Sabtu, 30 Desember 2017

Tantangan Menulis Dibatasi Jumlah Karakter

noerimakaltsum.com
dok.aufi
Bagi seorang penulis, surat cinta dari penerbit atau media di mana naskah tersebut kita kirimkan, sangat berarti bagi kita. Kalau ternyata kabar yang dibawa itu adalah kabar baik, maka kita akan terus bersyukur dan bersyukur serta berbahagia tiada tara. Entah itu kabar baik tentang naskah kita yang layak terbit atau tayang tanpa revisi, maupun naskah kita diminta untuk sedikit diedit.

Kalau ternyata kabar tersebut adalah bukan kabar baik, maka sudah biasa kita berbesar hati menerima berita itu. Kita tidak mungkin marah dan menggerutu. Memang, dengan penolakan tersebut, kadang kita menjadi tidak bersemangat alias nglokro. Nglokro sebentar boleh, jangan lama-lama lalu bangkit, nulis lagi. Ayo, semangatttt.

Beberapa hari yang lalu, saya mendapatkan pesan lewat sms. Isinya, naskah saya diminta untuk diedit kembali. Tulisan saya terlalu panjang, menurut pengasuh rubrik tersebut. Padahal pada rubrik tersebut ada tulisan kecil yang isinya pembaca bisa mengirimkan naskah dengan jumlah karakter minimal 4000 karakter.  Saya sudah berusaha memenuhi persyaratan tersebut. Akan tetapi ternyata tulisan saya diminta untuk diringkas menjadi 2300 karakter with space. What?

Bayangkan, 4000 karakter lebih menjadi 2300 karakter, bagaimana tidak bingung. Itu artinya hampir 50% tulisan saya pangkas. Bismillah, saya berdoa semoga Allah memudahkan pekerjaan saya. Dengan edit sana-sini, memilih kata-kata yang efektif, dengan perjuangan yang keras, saya berhasil mengedit. Ya Allah, semoga masih rezeki saya.

Beginilah penulis, tugasnya menulis. Ternyata tugas penulis juga mengedit tulisan. Oleh sebab itu, memang mengendapkan tulisan barang 1-2 hari itu perlu agar kita bisa mendapatkan tulisan yang layak, hasilnya maksimal.

Menulis dibatasi jumlah karakter, sebenarnya sudah saya lakukan saat menulis cerita humor Ah Tenane dengan lakon Jon Koplo. Tulisan maksimal 1 1/4 halaman dalam cerita humor tersebut. Kalau ternyata terlalu panjang, saya akan menghilangkan beberapa kata tanpa mengurangi makna. Inilah tantangan penulis, menulis dibatasi jumlah karakter.

Beruntung, kini saya sudah mengenal komputer dan laptop. Bayangkan, seandainya saya menulis dengan mengetik secara manual, bagaimana saya memperkirakan jumlah karakter/kata? Saya memang termasuk generasi spesial. Saya pernah mengirim naskah yang ditulis dengan mesin ketik biasa dan kali ini menulis menggunakan alat tulis digital.

Ternyata oh ternyata, menulis outline itu perlu, menulis kerangka tulisan itu tidak keliru. Kalau langkah tersebut sudah dilakukan, hanya perlu mengembangkan tulisan.

Semoga bermanfaat. Ayo, menulis. Ayo, sebarkan virus menulis.

#kahfinoer

Karanganyar, 30 Desember 2017


D'LOOPS Crispy Oats Chocolate Flavour

noerimakaltsum.com
dok.pri

Ketika berbelanja di pasar tradisional bersama si kecil, saya tertarik dengan makanan ringan D'LOOPS Crispy Oats Chocolate Flavour. Dulu, saya pernah mencicipi makanan ini tapi rasa vanila (kalau tidak salah). Saya mengambil satu bungkus. Si kecil berbelanja banyak makanan kecil dan susu kotak.

D'LOOPS Crispy Oats Chocolate Flavour rasanya mantap. Makanan ringan ini cocok menemani saya ketika menulis sambil nyeruput teh hangat. Rasanya tiada duanya.

Oh ya, makanan ringan ini sudah bersertifikat ISO dan halal lo. D'LOOPS Crispy Oats Chocolate Flavour diproduksi oleh PT. Sanfood Prima Makmur, Demak - Indonesia.

Komposisi:

Ostmeal (terigu, gula dan minyak nabati), Mengandung antioksidan TBHQ (E319), Garam, Pewarna Makanan Karamel (E150), Perisa Cokelat, Pengembang (Natrium bikarbonat), Whey, Cokelat bubuk, Whey manis, Mengandung gandum, kedelai, susu

Makanan ringan ini ukurannya tidak terlalu besar sehingga kalau kita sudah membuka dan menggigit D'LOOPS Crispy Oats Chocolate Flavour, pinginnya nambah lagi dan lagi. Mau nyoba? Silakan dicoba-dicoba, halal kok. Jangan khawatir dan jangan ragu untuk mengkonsumsi D'LOOPS Crispy Oats Chocolate Flavour.

Karanganyar, 30 Desember 2017

Reuni (Temu Kangen) SMP N 3 Karanganyar Angkatan '87

Kaos reuni
dok.pri

Hampir tiga minggu yang lalu, suami mendapatkan kaos reuni SMP. Kok dapat 2 buah? Ternyata satu untuk suami dan satunya lagi untuk nyonya. Pagi ini saya sudah menyiapkan kaos untuk dikenakan besok pagi.

Nah, suami juga meminta saya untuk mencarikan doorprize. Agar tidak menimbulkan salah persepsi, maka suami saya ajak ke toko lalu memilih macam apa doorprizenya. Katanya tempat minum saja sebanyak 5 buah. Selain tempat minum, suami juga memilih termos.

Cukup terjangkau harga botol air minum dan termos tersebut. Namanya juga untuk kejutan bagi yang datang, jadi yang penting membawa barang. Mungkin sudah menjadi kesepakatan, tiap alumni membawa barang.

Hadiah hadir
dok.pri

Ini kan reuni SMP-nya suami, kok saya juga diminta hadir? Apakah karena teman-teman suami penasaran dengan saya ya? Ah, terlalu ge-er saya ini. Saya bukan asli Karanganyar, dengan begitu jelaslah SMP dan SMA saya tidak di Karanganyar. Wah, nanti kalau saya datang pada acara reuni SMP-nya suami, saya bisa jadi patung. (Huft). Moga-moga tidak. Saya kan supel, bisa berbaur dengan siapa saja. Bisa terus akrab dengan siapa saja, tapi bukan sok akrab ya. Hehehe

Semoga reuni yang akan dilaksanakan besok pagi berjalan dengan lancar dan si kecil tidak ngambek (si kecil mudah bosan/tidak betah pada acara pertemuan. Tapi kalau diminta mancing atau ke peternakan bakalan tidak mau diajak pulang)

Bismillah, lancar-lancar-lancar!

Karanganyar, 30 Desember 2017


Jumat, 29 Desember 2017

Pengalaman Naik Ojek Bukan Gojek

Pertama kali naik ojek yaitu ketika saya dan Faiq mudik ke Yogyakarta naik kereta api. Saat itu saya merencanakan langsung menuju rumah Aufi, adik saya. Rumah Aufi terletak di sebelah timur kebun binatang Gembira Loka.

Nah, kali ini saya harus menggunakan jasa  ojek. Sudah lima hari saya berada di Yogyakarta dalam acara mudik liburan semester. Hari ke lima saya harus pulang ke Karanganyar, sebab sudah kangen suasana desa Manggeh. Kalau pas di rumah Ibu, alasan saya pulang adalah karena ayam-ayam saya sudah kehabisan uang untuk jajan di warung makan wkwk.

Perjalanan dari Yogyakarta sampai Solo sangat lancar. Memang saat menuju bandara, perjalanan sempat terganggu. Meskipun tidak dalam taraf macet, tapi cukup memakan waktu karena padat merayap. Setelah melewati bandara, perjalanan lancar kembali sampai Solo.

