Tampilkan postingan dengan label haji. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label haji. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Oktober 2023

Umrohku Sangat Berkesan



Hari Jum'at kemarin saya kedatangan tamu, teman mengajar saat di Tunas Muda. Obrolan kami random. Apa saja menjadi bahan pembicaraan. Namun, saya ingin cerita kami adalah sesuatu yang bisa diambil hikmah. Bukan cerita asal cerita.


Teman saya pernah menjalankan ibadah umroh bersama anak laki-lakinya. Beberapa tahun yang silam, saat akhir bulan puasa hingga beberapa hari setelah idulfitri mereka berada di tanah suci.


"Dulu umrohku biasa saja. Nggak ada kesan seperti cerita banyak orang. Kalau mbakyuku dan bapak, bulan September kemarin umroh, ceritanya istimewa. 


Apakah karena satu rombongan jalan sendiri-sendiri dan terkesan ada ngegap. Yang ngegap adalah orang-orang terpandang dan para pejabat. Bertegur sapa saja tidak. Kalau ketemu cuma tersenyum.


Kalau mbakyu saya dan suami, mereka bantu-bantu jamaah orang tua. Bapak juga menceritakan senang untuk ketiga kalinya ke tanah suci."


"Bu, tiap orang tidak mengalami kejadian yang sama di tanah suci. Berangkat bareng, tidur bareng, makan bareng, ke Masjidil Haram bareng. Tapi pengalaman kita beda dengan orang lain.


Contohnya saya dan suami. Berangkat bareng, di sana makan bareng, jalan-jalan bareng, suami punya pengalaman mendampingi lansia dan saya juga punya pengalaman bantu-bantu lansia, tapi pengalamannya beda. Suami tidak mengalami apa yang saya alami atau sebaliknya. 


Kami ambil hikmah. Setiap perjalanan kami terkandung pengalaman yang amat mengesankan. 


Mungkin njenengan juga punya pengalaman mengesankan tapi njenengan anggap biasa."


"Bisa jadi begitu ya, Bu."

"Ya iyalah. Mosok 14 hari di tanah suci ndak ada pengalaman yang mengesankan?"


00000


Bersyukur, dari Asrama Haji Donohudan sampai pulang ke rumah, sampai sekarang masih lekat dalam ingatan, pengalaman yang mengesankan.


Kamis, 12 Oktober 2023

Bertambah Shalih Setelah Berhaji

Di Mina Ujian dimulai


Setiap insan ingin berubah menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Demikian pula para jemaah haji. Jemaah haji yang telah pulang dari tanah suci sebagian menunjukkan perubahan yang signifikan.


Ada yang sebelum menunaikan ibadah haji, salat di rumah tidak berjemaah, tidak rutin membaca Alqur'an, sedekah ala kadarnya, dan amalan lain yang tidak begitu mencolok. Namun, orang tersebut ingin istimewa saat berangkat haji dan setelah pulang.


Alhamdulillah, pengalaman di tanah suci benar-benar bisa mengubah perilaku dan perbuatan seseorang menjadi lebih baik. Amal perbuatannya dijaga, lisannya dijaga, matanya dijaga, dan semua yang akan dilakukan benar-benar yang bermanfaat.


Sepulang berhaji semakin shalih. Salat berjemaah di masjid, berpuasa sunah, dzikir panjang, baca qur'an, lisannya baik, kepergiannya keluar rumah hanya untuk sesuatu yang diridhai Allah. Masya Allah! Allah menggerakkan hati dan niatnya untuk kebaikan.


Ternyata berubah menjadi lebih baik melalui proses yang panjang, lewat pengalaman spiritual yang tidak semua orang mengalaminya. Tentu saja setiap jemaah haji yang telah pulang ke tanah suci bisa istiqamah dalam beribadah. 


Semoga Allah memudahkan melewati perjalanan panjang ini. 


00000


Silaturahmi Setelah Pulang dari Tanah Suci

 


Pulang dari tanah suci, kembali melakukan aktivitas seperti sebelumnya, termasuk bekerja. Namun, ada sesuatu yang tetap bila dilakukan agar bisa berkumpul kembali dengan teman-teman jemaah haji lainnya. Tentu saja tetap bersilaturahmi agar persaudaraan makin kokoh.


Untuk pertama kalinya sepulang dari tanah suci, kami teman seregu menjalin silaturahmi. Kami bareng-bareng mencoba kuliner olahan kambing di Warung Sate Mbah Ali Mojogedang.


