangmangu) ketika melewati jalan menanjak. Pagi menyapa. Di pinggir jalan saya lihat aktifitas jual beli dan pedagang melambaikan tangan menawarkan dagangannya. Kami terus berlalu. Saya menikmati pagi yang semakin terang. Saya benar-benar merasakan suasana Tawangmangu pada pagi hari. Ya, menuju Gunung Bromo ini kondisinya seperti Tawangmangu.
Semakin tinggi keberadaan kami, udara semakin dingin. Ada pemandangan yang berbeda antara di sini dengan di Tawangmangu. Di Tawangmangu, pada musim kemarau air untuk pertanian masih tersedia. Banyak petani yang tetap menanam sayuran di musim kemarau. Kalau di Bromo dan sekitarnya begitu kering dan meranggas, gersang. Sebenarnya saya melihat tanaman loncang alias daun bawang di tanah pertanian yang luas. Hanya saja karena kekurangan air, tanaman-tanaman loncang tersebut mulai kering.
Gambar 3. Tanaman Loncang kering
Sumber: dok.pri
Belum sampai obyek yang kami tuju ternyata matahari sudah kelihatan dan mulai meninggi. Nok Faiq sempat mengambil beberapa gambar. Kami gagal melihat sunset. Tak apalah, mungkin saya akan mendapatkan pengalaman yang lebih menarik lainnya.
Sebelum sampai tempat parkir, kami dicegat beberapa orang. Mereka menawarkan jeep yang bisa disewa atau melayani jasa antar jemput ke Bromo dan Pura.
Gambar 4. Jeep Antar Jemput
Sumber: dok.pri
Untuk bisa dijadikan perhatian dan dijadikan bahan pertimbangan:
1.    Menggunakan jasa/armada jeep satu armada ongkosnya Rp. 250.000,00 PP. Dari tempat parkir ke Bromo, balik lagi. Satu armada untuk 6 orang penumpang dan 1 orang sopir. Karena kami berjumlah 13 orang ( 1 anak kecil), kami memerlukan 2 armada. Untuk armada kami mengeluarkan ongkos Rp. 500.000,00.
2.    Masuk obyek (tapi tidak ada tiketnya) perorang membayar Rp. 32.500,00. Setelah disepakati, kami membayar Rp. 250.000,00/13 orang.
Gambar 5. Nego dengan Paguyuban Jeep
Sumber: dok.pri
Di sekitar Gunung Bromo dan Pura, luar biasa indahnya. Udara dingin, kabut turun, dan tanah berpasir. Bila kita menghembuskan nafas, akan kelihatan sekali mengeluarkan uap. Dari tempat parkir (di sisi Gunung Bromo), kami harus berjalan menuju gunung dan bisa melihat kawah. Kalau kita tidak mau lelah berjalan, ada kuda yang siap mengantarkan kita sampai di dekat gunung sebelum naik tangga. Untuk sekali perjalanan ongkos naik kuda Rp. 50.000,00. Jadi PP Rp. 100.000,00.
Gambar 6. Motret dari Atas
Sumber: dok.Faiqah Nur Fajri
Faiz merengek-rengek ingin naik kuda. Saya dan suami tugasnya mengalihkan perhatian supaya Faiz tidak minta naik kuda. Saya bilang uang buat naik kuda, kalau digunakan untuk membeli payung dapat 2 buah. Naik kuda dengan payung, kok jauh banget ya? Beberapa hari yang lalu Faiz minta payung. Alasannya kalau pas hujan, dia tidak kehujanan di sekolah. Saat itu saya belikan. Akhirnya Faiz mau diajak jalan kaki.
Gambar 7. Kuda siap mengantar
Sumber: dok.pri
Wisatawan yang datang dengan bersepeda motor juga banyak. Padahal untuk mencapai tempat ini mereka mengalami rintangan yang cukup berat. Ban sepeda terseok-seok melewati pasir. Baik motor matic, bebek, trail dan lain-lain mengalami kesulitan. Untuk jeep saja juga mengalami kesulitan, tapi bisa cepat menyesuaikan diri begitu ban terjebak dalam pasir.
Gambar 8. Pemuda Touring
Sumber: dok.Faiqah Nur Fajri
00000
Saya tidak ikut naik ke atas untuk melihat kawah dari dekat. Faiz tidak mungkin saya ajak naik tangga dan medannya berat untuk anak seusia dia. 
Gambar 9. Tangga menuju kawah
Sumber: dok.Faiqah Nur Fajri
Saya hanya menunggu berita dari suami dan Nok Faiq. Beberapa saat kemudian, suami mengirim pesan singkat : Alhamdulillah, sampai bibir kawah, Subhanallah.
Gambar 10. Bibir kawah, mengeluarkan asap bau belerang
Sumber: dok.Faiqah Nur Fajri
Gambar 11. Bersama Wisatawan mancanegara
Sumber: dok.Faiqah Nur Fajri
Faiz mulai rewel karena lelah. Matahari kian meninggi, kabut mulai hilang. Udara tetap dingin, tapi sinar matahari mampu “menggosongkan” muka kami. Debu mulai bertebaran. Kuda dan manusia berjalan menebarkan pasir-pasir halus. Masker tetap kami pakai untuk melindungi hidung dan mulut. Beberapa pedagang menawarkan kaos tangan, tutup kepala, masker, souvenir (bunga edelweiss kering), syal dan lain-lain.
Gambar 12. Bunga Edelweis
Sumber: dok.Faiqah Nur Fajri
Pukul 08.30 kami berkumpul di dekat tiang bendera menanti jeep mobil jemputan. Perjalanan menuju tempat parkir, di mana mobil kami diparkir, diikuti iring-iringan sepeda motor anak-anak muda mengadakan touring.
Lega rasanya, akhirnya kami sampai di tempat parkir. Perut mulai keroncongan. Kepala nyut-nyut karena kelaparan. Ternyata kondisi saya juga dialami teman-teman yang lain. Pukul 09.00 kami meninggalkan Bromo dalam keadaan lapar dan lelah (semoga 2 anak saya tetap sehat dengan ngemil camilan seadanya).
Pukul 10.00 kami tiba di rumah makan. Bila yang lain mandi dahulu, saya dan keluarga makan dulu (terpaksa saya minum obat sakit kepala). Alhamdulillah agak mendingan. Perjalanan kami lanjutkan menuju Ponpes Salafiyah di Turen, Malang. (BERSAMBUNG)
Karanganyar, 13 Oktober 2015
Ada catatan penting :
Ketika ke Bromo yang perlu dipersiapkan adalah: jaket tebal beserta tutup kepala, kaos tangan, syal, sepatu tertutup, payung, minuman secukupnya. Bagi yang alergi dingin, bersiap-siap mengatasi penyakitnya. Bila membawa anak kecil, pastikan anak bisa mandiri.
Agar kita bisa melihat sunset, bila berangkat dari Solo dan sekitarnya diusahakan berangkat pukul tiga sore (perjalanan bisa santai, istirahat cukup).