Alhamdulillah, sampai Solo masih sore sehingga saya masih mendapatkan bus jurusan Tawangmangu-Solo. Oleh karena saat menuju Karanganyar bertepatan dengan kepulangan para pekerja pabrik, pedagang, dan lain-lain sehingga bus penuh sesak. Kalau ada penumpang yang naik atau turun bus, mengalami kesulitan lewat pintu.

Sampai di Taman Pancasila, ada beberapa penumpang bus yang turun termasuk saya dan si kecil. Sebenarnya jarak antara Taman Pancasila dan rumah tidak terlalu jauh, tapi saya tetap harus menggunakan jasa ojek. Taman Pancasila ke selatan, langit mendung cukup hitam.

Seorang tukang becak menawarkan ojek. "Ojek, mbak." (tukang becak merangkap tukang ojek)
"Manggeh berapa, Pak?"
"Lima belas ribu."
"Sepuluh ribu ya, Pak?"
"Nggih."

Saya tidak peduli, itu murah atau mahal. Yang penting, saya segera sampai rumah dalam keadaan tidak hujan. Tidak sampai sepuluh menit, saya sudah sampai rumah.

"Terima kasih, Pak."
"Sami-sami."

Plong, lega rasanya lihat rumah sendiri yang sudah beberapa hari saya tinggal. Oya, tadi si kecil menyarankan naik Gojek. Tapi saya kan tidak punya aplikasi, jadi nggak bisa pesan dong. Padahal semalam saya sudah disarankan untuk "belajar" cara memesan Gojek. Katanya, dengan Gojek lebih murah kita membayarnya. Apalagi jarak antara Taman Pancasila dan rumah tidak lebih dari 3 km.

Wis, nggak apa-apa kemahalan sedikit daripada jalan kaki dibayar 10 ribu si kecil pasti juga tidak mau.

Karanganyar, 29 Desember 2017 

Benda Yang Wajib Dimiliki Oleh Keluarga

Karena kebiasaan di rumah ada "ora ketang"

Suatu saat, saya bilang pada suami kalau gergaji yang kami miliki terbaqa tukang yang bekerja di rumah kami. Oleh karena suami mengenalnya, saya minta pada suami mengambilkan gergaji tersebut.

Bagi saya, meskipun jarang memakai gergaji, kalau tidak punya gergaji ora ketang elek rasanya gimana gitu. Sekali dua kali, permintaan saya tidak dipenuhi. Akhirnya, saya harus bertindak. Saya pergi ke Pasar Jungke untuk membeli gergaji. Pedagangnya tersenyum, "di rumahnapa ndak ada suami ta mbak, beli gergaji kok mangkat dewe?"
"Suami nembe repot :)."

Sampai di rumah, gergaji langaung dimanfaatkan suami untuk membuat pagar. Ealahhhh, jebul ya kanggo.

Pernah, saya harus membeli obeng, tang, cathut, pada pedagang keliling yang mampir di sekolah. Demi apa, hayo? Demi memenuhi minimal benda yang harus dimiliki oleh keluarga kecil. Kok sampai segitu? Ya jelaslahhhh. Bapak saya tukang. Alatnya komplit, mau butuh apa tinggal ambil.
Paling nggak ya punya alat sing sederhana. Kalau ndak punya pemotong keramik, tidak masalah. Gitu saja.

Sebagai guru, minimal harus punya perangkat pembelajaran, punya laptop (ora ketang mung iso nggo nulis thok).

Sebagai penulis, ya paling tidak punya KBBI, punya kamera ora ketang kamera hp. Lebih baik lagi kalau punya tempat kerja khusus biar ketika nulis tidak ada yang mengganggu.
Itulah "ora ketang" yang harus saya miliki.
Ora ketang = minimal (menurut kamus saya)
 
#kahfinoer

Yogyakarta, 29 Desember 2017

Kamis, 28 Desember 2017

Es Serut Coklat Tape Jadul

Pangkalan Di Dekat Jembatan Prapanca (dok.pri)

Beberapa bulan yang lalu, saya dibawakan es serut coklat tape dan kelapa muda. Rasanya khas, tapenya begitu dominan. Es serut coklat tape jadul ini disebut Es Tape Jadul. Mengapa dinamakan Es Tape Jadul? Alasannya adalah es ini sangat populer ketika saya masih SD. Biasanya es ini sebelum diminum ditambah roti manis.

Saya mengenal es tape jadul sejak masih kecil dan es tape jadul ini memang populer saat itu. Sekitar tahun 70-80-an es tape sangat digemari anak-anak. Ketika saya masih kecil, jajanan (makanan dan minuman) yang dijual sangat terbatas jenisnya. Akan tetapi, makanan jajanan zaman old kondisinya sehat. Tidak pernah ditemukan kasus keracunan makanan karena jajanan di sekolah.

Nunggu antrean sambil lihat sungai (dok.pri)

Berbeda dengan zaman now, jajanan anak-anak sekolah harus diawasi karena (sebagian/tidak semua) pedagang tidak mengutamakan aman/tidaknya makanan atau minuman bila dikonsumsi anak-anak. Pedagang yang berjualan makanan/jajanan di sekolah lebih mengutamakan keuntungan semata. Akan tetapi, bila makanan/minuman itu dijual oleh koperasi sekolah, biasanya aman.

Kembali pada Es Tape Jadul yang sedang saya tuliskan. Es Tape Jadul berbahan dasar es serut, santan kelapa, bubuk coklat, gula pasir, tape yang sudah dihaluskan dan kelapa muda. Semua bahan dicampur lalu dimasukkan ke dalam wadah.

Satu porsi Es Tape Jadul dijual dengan harga Rp. 4.000,00. Harganya sangat murah karena  satu porsi Es Tape Jadul ini bisa kita minum berdua.

Satu porsi 4000 rupiah (dok.pri)

Saat ini, saya bisa mendapatkan Es Tape Jadul di dekat Jembatan Prapanca, Gedongkiwo, Yogyakarta (jalan menuju SMA N 1 Kasihan dan SMK Jurusan Seni). Alhamdulillah, zaman now saya masih bisa mengkonsumsi minuman legendaris yang terkenal sewaktu saya masih kecil.

Bagi Anda yang penasaran dengan Es Tape Jadul, bisa merapat ke Gedongkiwo. selamat mencoba dan selamat menikmati.

Yogyakarta, 28 Desember 2017


Silaturahmi Menambah Umur Panjang


Kanca Kelas IA (dok.pri)
Sebelumnya, saya pernah berkunjung ke rumah teman kelas IA SMA Tirtonirmolo, namanya mbak Asih. Hanya saja, saya tidak bertemu dengannya sebab mbak Asih sedang pergi bersama anak-anaknya. Saya sudah lama tidak bertemu dengannya padahal kami hanya bertetangga satu RT.

Alhamdulillah, hari ini saya diberi kesempatan untuk berkunjung ke rumah mbak Asih dan bertemu. Selain mbak Asih, saya juga bertemu suami dan anaknya yang ragil. Alhamdulillah mbak Asih dan keluarga dalam keadaan sehat wal afiat.

Banyak hal yang kami bicarakan, terutama tentang anak-anak. Kebetulan anak ketiga mbak Asih memiliki keistimewaan dan memerlukan perhatian khusus. Mbak Asih sangat sabar merawat anak ragilnya yang kini berusia 11 tahun.

Mbak Asih, dulu pernah terserang stroke ringan. Sekarang keadaannya semakin membaik dan sehat. Kami juga membicarakan teman yang lain yang kini sedang diuji Allah dengan sakit. Teman-teman saya yang sedang diuji sakit, mereka ikhlas menerima ujian dari Allah. Mereka berikhtiar mencari kesembuhan. Semoga teman-teman bisa pulih seperti sedia kala.

Saya jadi semakin bersyukur, Allah menitipkan kesehatan pada keluarga saya. Saya sebisa mungkin untuk menjalin silaturahmi dengan teman-teman, baik teman sekolah maupun teman (tetangga) yang kini saya kenal.