Sebetulnya acara ini dibuat oleh suami dalam rangka memperingati tanggal lahir saya, 2 September. Alhamdulillah, tahun 2023 ini usia saya tentu sudah tak muda lagi. Syukur, Allah masih memberi nikmat sehat dan panjang umur.


Bulan Oktober 2023 ini, silaturahmi dengan teman-teman Rombongan 2 Kloter 59 SOC akan diselenggarakan di rumah ketua rombongan, Bapak H. Sunarno. Semoga acaranya berjalan dengan lancar.


00000

Minggu, 08 Oktober 2023

Mengapa Ingin Kembali ke Tanah Suci?

Zam-zam Tower, kami di lantai 4

Kita sering mendengar orang bolak balik ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Bagi sebagian orang akan mengatakan bahwa bolak balik umrah dan haji hanya menghamburkan uang. Daripada bolak balik untuk haji dan umrah, akan bermanfaat kalau uangnya disedekahkan pada fakir miskin yang lebih membutuhkan, menyantuni anak yatim, membantu kerabat  dan lain-lain.


Dahulu, saya dan suami punya keinginan kuat untuk menunaikan ibadah haji bareng. Bisa berangkat ke tanah suci, salat langsung di depan Ka'bah atau berada di Masjid Nabawi adalah mimpi besar yang segera ingin kami wujudkan. 


Ternyata setelah sampai di tanah suci, rasanya mau kembali ke tanah air kok eman-eman. Ingin balik lagi ke Mekah dan Madinah. Setelah menjalankan thawaf wada' lalu akan kembali ke hotel, air mata bercucuran. "Ya Allah, undang kami kembali ke sini bersama anak-anak."


Demikian pula saat meninggalkan kota Madinah, mata ini membasah. Ya Nabi, kami akan kembali ke Masjid Nabawi. Masjid yang adem dan menentramkan jiwa. Nangis, mewek, semedhot, kelara-lara. Rasanya seperti cengeng. Saya dan suami merasakan sendiri, hati ini terpaut dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. 


Siapa yang pernah berhaji dan umrah, tapi tak ingin balik lagi ke tanah suci? Pasti kepingin balik lagi.


Jadi, kalau ada orang yang bolak balik ke tanah suci untuk berhaji dan umrah, saya tidak akan bilang lebih baik uangnya untuk ini untuk itu. Sebab, saya dan suami merasakan sendiri betapa kami rindu ke Baitullah dan Masjid Nabawi.


00000

Senin, 25 September 2023

Arbain di Masjid Nabawi

 


Rukun Islam kelima adalah Naik haji di tanah suci bagi yang mampu. Bagi jemaah haji Indonesia, selain menunaikan ibadah umrah dan haji juga menunaikan ibadah salat di Masjid Nabawi. Nah, bagi jemaah haji reguler diberi waktu yang cukup di Madinah. Sekitar 9 hari.


Kesempatan di Madinah ini tentu tidak akan disia-siakan. Jemaah haji bisa melaksanakan salat wajib 5 waktu di Masjid Nabawi selama 8 hari tanpa putus yang dinamakan salat Arbain. Salat Arbain adalah salat 40 waktu.


Ada lagi ziarah ke Raudhah, Makam Baqi (bagi perempuan cukup di luar), ziarah ke masjid-masjid sekitar Masjid Nabawi, misalnya Masjid Quba, Masjid Bilal, dan lain-lain. Sebagai orang Islam tentu sangat bangga bila bisa berziarah ke tempat-tempat bersejarah. 


Kembali ke salat Arbain. Saya dan teman-teman saling support agar bisa salat wajib berjemaah 5 waktu selama 8 hari tidak putus. Bila ada yang mengantuk,  maka yang lain "memaksa" membangunkan. Kami berangkat ke masjid bersama.  Biasanya sampai di masjid terpisah mencari shaf yang masih kosong. Pulangnya tidak bersama-sama. 


Oleh karena jaraķ hotel dengan Masjid Nabawi dekat, maka setelah salat subuh, zhuhur, dan asar kami langsung pulang. Setelah magrib kami tidak pulang. Jadi, setelah salat magrib kami tetap berada di masjid. Yang kami lakukan adalah zikir, tadarus, atau beristirahat menunggu Isya.


Sepulang dari salat isya' waktu menunjukkan pukul setengah 10. Kami langsung tidur agar keesokan harinya bisa bangun lebih awal dan salat tahajud di Masjid Nabawi. Senang rasanya bisa berlama-lama di masjid.