Dengan silaturahmi dan berkomunikasi dengan orang lain, semakin banyak ilmu yang saya peroleh. Ilmu tidak saja kita dapat sebatas di bangku sekolah. Ilmu juga bisa kita dapatkan dari orang-orang yang berhubungan dengan kita.

Pertemuan dengan mbak Asih, membuat saya semakin dekat kepada Sang Pencipta. Allah Maha Segalanya. Manusia tidak boleh sombong dan takabur dengan apa yang dimilikinya. Semua yang ada, yang dimiliki, yang berada di tangan, bisa saja lenyap atas izin Allah.

Alhamdulillah, silaturahmi ini membawa keberkahan. Maka luangkan waktumu untuk bersilaturahmi agar umur kita semakin panjang.

Yogyakarta, 28 Desember 2017

Mengunjungi Pasar Hewan PASTY di Jalan Bantul, Dongkelan, Yogyakarta

Duo F (dok.pri)

Rupanya Faiz tetap menginginkan membeli burung kenari di PASTY yang terletak di Dongkelan. Saya bilang kalau Ibu-ibu membeli burung, bakalan nanti diberikan harga yang mahal. Anaknya tidak mau tahu apakah burung kenari itu mahal atau tidak.

Saya, Dhenok dan Faiz bersiap untuk meluncur ke PASTY. Harapan saya, semoga Faiz tidak rewel lagi dan menurut saya. Saya memarkir sepeda motor dan menerima karcir parkir. Sekali parkir, saya harus membayar seribu rupiah saja.

Pasar Hewan PASTY (dok.pri)

Kami berjalan santai melihat-lihat apa yang ada di pasar hewan (sebelah timur jalan). Faiz mulai menunjukkan jalan kepada saya dan Dhenok. Beberapa kali, Faiz diajak Ayah ke Pasty, jadi dia hafal benar ke mana harus melangkah.

Berbagai macam unggas ada di sana. Sebenarnya saya tertarik dan ingin membeli burung yang murah meriah dan perawatannya mudah. Hanya saja kalau saya membeli burung di sini, bagaimana nanti membawanya pulang? Oleh karena nanti saya kesulitan sendiri, maka saya putuskan ke Pasty khusus jalan-jalan saja.
Anak ayam (dok.pri)

Selain unggas, ternyata saya juga melihat ikan, kura-kura, ular dan lain-lain. Nah, ular yang saya lihat adalah ular piton yang cukup besar. Kalau sudah berhadapan dengan ular, ada perasaan ngeri meskipun kalau di sekitar rumah, ular adalah hewan yang sering saya lihat.
Pengunjung di salah satu kios (dok.pri)

 Usai melihat-lihat hewan yang berada di sebelah timur jalan, kami menyeberang ke barat. Di sebelah barat pengunjung dimanjakan dengan ikan-ikan dan hewan laut lainnya. Mungkin Faiz dongkol karena tidak dibelikan apa-apa, hanya melihat-lihat.

Untuk mengurangi kekecewaannya, saya mengajak naik sepeda motor menuju tempat saya mengajar dulu, yaitu MA Ali Maksum, di Krapyak Kulon. Setelah itu, Dhenok minta makan di Popeye, di Jalan Bantul. Alhamdulillah, Faiz tidak marah lagi.


Akhirnya, jalan-jalan kami sudahi dan kami segera pulang karena gerimis turun dan mendung menghias langit secara mendadak. (Masih ada waktu untuk jalan-jalan).

Yogyakarta, 28 Desember 2017

Rabu, 27 Desember 2017

Martabak Telur Spesial Nan Mantap

Antusias (dok.pri)

Alhamdulillah, beberapa hari di rumah Ibu, saya masih bisa menulis dan mengisi blog. Tidak sia-sia kerja sama antara Mami dan si Dhenok. Dhenok membawa laptop, mami membawakan kamera. Saya benar-benar bersyukur karena saya masih tetap bisa menulis.

Stok mpek-mpek Palembang sudah menipis. Saya diberi tugas oleh kakak saya untuk membeli martabak telur. Oleh karena tidak semua anggota keluarga suka martabak, jadi saya hanya diminta untuk membeli dua porsi.

Daftar harga (dok.pri)

Martabak telur spesial ini saya dapatkan di Jalan Bantul, di depan toko besi Budi Jaya. Tepatnya di sebelah utara Gereja Pugeran. Ketika saya datang, saya tidak perlu mengantre karena belum ada pembeli. Akan tetapi beberapa saat kemudian, beberapa pelanggan mulai berdatangan dan mengantre.

Faiz suka dengan aktifitas pedagang dari menyiapkan bahan-bahan sampai menggoreng.

Adapun bahan-bahan yang digunakan antara lain:
2 butir telur bebek
irisan daun bawang alias loncang
daging ayam
bumbu
kulit martabak

Cara membuat:
1. Kocok telur, tambahkan bahan lain kecuali kulit martabak
2. Memanaskan minyak di atas wajan datar
3. Menaruh kulit martabak di atas wajan
4. Campuran telur dan bahan-bahan dituang di atas kulit martabak
5. Lipat sisi-sisi kulit untuk membungkus isi martabak
6. Goreng sampai matang dan kulit kering

Setelah masak, martabak siap diiris lalu dimasukkan ke dalam kardus. Sebagai pelengkap, ditambahkan acar dan sambal untuk cocolan.

Martabak siap santap (dok.pri)


Alhamdulillah, kami segera pulang dan tidak sabar untuk menyantap martabak telur spesial. Sebenarnya, selain membeli martabak, saya juga bertugas untuk membeli lauk untuk makan malam.

Berkumpul, demikianlah saat yang kami nanti-nanti. Berkumpul bersama saudara dan keponakan. Makan bersama dengan cara dipuluk dan kembulan. Bagi kami, apapun yang kami santap, selalu terasa nikmat. Mungkin inilah yang dinamakan rezeki barokah.

Setelah menikmati makan malam dan menyantap martabak, waktunya leyeh-leyeh sambil berbincang-bincang santai. Kalau sudah begini, rasanya kok jadi malas balik lagi ke Karanganyar. Kalau saya tidak segera balik ke Karanganyar, kasihan ayam-ayamnya thole nggak ada yang ngopeni.

Goreng sampai matang (dok.pri)

Ya, Dhenok dan thole maunya pulang hari Jumat. Tentu saja saya harus segera pulang ke Karanganyar. Ada tugas yang harus saya kerjakan, yaitu mengedit naskah sebab naskah yang harus saya tulis ada di laptop milik saya.

Sampai jumpa.


Mpek-mpek Palembang Cocok Dimakan Saat Udara Dingin

Mpek-mpek Palembang (dok.pri)

Berada di rumah Ibu sewaktu liburan panjang, biasanya saudara-sodara yang lain juga pulang ke rumah Ibu. Rumah Ibu yang sempit semakin terasa sempit. Akan tetapi sekarang ada rumah kakak saya yang berada di depan rumah Ibu. Jadi, kami berkumpul di rumah kakak. Kalau sudah begitu, tentu saja kami membutuhkan konsumsi yang jumlahnya banyak.

Di dekat rumah Ibu kebetulan ada pabrik tahu. Selain membuat tahu, di pabrik tahu tersebut juga ada aktifitas menggoreng tahu seperti yang dijual pada umumnya. Ada tahu goreng khusus untuk membuat sambal goreng, ada tahu yang dibuat sayur terik (pakai areh) dan ada tahu pong yang dicampukan pada bakso.

Saya membeli tahu putih dan tahu goreng. Tahu putih, saya iris kecil-kecil lalu direndam memakai air garam. Beberapa saat kemudian saya goreng di dalam minyak banyak. Tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk mendapatkan tahu siap konsumsi.

Kepulangan adik saya ke rumah Ibu, seperti biasa membawa mpek-mpek Palembang. Adik saya menikah dengan orang Palembang. Jadi, kami biasa makan mpek-mpek Palembang kalau adik saya pulang ke rumah Ibu.

Oleh karena suaminya orang Palembang, apakah lantas adik saya suka membuat mpek-mpek? Ternyata tidak! Katanya, lebih praktis membeli. Jawaban itu sekaligus menunjukkan kalau adik saya jarang memasak apalagi mencoba-coba yang keberhasilannya diragukan.

Ada kapal selam, lonjor dan bulat. Tugas saya adalah menggoreng. Tugas yang lain adalah menghabiskan makanan, hahaha.

Tahu goreng (dok.pri)


Selain mpek-mpek, tahu putih yang saya goreng juga ludes dimakan dengan cuko. Yang namanya keluarga besar dengan penduduk banyak, berapapun makanan yang disajikan, pasti ludes juga. Namanya juga ngumpul bersama keluarga. Kalau tidak ada makanan cukup, nanti rebutan dong.

Kebetulan, siang yang terik dibalas dengan sore yang hujan. Alhamdulillah, semua disyukuri saja. Hujan dan panas adalah anegerah yang Allah berikan untuk makhluknya.

Yogyakarta, 27 Desember 2017

Selasa, 26 Desember 2017

Telur Dadar Buatan Faiz


Masak masak sendiri (dok.pri) 

Setelah pagi tadi dikerjai mami pergi-pulang (pasar berjalan kaki), Faiz tidak mau ketinggalan membuat mami lebih repot. Ceritanya kakak sepupu masak telur ceplok. Nah, Faiz ingin masak telur dadar pakai kol.

Tentu saja mami harus menyiapkan beberapa bahan yang tidak ada. Faiz disuruh mami kocok telur dan mencampur irisan kol. Faiz juga mau menyiapkan tetek bengek. Anaknya memang antusias. Tapi begitu sesi pemotretan, Faiz tidak bisa manut arahan fotografernya. Jadilah, fotonya juga tidak begitu istimewa.

Kocok telur (dok.pri)

Bagi saya, yang penting Faiz tidak menanyakan Ayah yang sudah pulang ke Karanganyar, maka apapun yang diminta saya penuhi. Seperti pagi setelah pulang dari pasar, Faiz minta ke Pasar Hewan PASTY. Saya menolak dengan alasan Ibu-ibu tidak pernah ke Pasty nanti ditertawakan orang. Untuk mengalihkan perhatian, maka saya ajak Faiz memancing di sungai dekat rumah Bapak.

Kembali ke soal kuliner tadi. Faiz sudah menyalakan kompor. Dia sabar menunggu minyak panas lalu telur kocok dituang di atas teflon. Mami mengawasi sambil mengingatkan tangannya jangan mendekat kompor yang panas.

"Mi, gak bisa membalik."
Mami membalik telur dadar setengah matang. tidak terlalu lama memasak dadar telur. Akhirnya, dadar telur matang. Taraaaa.

Belum sempat difoto, mami membersihan alat-alat masak dan menggoreng tahu putih, telur sudah disantap. Lah, gimana nih telur tinggal sedikit? Tidak apa-apa, yang penting ada yang difoto, haha.
Masak-masak sendiri, makan-makan sendiri (dok.pri)

Yogyakarta, 26 Desember 2017
 

Jalan Kaki Menuju Pasar Condronegaran Bersama si Kecil

Pagi ini, saya memutuskan untuk membeli nasi gudheg di Pasar Condronegaran. Pasar ini terletak di kampung Gedongkiwo. Kampung Gedongkiwo berdampingan dengan kampung  Dukuh. Nah, hari ini saya mau ngerjai si kecil. Sebenarnya jarak antara rumah dan pasar cukup jauh. Si kecil minta kami naik sepeda motor, tapi saya mengajaknya jalan kaki.

Saya dan si kecil lewat AGASTYA. Agastya adalah dulu tempat untuk pementasan wayang kulit. Sekitar tahun 80-90 an, pengunjung pertunjukan yang didominasi turis asing lumayan banyak. Biasanya turis tersebut dari Malioboro atau dari Prawirotaman.

Setelah Agastya, kami lewat susteran Gedongkiwo. Saya menyebut susteran, maksudnya asrama yang ditempati suster/biarawati. Sebentar kemudian, sampailah kami di pasar yang saya maksud.

Awalnya kami membeli dua bungkus nasi gudheg sambal dan tambah lauk kepala dan sayap ayam kampung. Tidak lupa, saya membeli tempe satu papan dan sop-sopan. Si kecil minta jamu beras kencur. Saya sendiri membeli semelak. Apakah semelak itu? semelak adalah minuman yang terbuat dari buah pace atau mengkudu. Semelak rasanya segar dan mantap. Makanan yang saya beli terakhi adalah kue pukis.

Selesai berbelanja, kami pulang. Kelihatan sekali si kecil lelah. Saya tetap bertahan untuk berjalan. Kata si kecil,"kalau tadi naik motor, kita tidak lelah, Mi!"
"Dulu mami kalau ke pasar juga hanya berjalan kaki. Dulu, mami membantu nenek berjualan di Pasar Condro."

Tidak terasa, akhirnya kami sampai rumah Ibu. Faiz mencuci tangannya lalu menyantap nasi gudheg dengan lauk suwiran daging ayam dan telur. Faiz makan dengan lahap.

Siangnya, tempe yang saya beli saya potong kecil-kecil lalu digoreng. Tempe goreng nan gurih dimakan sebagai camilan, bukan untuk lauk. Senang rasanya bisa berolah raga jalan santai lalu makan nasi gudheg. Pulang ke Yogya selalu nasi gudheg menu sarapannya.

Yogyakarta, 26 Desember 2017 

Senin, 25 Desember 2017

Mudik Termahal


Mudik kali ini, saya berangkat sendiri karena suami dan anak-anak sudah pulang ke Yogya duluan.

Alasan saya pulang akhir karena harus ngopeni pakaian dan ayamnya thole. Setelah selesai, saya berangkat. Tas ransel berada di punggung. Saya harus berjalan dari rumah menuju terminal Jungke. Oleh karena angkutan tidak lewat, maka sampai terminal cukup ngos-ngosan setelah berjalan kaki.

Akhirnya bus jurusan Solo datang. Alhamdulillah, saya mendapatkan tempat duduk. Bus penuh. Sampai di Solo, bus jurusan Yogya dari Surabaya tidak juga datang. Saya tidak mau kehilangan waktun hanya untuk menunggu kedatangan bus dari Surabaya. Saya memutuskan naik bus jurusan Solo-Yogya.

Biasanya, ongkos Solo-Yogya bila menggunakan bus Surabayanan adalah 12 ribu. Kali ini, ongkosnya 20 ribu. Mahal sekali, padahal fasilitasnya sama yaitu AC. Beruntung, saya naik bus sendiri. Coba kalau bertiga, biasanya 36 ribu jadi 60 ribu.

Kalau naik bus Surabayanan, begitu berangkat meninggalkan terminal, bus tidak menaikkan penumpang sampai di terminal Yogya. Kalau naik bus bumel, di sepanjang jalan, bus menaikkan dan menurunkan penumpang. Belum lagi di terminal kecil atau di pinggir jalan berhenti menunggu penumpang yang akan naik.

Sampai di Yogyakarta, alhamdulillah selamat dan tepat waktu. Saya lalu menelepon anak saya untuk menjemput di Jalan Bantul.

Si kecil bilang, "Mi, ayah sudah pulang. Aku tidak jadi mancing, pancingnya dibawa pulang ayah."

Saya menghibur, "kita mancing setelah di Karanganyar wae yo."

Yogyakarta, 25 Desember 2017


Minggu, 24 Desember 2017

Tantangan Naik Perahu di Waduk Gajah Mungkur (3)

Semangat naik perahu
dok.pri

Faiz dan Jeje berlari-lari kecil bermain di sekitar tempat kami menikmati pecel gendar. Keduanya berbicara, entah apa yang dibicarakan. Saya lihat kalau salah satunya lari, maka yang lain mengikuti. Dunia anak-anak, dunia bermain-main. Saya tidak khawatir karena Faiz banyak yang memperhatikan.