Kini, saya merasakan kangen yang luar biasa. Semoga Allah memudahkan saya dan keluarga untuk ke tanah suci untuk berhaji dan umrah kembali. Amin.


00000

Kamis, 21 September 2023

Menulis Buku Perjalanan Haji dan Umrah



Setiap mendengar ada teman, saudara, kerabat, bahkan orang tua sendiri mau berangkat haji dan umrah, rasanya ikut bahagia. Saya sendiri gemetaran ketika ada panggilan berangkat haji. Bagaimana tidak? Saya menunggu giliran selama 11 tahun.


Ketika mau berangkat, selama perjalanan, dan selama di tanah suci, saya sering membagikan pengalaman tersebut di dunia maya. Tujuan saya murni untuk betbagi pengalaman dan memotivasi teman-teman dan saudara-saudara. Seandainya ada yang menilai dalam membagikan prngalaman ada unsur riya atau pamer, itu hak mereka. 


Akhir tahun 2011 sampai awal tahun 2012, saya sibuk ke puskesmas, kantor Kemenag, dan bank. Beberapa teman tahu kesibukan saya tapi tidak tahu dengan apa yang saya lakukan. Setelah semua urusan telah selesai dan saya mendapatkan nomor porsi, saya bercerita soal mendaftar haji. Respon mereka positif.


Dari berbagi pengalaman mendaftar haji ini ternyata bisa menginspirasi. Teman-teman bilang kalau saya dan suami "berani" meninggalkan segala kemewahan dunia dan memilih untuk mendaftar haji. Mereka tahu bagaimana rumah dan keseharian saya. Bagi orang lain mungkin mengutamakan mempercantik rumah, beli motor, atau mobil daripada untuk daftar haji.


Tahun 2023 saya dan suami berangkat haji. Ada kenalan yang kaget, "Kok bisa berangkat haji?"

Saya malah lebih kaget lagi. Namun, saya memilih menjawab, "haji itu panggilan. Undangan berhaji juga merupakan misteri. Allah memanggil kami. Ya, harus berangkat."


Agar pengalaman berhaji bisa memotivasi bagi orang lain, maka perlu saya tuliskan dalam bentuk buku. Semoga bermanfaat. Mulai sekarang mencicil. Minimal menuliskan judul dan biodata penulis. Hahaha 


00000

Kamis, 14 September 2023

Di Muzdalifah Kita Berpisah



Dulu kita merencanakan untuk selalu bersama dalam melakukan semua kegiatan atau manasik haji di tanah suci. Ternyata setelah berada di lapangan hal itu tidak mungkin 100% terlaksana. 


Hal yang sampai sekarang masih kuingat adalah ketika kita diuji dengan keterlambatan datangnya bus yang membawa jemaah dari Muzdalifah ke Mina. Hari semakin siang, panas semakin menyengat. Persediaan minuman menipis. 


Kita menunggu bus. Kita sepakat untuk berpisah di Muzdalifah. Aku mendampingi bapak-bapak lansia. Kau juga demikian. Mengapa kita tidak berempat saja, tidak berdua-berdua? Dengan berpisah lebih mudah untuk bergerak.


Dan benar! Aku dan lansia yang kudampingi mendapatkan bus sebelum jam sebelas. Sementara kamu berdua jam setengah satu baru mendapatkan bus. Ternyata perpisahan kita adalah langkah yang tepat.


Alhamdulillah, berpisah di Muzdalifah hanya sementara. Sebab, setelah berada di Mina kita bisa selalu berdua untuk melempar jamarat.


00000

Minggu, 10 September 2023

Umroh Bersama Mama



Saya ingin anak-anak bisa ke tanah suci untuk menjalankan ibadah haji dan umrah saat mereka masih belia. Paling tidak umrah dahulu bila ingin ke tanah suci lebih cepat.


Suatu hari saya bertanya pada F2, anak kedua. Bila suatu saat mendapatkan kesempatan menjalankan umrah sendiri, sudah siapkah? Atau bila suatu hari Mama dapat rezeki mendapatkan 2 tiket umrah gratis, sudah siapkah berangkat? Jawabnya: kalau dengan Mama, aku siap. Kalau tidak dengan Mama ya paling tidak dengan orang yang aku kenal. Atau bironya dapat dipercaya. Bironya tidak yang bohong atau ngapusi.