Faiz sudah tidak sabar ingin naik perahu, duduk di atas perahu, benar-benar berada di atas air. Bukan hanya naik perahu berhenti di darat. Faiz memang diberi tantangan oleh teman-teman saya. Jawabnya dengan penuh percaya diri,”Aku berani!”

Saya membatin, halah Iz, Iz, kamu memang berani tapi simboknya akan berpikir ulang untuk naik perahu. Tapi saya tidak mau kalah dengan Faiz, gengsi dong…. Anaknya saja berani, mosok simboknya tidak berani. Padahal sungguh, saya paling takut dengan air dan yang berhubungan dengan air termasuk naik kapal. Apa iya, anaknya naik kapal dititipkan pada orang lain sementara maminya jalan-jalan sendiri? Sebelum menuju dermaga, saya sempat membeli mainan boneka gajah dari akar wangi. Harganya murah, hanya Rp. 5.000,00 saja.

Boneka gajah akar wangi
dok.pri

Jeje tidak mau naik perahu, benar-benar takut, padahal Ibunya pingin naik perahu. Biarpun telah dibujuk banyak orang dan disuruh jejer Faiz, tetap saja tidak mau. akhirnya Jeje tidak naik perahu. Yang tidak ikut naik perahu jumlahnya banyak.

Kami menuju tempat pemberangkatan. Satu perahu disewa dengan harga Rp. 200.000,00. Tempat yang dituju adalah karamba. Kalau perorangan naik perahu untuk jarak terdekat sampai karamba, biayanya sepuluh ribu rupiah. Katanya, kalau sampai bendungan/pintu air biayanya tambah. Dan, untuk sampai PLTA biayanya dua kali lipat karena jaraknya memang cukup jauh.

Di atas air, deg-degan
dok.pri

Bismillah, Alhamdulillah bisa naik perahu untuk kedua kalinya. Pertama kali naik perahu waktu masih SD kelas 1, sekitar empat puluh tahun yang silam, di Pantai Kenjeran Jawa Timur. (Wow, saya sudah tak muda lagi). Saya, Faiz dan teman-teman mengenakan pelampung. Ini wajib bro!

Perjalanan dimulai, pelan-pelan. Sepertinya keseimbangan belum tercapai. Haitsyah, apa pula ini, hukum Fisikanya keluar. Dada tetep saja berdegup. Allahu akbar, zikir ayo zikir berdoa semoga selamat sampai tujuan. Setelah jarak yang ditempuh cukup jauh, perahu berjalan dengan normal. Masya Allah, saya berada di atas air. Faiz berada di samping saya. Faiz digoda teman-teman saya,”Ayo Iz, ndang mancing.” Faiz hampir membuka tasnya.

“Nggak usah Iz. Mancingnya besok sama ayah saja.”
Faiz tidak merengek-rengek alias ngedrel. Anak itu menurut pada apa yang dikatakan maminya.
“Boleh berdiri, Mi?”
“Boleh.”

Saya memperhatikan anak itu. Pingin nangis rasanya, terharu. Setiap hari, Faiz selalu dekat dengan Ayahnya. Setiap hari kalau di rumah tidak ada Ayah, Faiz akan menangis berada pada taraf mengamuk. Bagaimana caranya, dia harus bertemu Ayah. Kalau dia sudah mengamuk, apakah saya marah? Tidak! Saya selalu teringat masa kecilnya yang sakit-sakitan dan keluar masuk rumah sakit. Saya merasa bersalah kalau ingat ketika kecil Faiz sering sakit.

“Faiz tidak pusing?”Tanya saya.
“Tidak. Mami pusing ya?”
“Iya, Iz. Ini namanya mabuk air.”

Setelah perahu berjalan di antara karamba, perahu berbalik arah dan kembali ke dermaga. Alhamdulillah, kami selamat sampai di tempat semula. Saya tidak sempat foto-foto. Maklum, saya harus menggandeng Faiz ke mana saja dia melangkah.

Karamba
dok.pri

Kepala saya agak pusing. Ternyata mbak Lina juga pusing. Semoga nanti setelah makan siang, pusingnya hilang. Nah, setelah naik perahu, kami mencoba berkeliling naik sepur kelinci.


Perjalanan kami belum selesai. Kami harus mengantre karena sepur kelincinya hanya satu (3 gerbong).

Menikmati Gendar Pecel di OW Waduk Gajah Mungkur Wonogiri (2)


Saya termasuk orang yang tidak gengsi atau malu untuk membawa tas plastik berisi makanan ke obyek wisata. Mungkin, teman saya ada yang melirik sinis. Tapi biarlah, gakpapa. Awas, kalau nanti ikut-ikutan makan (hehe ngancam).

Sebenarnya, piknik ini saya nilai kurang sip. Piknik yang diawasi, tidak bisa bebas. Ini piknik atau dinas, ya? Sebelum jalan-jalan, kami foto-foto dulu. Setelah cekrek-cekrek barulah acaranya bebas. Anak saya, si kecil Faiz diajak teman saya. saya membiarkan Faiz nyaman bersama siapa saja. Saya tidak mau mengekang anak itu. Bagi saya, yang penting Faiz dalam keadaan aman. Oleh sebab itu, tetap saja pandangan saya tidak melepaskan Faiz begitu saja. Sesekali saya mencari di mana posisi Faiz terakhir.

Sebagian teman-teman memesan makanan khas yang dijual di sekitar waduk, yaitu pecel gendar. Pecel gendar adalah makanan yang ditaruh di atas pincuk berisi gendar (bahannya beras), daun papaya, kecambah (biji mandingan/mlanding), bakmi pentil, irisan tempe gembus (gembuk) dan bakwan lalu diguyur sambal pecel. Kebetulan sambalnya tidak terlalu pedas, di lidah saya cukup pas pedasnya. Satu pincuk pecel gendar harganya Rp. 5.000,00. Murah, bukan?
Bakule Pecel Gendar
dok.pri

Di sebelah barat tempat kami menikmati pecel gendar, ada lapangan yang digunakan sebagai tempat mendarat orang yang melakukan olah raga paralayang. Jadi, sambil menikmati pecel gendar, kami juga bisa melihat  orang yang mendarat di lapangan.

Makan Bareng
dok.pri
Beginilah senangnya piknik di tempat wisata yang tidak terlalu jauh dari Karanganyar. Makanan yang dijajakan ramah di kantong. Oleh karena itu kalau mau piknik, jangan mikir piknik itu biayanya besar. Carilah tempat piknik yang tidak jauh dari rumah. Yang penting piknik. Jangan sampai kita dicap atau dicemooh oleh orang-orang atau dibilang kurang piknik. Sakitnya tuh di sini kalau dibilang kurang piknik. 
Sambil makan pecel gendar ternyata makanan yang saya bawa laku juga. Wa... ternyata tidak mau rekasa maunya makan doang. Gakpapa setelah itu saya nggak bawa apa-apa lagi karena sudah habis dimakan bareng.

Sepincuk lima ribu rupiah
dok.pri

Karanganyar, 24 Desember 2017

Sabtu, 23 Desember 2017

MENGUNJUNGI WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI (1)


Me and Mami
(fotografer: Septian Arif Kusuma  Wardana)

Sida piknik, sida piknik. Akhirnya, saya dan teman-teman guru jadi piknik. Pikniknya tidak usah jauh-jauh. Piknik ini namanya piknik “nggo genep-genep”, daripada tidak piknik sama sekali. Sebenarnya saya tidak begitu peduli, mau piknik atau tidak, tidak masalah. Tapi kalau ada acara piknik, apalagi gratis saya jadi antusias banget. Bayangkan, betapa sakitnya kalau dibilang kurang piknik. Hehe

Oleh karena piknik jatuh pada hari Sabtu, 23 Desember 2017, sementara suami saya masih membagikan rapor dan si kecil harusnya masuk  untuk menerima rapor, maka saya putuskan si kecil ikut saya piknik. Biarlah setelah selesai membagikan rapor, suami mengambil rapor si kecil di SD. Kalau Nok Faiq, rapornya sudah diambil hari Jumat kemarin. Si kecil, anaknya sangat istimewa. Mungkin tidak sama dengan anak-anak seusia dia cara berpikirnya. (Bakat dan hobinya perlu dukungan dari orang tua).

Sabtu pagi, saya dan si kecil mengenakan kaos keluarga warna ungu. Persiapan sudah matang, sudah sarapan lalu meluncur ke sekolah. Sampai di sekolah si kecil rewel karena teman saya ada yang membawa alat untuk memancing. Sudah saya bujuk, nanti mincing bareng menggunakan pancing teman tapi tidak mau. salah seorang teman menyarankan saya untuk pulang dan mengambil peralatan pancing dahulu.

Akhirnya, saya diantar teman untuk kembali ke rumah mengambil peralatan mincing. (Sabar, sabar. Mami sabar disayang anak). Sampai di rumah, si kecil membawa 2 buah pancing dan tas. Saya paksa untuk membawa sendiri tasnya.

Di sekolah, peserta piknik sudah lengkap. Maka dengan mengucap doa, harapan kami semua bisa berjalan dengan lancar. Saya berada di dalam mobil D. si kecil duduk di depan berbagi tempat duduk dengan pak Bambang. Pak Muljadi (pemilik mobil) mengemudikan mobil, saya, mbak Lina dan mbak Rika duduk di tengah, sedangkan mas Kuncoro duduk di belakang.

Perjalanan yang menyenangkan karena penghuni mobil D sudah disetting sedemikian rupa. Saya sangat bersyukur bisa mengajak si kecil bepergian. Oh ya, teman saya juga ada yang mengajak anaknya yaitu mbak Vera. Mbak Vera mengajak Jeje. Jeje sebaya dengan si kecil.


Keseruan selama di lokasi wisata akan saya ceritakan di lain waktu. 

Kamis, 21 Desember 2017

Di Jepang : Ibu Memilih Tidak Bekerja dan Menjadi Ibu Rumah Tangga Full

Momong
dok.pri

Saya sering membaca tulisan di FB maupun di blog tentang keputusan seorang perempuan setelah menikah. Setelah menikah, ada yang memutuskan tetap bekerja (di luar rumah) dan sebagian memilih untuk berhenti bekerja dan menjadi Ibu Rumah Tangga secara penuh. Tentu saja semua sudah dengan pertimbangan dan melalui diskusi dengan pasangan. 

Ada yang nyaman setelah menikah dan memiliki anak tetap bekerja. Semuanya bisa dikondisikan. Ibu tetap bekerja, anak ada yang menjaga dan aman, pasangan tidak komplain. Ibu bekerja, di rumah memiliki asisten rumah tangga, sehingga saat bekerja tidak khawatir dengan anak yang ditinggalkan. Atau Ibu bekerja, anak dititipkan di Taman Penitipan Anak, pekerjaan rumah tangga dikerjakan dengan cara bekerja sama dengan pasangan. Umumnya, yang seperti ini antara suami dan istri sudah memiliki komitmen dan semuanya berjalan lancar. Perekonomian juga tidak bermasalah.

Ada yang bahagia dengan keadaan menjadi Ibu Rumah Tangga Full dan berhenti bekerja (di luar rumah). Perempuan/ibu yang memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga penuh, sudah siap dengan semua yang akan dilakukan di rumah. Merawat dan mengasuh anak, melayani keperluan suami, mengerjakan pekerjaan rumah dan lain-lain dengan senang hati. Meskipun pemasukan/penghasilan keluarga hanya dari suami, tetapi semua bisa aman-aman saja secara ekonomi.

Saya melihat beberapa teman yang full menjadi ibu rumah tangga dan ibu bekerja di luar rumah, masing-masing merasa bahagia, hepi dan menikmati keadaan masing-masing. Saya sangat senang antara ibu bekerja dan ibu rumah tangga full bisa bahagia tanpa perlu mengusik satu sama lain.

Hanya saja, saya kurang suka kalau salah satu di antara mereka mengkritik atau nyinyirin ibu-ibu yang kondisinya tidak sama dengan mereka. Kita tidak perlu menilai si A yang full sebagai ibu rumah tangga atau ibu bekerja. Biarkan mereka bahagia dengan keputusannya. Kita tidak tahu titik kebahagiaan seseorang berada di mana. Bahagia itu ada di hati. Kita tak perlu menilai. Pokoknya tidak perlu sinis menilai seseorang hanya karena kondisi perempuan / ibu yang kita nilai tidak sama dengan kita. Mereka boleh beda ‘kan? Mereka punya pendapat ‘kan? Bukankah kita juga tidak mau dipaksa menjadi seperti mereka. Belum tentu kalau kita dinyinyirin juga bisa menerima sinisan mereka? Lantas, mengapa kita malah repot sendiri?

Pada suatu hari, saya membaca status seseorang yang menceritakan keadaan perempuan/ibu-ibu yang tinggal di Jepang. Ibu-ibu (yang sudah memutuskan untuk menikah) biasanya tidak bekerja dan full menjadi ibu rumah tangga. Secara ekonomi, keluarga tersebut dipenuhi oleh pasangannya atau suaminya. Tugas ibu adalah merawat, mendidik anak-anak dan mengurus rumah tangga. Kelebihannya: oleh karena pengasuhan anak langsung pada ibu, singkat cerita (secara umum) anaknya menjadi berkarakter. Lalu penulis membandingkan dengan “orang yang tinggal di Indonesia”. Setelah menikah, sebagian ibu tetap bekerja (di luar rumah). Pengasuhan anak dipercayakan pada orang lain. Dibandingkan dengan anak yang tinggal di Jepang di atas, ternyata karakter anak berbeda (tanda petik kurang berkarakter). Tapi ada juga lo, yang ibunya full sebagai ibu rumah tangga, tetapi anaknya tidak berkarakter. Sedangkan, keluarga lain ibunya bekerja di luar rumah tetapi anaknya tetap berkarakter.

Saya membaca dengan senyum-senyum sendiri. Aku horaaaa papa, batin saya. Tidak semuanya anak yang ditinggal bekerja ibunya di luar rumah seperti yang ditulis orang tersebut (kurang berkarakter). Saya menahan diri untuk memberikan komentar. Beda pendapat tentu boleh, tapi jangan memberikan penilaian negative pada pendapat orang lain.

Ibu bekerja, pasti memiliki alasan mengapa dia harus bekerja dan meninggalkan anaknya untuk diasuh orang lain. Ibu yang full sebagai ibu rumah tangga juga memiliki alasan mengapa dia harus meninggalkan pekerjaan. Hal ini tidak perlu diperdebatkan.

Belum lama ini, saya membaca tulisan yang diposting di blog. Isinya tentang alasan mengapa perempuan yang tinggal di Jepang memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan full menjadi ibu rumah tangga. Padahal mereka sudah mapan, karirnya bagus, jabatannya juga sudah tinggi.

Di Jepang, perempuan yang mau menikah berarti sudah memikirkan secara matang. Siap menikah, berarti siap punya anak. Kalau siap punya anak berarti siap mengasuh dan merawat anaknya sendiri. Itu artinya dia harus full bersama anaknya. Mengapa demikian? Menurut tulisan yang saya baca, di Jepang tidak ada perempuan yang menjadi pembantu rumah tangga dan tidak ada tempat penitipan anak seperti yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar, kota saya. Kesimpulannya, ibu-ibu yang tinggal di Jepang mau tidak mau harus momong anaknya sendiri. Nah, kalau anaknya cukup umur dan sudah sekolah (sudah besar), biasanya ibu-ibu ini akan kembali bekerja.