"Berarti kamu siap, ya Iz?"

"Insya Allah."

"Alhamdulillah. Semoga bisa secepatnya ke tanah suci."

00000


Obrolan receh yang memotivasi agar bisa secepatnya menjalankan umrah dan haji. Bismillah.

Kamis, 17 Agustus 2023

Menikmati Subuh di Masjidil Haram Bersama Suami

 


Selama di Mekah, tidak setiap hari saya dan suami ke Masjidil Haram untuk melaksanakan salat wajib. Di samping karena jarak hotel dan Masjidil Haram jauh, juga karena saya harus menghemat energi dan menjaga kondisi tubuh. 


Bila telah tiba di Masjidil Haram, kami harus berpisah mencari shaf. Shaf laki-laki berbeda dengan shaf perempuan. Agar bila mudah kembali bersama maka WC 3 adalah titik kumpul favorit.


Namun, ketika saya dan suami punya kesempatan untuk salat di Masjidil Haram, maka waktu kami gunakan dengan sebaik-baiknya. Betul-betul kami nikmati akhir malam dan subuh untuk berlama-lama berzikir dan berdoa.


Salat tahajud, lalu zikir, salat lagi, baca ayat qur'an, salat, zikir lagi dan seterusnya. Di depan Ka'bah hati nyes tenang, tenteram, dan damai. Tak ada yang mengganggu. Apalagi bila berada di tempat di mana askar tak lagi mengusik. 


Di depan Ka'bah seakan komunikasi dengan Sang Pencipta tak ada pembatasnya, padahal di depan saya banyak orang yang sedang thawaf.


Bila salat subuh telah ditunaikan dan doa telah tuntas dipanjatkan, saya harus  meninggalkan Masjidil Haram. Saya harus menemui "kekasih" saya di WC 3 (titik kumpul). Setelah bertemu, kami harus berjalan menuju terminal untuk mendapatkan bus yang akan membawa pulang.


00000

Sabtu, 12 Agustus 2023

Bolehkah Umroh Sebelum Menunaikan Ibadah Haji?


Ada seorang kenalan bertanya  "Bolehkah saya umroh sebelum menunaikan ibadah haji?" Jawabannya adalah boleh.

Tahun 2012, 6 Januari saya dan suami mendaftar haji. Pegawai kemenag dan bank memberikan perkiraan keberangkatan kami. Lama tunggu sekitar 8 tahun. Bisa maju, bisa juga mundur. Artinya, perkiraan berangkat tahun 2020. 

Tahun 2019, saya dan suami mendapat panggilan dan tawaran untuk mengikuti bimbingan manasik haji. Sebab, saya dan suami masuk kuota pemberangkatan tahun 2020. 

Saat mengikuti bimbingan di salah satu KBIH, beberapa pemateri mengajak dan menyarankan pada kami para jemaah haji tahun 2020 untuk "mengajak" saudara, kerabat, teman, atau tetangga untuk mendaftar haji (bukan umroh). Bila sudah mendaftar haji, tapi umur belum sampai dan meninggal sebelum bertngkat maka jemaah tersebut telah mendapatkan pahala "haji" karena selain niat juga sudah melakukan aksi. 

Setelah mendaftar haji, sambil menunggu "berangkat", jemaah bisa berumroh. Yang penting daftar haji dulu.

Namun, sekarang daftar tunggu makin panjang dan masa tunggunya bisa lama. Dengan pertimbangan umur dan kesehatan, sekarang saran  dari KBIH adalah jemaah yang penting seumur hidup minimal satu kali ke tanah suci.

Mumpung sehat, segera berangkat. Tidak harus menunggu kalau sudah mendaftar haji, lalu umroh.

Saya sampaikan ke kenalan, "umroh dulu. Jangan sampai maunya berhaji dulu, antrean panjang, umur nggak nyampai."

Kalau sudah sampai Mekah lalu berdoa, minta pada Allah agar dimudahkan segala urusan. 


00000


Jumat, 11 Agustus 2023

Menjaga Kemabruran Haji


Suatu hari saya dan suami kedatangan dua orang kenalan. Alhamdulillah, mereka adalah orang-orang yang sederhana meskipun sudah bolak balik ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Maklum, mereka memang "petugas" dan "pendamping".

Pengalaman mereka sudah tidak diragukan lagi. Rupanya mereka akan kroscek pada kami. Apa yang kami lakukan di sana, terkait ibadah sosial. Kalau ibadah secara personal malah tidak ditanyakan.

"Pak Bud, pripun? Kebiasaannya di sini juga dilakukan/dipraktikkan di sana, apakah mengalami kendala?"

"Alhamdulillah, kemampuan memijat tetap saya praktikkan. Siapa pun yang membutuhkan, saya bantu."

"Istrinya protes atau tidak?"

"Nggak, Pak. Sebab, sejak dari rumah kami memang bersepakat untuk membantu orang sesuai dengan kemampuan kami masing-masing." Jawab saya dengan lugu.

"Nah, kemarin itu sudah menjadi isu nasional kejadian di Muzdalifah. Bagaimana dengan njenengan berdua?"

"Di Muzdalifah, saya dan istri sepakat untuk berpisah "

"Maksudnya?"

"Karena kondisi saat itu tidak memungkinkan kami ke mana-mana harus berdua. Kami sepakat, saya mendampingi lansia dan istri juga mendampingi lansia. Kami tidak mungkin akan berempat. Lebih baik berpisah dan mencari "jalan keluar" dari Muzdalifah berdua berdua. Dengan seperti ini, alhamdulillah istri dan lansia yang didampingi lebih duluan mendapatkan bus yang membawa ke Mina. Sekitar jam 11-an. Sedangkan saya dengan bapak lansia sekitar jam setengah satu baru mendapatkan bus. Tetap bersyukur karena sampai Mina masih cukup waktu."

"Syukurlah, panjenengan masih sempat memikirkan orang lain. Muzdalifah adalah ujian bagi semua orang, sifat orang kelihatan saat di Muzdalifah."

Ujian? Ya, Muzdalifah adalah tempat ujian sesungguhnya. Saat itu bekal air habis. Kalaupun masih ada tentu jumlahnya terbatas. Air kran diminum juga tak masalah. Panas matahari benar-benar terik. Tidak ada pohon dan tenda di tengah tanah lapang yang luas. Hanya ada tenda tenda kecil tempat untuk antre menunggu bus.

Di Muzdalifah banyak orang sudah tidak peduli dengan yang lain. Namun, bagi saya dan suami, Muzdalifah adalah ladang amal. Kami hanya mendampingi, ikut mengantre menunggu bus agar lansia-lansia segera bisa ke Mina. Suhu udara sekitar 45 dersel, bukanlah suhu yang sejuk dengan angin sepoi sepoi. Suasana panas, hati panas, pikiran kemrungsung, panik, dan lain-lain.

"Pak Bud, haji mabrur itu bukan sebatas di tanah suci khatam baca Qur'an berkali-kali, tiap hari tahajud dan salat di Masjidil Haram, umroh sunnah tak terhitung, dapat mencium hajar aswad, menyentuh pintu Ka'bah, Multazam, maqam Ibrahim, salat di Hijr Ismail. Mabrur itu seberapa banyak kita bermanfaat bagi orang lain, tetap istiqamah melakukan salat berjemaah atau melakukan amalan secara rutin, khususnya setelah kita kembali ke tanah air."

Benar juga, bila mabrur hanya sebatas ini dan itu, kasihan orang lanjut usia, dissabilitas, dan orang yang mendampingi lansia yang terbatas bisa ke Masjidil Haram.

Menjaga kemabruran, ya di tanah air inilah apa yang bisa kita perbuat.

00000

Buka Rekening Tabungan Haji


Seorang kenalan menceritakan keinginannya untuk naik haji. Saya antusias mendukungnya. Saya sarankan untuk segera menabung di bank khusus tabungan haji.

"Tapi suamiku nggak mau nabung. Katanya kalau uangnya sudah cukup, dia akan mendaftar haji langsung."

"Ya, nggak apa."

"Kemarin aku ke bank syariah dan membuka rekening tabungan haji. La kok ditanya suaminya mana?"

"Kamu kan perempuan, bersuami pula. Kalau perempuan naik haji kan dengan muhrimnya. Maksudnya suami ditanyakan itu kelak mau berangkat berdua atau tidak."

"O, gitu ya."

"Yang penting ada niat, lillahi ta'ala, action. Actionnya ya segera nabung atau ngumpulin uangnya."

"Nambah saldonya tiap bulan nggak perlu banyak, kan?"

"Kalau uangnya belum cukup banyak, saranku nggak usah dibawa ke bank dulu. Sebab, ngantre kita lama, cuma mau nabung sedikit. Sayang waktunya. Mending dikumpulkan di rumah dulu, lalu dibawa ke bank."