Ooooo, jadi itu ta alasannya kenapa di Jepang menjadi ibu rumah tangga itu ya harus full.  Kesimpulan saya: di Jepang gak ada perempuan yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga dan tidak ada tempat penitipan anak. Gitu saja!
Karanganyar, 21 Desember 2017

Rabu, 20 Desember 2017

Kado Terindah Akhir Tahun, Jon Koplo : Salah Kirim


Ini Versi Aslinya! Versi tayangnya, silakan baca di Solopos, Rabu, 20 Desember 2017

AH TENANE
SMS SALAH KIRIM
Oleh : Noer Ima Kaltsum
Selesai mengawasi Ujian Nasional, Genduk Nicole minta tolong pada Lady Cempluk untuk menghubungi suami Nicole yaitu Tom Gembus. Kebetulan, Nicole tidak membawa HP. Cempluk yang baik hati ini mau membantu sahabatnya.
Cempluk mengeluarkan HP, sedangkan Nicole mendikte kalimat yang harus ditulis Cempluk. Kalimat Nicole,” Pak Gembus, Bu Nicole sudah selesai ngawasi UN, mohon segera dijemput di SMK.”
 “Tolong dikirim ke nomor suamiku, ya Bu Cempluk.”
“Beres!”jawab Cempluk singkat. Cempluk senyum-senyum lalu bilang sudah selesai.
Sebentar kemudian, Cempluk berseru kaget sendiri. Nicole membatin jangan-jangan salah kirim. Ternyata benar, Cempluk bukan mengirim sms tersebut ke nomor HP Gembus suaminya Nicole melainkan dikirim ke nomor suaminya sendiri yaitu Jon Koplo. Koplo tinggal di Sumatra.
“Bu Nicole, kleru takkirim ke nomor suamiku.”seru Cempluk.
“Ndakpapa, paling suami sampeyan ya maklum. Kan isi sms sudah jelas.”
“Justru masalahnya itu, sms yang aku tulis tidak sesuai dengan yang sampeyan diktekan.”
“Memang sms-nya piye ukarane?”
“Kutulis: Pah, jemput aku di depan sekolah.”
Glodag! Nicole mendelik. Bakalan akan ada perang nanti. ”Bu, sampeyan ki ya ora manut aku. Padahal aku manggil suami juga bukan papah, melainkan Pak.”
Sore harinya, Koplo menelepon Nicole dan bilang mau bicara dengan Gembus. Gembus sudah memberi kode pada Nicole kalau tidak mau ngomong apapun pada Koplo. Koplo marah-marah karena semakin curiga kalau Cempluk selingkuh.
Pagi harinya, Cempluk bilang pada Nicole kalau suaminya benar-benar marah dan menuduhnya selingkuh dengan Gembus.
“Makanya, kalau nulis sms yang baku saja, nggak usah gaya-gayaan.”

Cempluk isin pol, dan berjanji nggak nulis sms neko-neko. (SELESAI)


Selasa, 19 Desember 2017

Hukum Jualan di Marketplace Dan Saldo Yang Ditahan Pihak Marketplace

Beberapa waktu yang lalu saya sempat bertanya-tanya, benarkah jualan di marketplace hukumnya haram karena ada unsur ribanya? Saya sempat akan menasihati anak saya yang kebetulan jualan di shopee untuk berhenti jualan karena ada sesuatu yang tidak halal di dalamnya.

Akan tetapi, setelah saya membaca ulasan dari FB orang lain, saya berkesimpulan misalnya jualan di shopee itu halal. Saldo yang ditahan itu semata-mata untuk mengikat penjual dan pembeli (tidak tertipu dan menipu). Oleh karena saya dan dhenok juga dodolan, maka perlu tahu ilmunya. Ini penting!

Saya berbagi tulisan ini karena berbagi itu indah.

HUKUM JUALAN DI MARKETPLACE DAN SALDO YANG DITAHAN PIHAK MP
Berkali kali setiap ada postingan tentang marketplace, pasti saya yg langsung di tag oleh kawan kawan semua. Hehe...
Sebenarnya saya sudah konsultasi sama ustadz Andre Raditya terkait hukum jualan di marketplace. Dan saya juga konsultasi ke gurunda ustadz Luqmanulhakim Ashabul Yamin.
Saya sudah pernah menulis status tentang hukum jual beli di marketplace. Tapi mungkin saya akan posting lagi https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f4c/1/16/1f642.png:)
Daripada saya jawab satu2 di status orang2. Sila simak ya kak penjelasannya. Kalau bisa save status saya ini. Biar gag ngetag saya berkali kali https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f80/1/16/1f64f.png🙏https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f80/1/16/1f64f.png🙏
Assalamu’alaikum wr wb, Ustadz.
Afwan, saya seorang agen penjual hijab di Jakarta.
Saya mau tanya mengenai sistem jual beli di market place, seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Marketplace lainnya. Jika ditinjau dari syariatnya bagaimana, Ustadz?
Mengingat customer membeli produk kita di market place tersebut dan melakukan pembayaran ke rekening market place lalu penjual di market place tersebut uangnya masih mengendap, baru bisa diganti uangnya dari market place setelah barang telah sampai dan di klik pesanan diterima oleh customer, bisa jadi uang yang mengendap tersebut dalam waktu yang lama kalau customernya berada di luar kota atau pelosok.
Apakah sistem seperti itu diperbolehkan, Ustadz?
Untuk bisa dicairkan uang hasil jualannya di Marketplace. Jujur saja penjual sebenarnya menjadi sedikit lebih lama untuk memutar uangnya karena harus menunggu pembeli klik pesanan diterima, terkadang bisa seminggu atau melewati batas garansi. Tujuannya agar pembeli merasa aman dalam berbelanja online.
Hanya karena ada promo free ongkos kirim, rata-rata pembeli memilih berbelanja via market place tersebut. Setahun ini baru mulai mencoba market place free ongkir tersebut.
Kemarin saya dengar ada postingan di media sosial katanya orang yang habis mengikuti kajian, bahwa market place ada unsur ribanya.
Jazakallahu khairan.
Jawaban:
Wassalamu’alaikum wr wb
PERTAMA
Proses jual beli melalui marketplace bisa dijelaskan sebagai berikut:
Definisi Istilah
E-commerce: transaksi jual beli/perdagangan secara online.
Market place: tempat berjualan online di mana penjual baru menerima uangnya jika barang sudah sampai ke pembeli.
Dropship: orang yang menjual barang ke konsumen, tetapi pengiriman dari produsen/penjual besar.
Reseller: orang yang menjual suatu produk dari produsen atau penjual besar.
Saldo Penjual
Saldo penjual (seller) memang benar ditahan sebelum barang sampai ke tangan pembeli. Sistem tersebut dibuat agar penjual benar-benar telah mengirimkan barang yang sesuai dengan pesanan customer. Saldo akan cair setelah customer klik pesanan diterima. Proses pencairan dana untuk Marketplace biasanya 1 sampai 2 hari kerja jika rekening bank penjual termasuk bank konvensional besar (BCA, BNI, BRI, dan Mandiri). Prakteknya sekarang Marketplace cepat cairnya, di hari yang sama juga bisa langsung cair jika pembeli sudah klik pesanan diterima dan jika rekening banknya termasuk bank konvensional tersebut.
Free Ongkir
Promo subsidi ongkir dari Marketplace adalah bentuk strategi promosi dari Marketplace. Awalnya, Marketplace belum beriklan di televisi karena baru setahun buka dan iklannya hanya internet dan di media sosial saja. Awalnya, batasan untuk belanja yang dapat subsidi ongkir adalah sebanyak 3 kali per hari. Banyak sekali kesempatan untuk bisa dapat free ongkirnya.
Batasan nilai belanjanya juga dulu masih murah bisa dapat subsidi ongkir minimal belanja Rp50 ribu. Lama-lama naik minimal belanja Rp70 ribu-Rp90 ribu-Rp120 ribu dan bulan ini sudah naik menjadi minimal belanja Rp150 ribu (untuk pengiriman JNE dan POS). Karena sekarang Marketplace sudah beriklan di televisi, sudah banyak yang pakai Marketplace dan alasan lainnya sehingga kesempatan subsidi sekarang diperkecil dan nilai belanja menjadi naik.
Sistem seperti ini adalah salah satu bentuk garansi untuk pembeli agar bisa berbelanja online yang aman dan nyaman. Uang akan cair setelah pembeli klik pesanan diterima. Penjual juga gak sembarang jual produk. Produk harus sesuai dengan apa yang tertera di lapak Marketplacenya.
Apa itu Garansi Marketplace
Garansi Marketplace adalah suatu perlindungan dari marketplace untuk Anda dengan cara menahan dana pembeli sampai pembeli mengkonfirmasikan bahwa barang sudah diterima dengan baik.
Setelah kami menerima konfirmasi tersebut, dana baru akan diteruskan ke penjual. Periode Garansi Marketplace terdiri dari “Masa Pengemasan” dan “Estimasi Masa Pengiriman”, dimulai dari tanggal konfirmasi pembayaran untuk pesanan Anda, dengan perhitungan: “Masa Pengemasan + Estimasi Masa Pengiriman”.
Masa Pengemasan tertera di halaman produk sebagai Dikirim Dalam, tetapi akan otomatis berakhir ketika penjual mengkonfirmasikan sudah kirim barang dalam aplikasi.
Proses Transaksi
Masa Pengiriman Garansi Marketplace mengikuti aturan berikut ini:
Masa pengiriman pesanan dari DKI Jakarta ke DKI Jakarta = 5 hari + (dikirim dalam).
Masa pengiriman pesanan daerah lainnya (bukan sesama DKI Jakarta atau antar daerah lainnya) = 8 hari + (dikirim dalam).
Khusus untuk pengiriman dengan jasa kirim JNE, apabila penjual memasukkan nomor resi pengiriman yang sah ke dalam aplikasi Marketplace, Garansi Marketplace akan berakhir 1 hari setelah sistem JNE menyatakan paket terkirim dengan sukses. Apabila pembeli klik Pesanan Diterima, maka dana juga akan langsung dilepas dan diteruskan ke penjual.
Untuk pesanan yang TELAH dikirimkan oleh penjual: Pembeli harus mengkonfirmasi penerimaan barang atau mengajukan pengembalian dalam kurun waktu tersebut atau dana akan secara otomatis diteruskan kepada penjual ketika masa berakhir.
Sedangkan untuk pesanan yang BELUM dikirimkan oleh penjual:
(1) Penjual harus memastikan bahwa pesanan telah dikirimkan selambat-lambatnya 3 hari setelah masa “Dikirim Dalam” berakhir, atau dana akan secara otomatis dikembalikan kepada pembeli. Pembeli juga dapat mengajukan pengembalian dana apabila barang belum dikirimkan.
(2) Pembeli dapat meminta satu kali perpanjangan Garansi Marketplace selama 3 hari bila pembeli masih belum menerima barang, dengan memilih Perpanjang Masa Garansi Marketplace di “Rincian Pesanan”.
Jika Anda masih belum menerima barang Anda ketika dalam masa perpanjangan, pilih Ajukan Pengembalian Barang/Dana sebelum masa perpanjangan Garansi Marketplace berakhir untuk melindungi dana Anda.
KEDUA
Berdasarkan gambaran tentang bisnis proses yang terjadi dalam marketplace dan e-commerce, maka bisa dijelaskan sebagai berikut:
Pihak-pihak yang bertransaksi
Pihak-pihak yang bertransaksi adalah produsen selaku pemilik barang yang menjual barangnya melalui lapak atau marketplace. Sedangkan pemilik lapak atau marketplace adalah penjual jasa marketing atau pihak yang memasarkan produk-produk kepada pasar.
Jenis Akad (Transaksi)
Skema Jual Beli
Sesungguhnya transaksi jual beli itu terjadi antara pemilik produk atau barang dengan pembeli langsung. Skema yang digunakan adalah jual beli tidak tunai atau al-Bai’ al-Muajjal, di mana barang yang dijual itu diserahkan secara tunai, sedangkan harga diterima oleh penjual atau produsen setelah barang diterima oleh pembeli.
Transaksi antara pemilik marketplace atau lapak dengan penjual itu menggunakan akad ijarah atau jual manfaat, di mana pemilik marketplace menyewakan jasa lapak sebagai marketing atau pemasaran produk kepada pembeli. Maka atas jasa memasarkannya itu pemlik marketplace mendapatkan fee.
Hal ini berdasarkan hasil keputusan Majma’ Al-Fiqh Al-Islami (Divisi Fikih Organisasi Kerjasama Islam/OKI) No. 51 (2/6) 1990 yang membolehkan jual beli tidak tunai dan Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah.
1. Ketentuan Transaksi Jual Beli
Berdasarkan skema jual beli antara pemilik produk dan pembeli melalui market place, penjual berhak mendapatkan margin atas produk yang dijualnya sesuai kesepakatan
Jika harga jualnya baru bisa diterima setelah produk diterima oleh pembeli itu disepakati, ketentuan ini menjadi sah dan harus ditepati dalam transaksi jual beli. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw.
المسلمون على شروطهم إلا شرطا حرم حلالا, او أحل حراما
Seorang muslim wajib menunaikan persyaratan yang telah disepakati kecuali persyaratan yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi, Ad Daruquthni, Baihaqi dan Ibnu Majah)
2. Ketentuan Transaksi Ijarah
Berdasarkan skema ijarah antara pemilik lapak dan supplier (pemilik produk), pemilik produk berhak mendapatkan fee atas jasa marketing product sehingga produk tersebut dibeli oleh pembeli atau pelanggan, baik fee secara langsung diberikan oleh penjual produk maupun fee secara tidak langsung dari iklan ataupun dari transaksi pihak ketiga.
Hal ini berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah dan Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 52/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syari’ah dan Reasuransi Syari’ah
Jika ada ketentuan bahwa saldo penjual ditahan oleh pemilik lapak sehingga barang diterima oleh pembeli. Ketentuan ini bertujuan agar hak pembeli, untuk mendapatkan barang, bisa terpenuhi sehingga tidak terjadi biaya sudah diterima oleh penjual, tetapi barang belum diterima. Jika ketentuan ini disepakati, jual beli menjadi sah. Sesuai pendapat Ibnu Qayyim dalam masalah syarat akad bahwa setiap syarat disepakati itu dibolehkan selama tidak bertentangan dengan target bisnisnya.
Jika pihak yang menyewakan jasa itu memberikan discount itu diperkenankan selama atas ridha pihak penjual (at tanazul an al haq)
Jika terjadi pengendapan dan pembungaan saldo rekening selama masa pengendapan tersebut, penyimpangan itu bukan dilakukan oleh pembeli atau penjual, tetapi oleh pelaku (marketplace).
Dengan demikian, penyimpangan ini tidak berlaku pada transaksi jual beli antara penjual produk dan pembeli.
Memprioritaskan untuk bertransaksi dengan pihak dan produk yang memberikan kemaslahatan kepada masyarakat khususnya muslim, agar terhindar dari pembungaan uang.
KETIGA,
Kesimpulan
- Jual beli produk melalui marketplace dibolehkan selama memenuhi rukun dan syarat jual beli dan akad ijarah.
- Pengendapan saldo oleh marketplace itu dibolehkan selama disepakati,
Jika terjadi pembungaan atas saldo mengendap yang dilakukan oleh pemilik marketplace maka itu penyimpangan yang dilakukan marketplace tanpa seizin penjual barang.
(oni/dakwatuna.com)
Referensi:
Buku Riba, Gharar dan Kaidah-Kaidah Ekonomi Syariah Analisis Fikih & Ekonomi (Dr. Oni Sahroni, M.A. & Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P)
Fatwa DSN-MUI NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah, NO: 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pebiayaan Ijarah dan NO: 52/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syari’ah dan Reasuransi Syari’ah
Keputusan Majma’ Al-Fiqh Al-Islami (Divisi Fikih Organisasi Kerjasama Islam/OKI) No. 51 (2/6) 1990
Demikian penjelasan dari saya kak, sila bisa konsultasi juga ke ustadz2 lain tentang hal ini https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/f4c/1/16/1f642.png:).
Tetap semangattt! Go Online!

Tri Widayanti
Founder Komunitas Emakpreuneur Indonesia
One family one business