"Makasih atas sarannya, ya."

"Sama-sama."

Tiap orang akan diuji. Ujiannya macam-macam. Ada yang pasangan suami istri yang sefrekuensi. Ada yang istrinya lebih sholeh dari suaminya atau sebaliknya. Tak apa, yang penting aqidah tetap terjaga.

Ada yang pasangan suami istri sudah klik untuk menunaikan ibadah haji. Ada yang istrinya sudah siap, sedangkan suaminya belum. Atau sebaliknya. Yang penting sabar dan berdoa, semoga Allah memudahkan kita untuk menunaikan ibadah haji dan umroh.

Jangan lupa, nabung untuk berhaji dan umroh ya.

00000

Kamis, 10 Agustus 2023

Bila Sudah Berniat Segera Buka Rekening Tabungan Haji

 


Rukun Islam kelima adalah haji. Naik haji bagi yang mampu. Mampu di sini artinya mampu secara finansial, kesehatan, dan perjalanan aman. Siapa pun bisa menunaikan ibadah haji asal Allah memanggilnya untuk berangkat ke tanah suci. 

Ada orang yang hidupnya sederhana, cukup, bahkan tergolong pas-pasan, namun bila Allah telah berkehendak, bisa saja orang tersebut segera menunaikan ibadah haji. Entah karena mendapat hadiah atau sebab lain.

Bagi teman-teman yang ingin segera ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, bisa segera membuka rekening tabungan haji. Silakan datang ke bank syariah (jangan konvensional). Setoran awal tidak memberatkan kok, tergantung aturan bank yang berlaku saat ini.

Tambahlah saldo secara rutin. Semampunya saja. Kalau bisa menabung dalam jumlah besar, silakan. Namun, bila jumlahnya sedikit, sebaiknya uang dikumpulkan dulu di rumah. Tujuannya agar waktu antre kita lebih bermakna bila kita menyetorkan uang tabungan dalam jumlah banyak.

Yang penting niat beribadah haji ini segera direalisasikan dengan menabung. Insya Allah nanti dimudahkan dan rezeki dicukupkan untuk membayar setoran awal ONH sebesar 25 juta rupiah. 

Jangan bilang masih banyak utang, kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan anak-anak masih banyak sehingga menunda menabung di bank.

Ini hanya sebagai ajakan, bukan memaksa. Dulu tahun 2012 saya dan suami juga "berani" membuka rekening tabungan haji. Alhamdulillah, akhirnya bisa berangkat ke tanah suci.

Jadi, niat saja belum cukup, harus dibarengi dengan aksi.

00000


Minggu, 06 Agustus 2023

Jemaah Haji Reguler Perlu Membawa Beras




Jemaah haji tahun 2023 mendapatkan makanan pagi, siang, dan sore/malam. Makanan terjamin enak. Namun, kadang ada sedikit error dalam memadupadankan antara nasi, sayur, dan lauk untuk sarapan pagi. Contoh salah satu menu sarapan pagi: nasi kuning lauk kering kacang dan teri.  (Misalnya, nasi kuning, kering kacang dengan secuil telur kan Indonesia banget, kayak mau ulang tahun gitu 😂😂😂). Sarapan pagi dengan menu: nasi uduk lauk oseng tempe (cenderung seperti bacem, pedas enggak manis juga enggak).

Kalau siang lauknya berlimpah, seperti ayam goreng, ayam bumbu kecap, ayam bumbu rica, patin, daging sapi, dan lain lain. Nah, kalau protein hewani berlimpah, biasanya dikumpulkan kemudian esoknya dibuat makanan lagi agar nafsu makannya bertambah. Remake. 

Tiga hari terakhir, suplai makanan agak tersendat. Maka dari pihak pemerintah mengambil solusi, selama 2 hari pagi sarapan berupa paket indomi dalam wadah sejenis popmi, dan 2 buah roti selai. Siang dan sore hari ada nasi dan lauk. Hari ketiga tidak ada logistik. Sebab itulah rombongan sepakat untuk menanak nasi yang ramah lansia.

Sayangnya, dari tanah air sudah diberi tahu bahwa makanan terjamin dan tidak bakal kekurangan. Kenyataannya di lapangan, tanggal 7, 14, 15 Dzulhijah tidak ada suplai makanan. Mau tidak mau harus beli nasi lewat katering atau jalan keluarnya memasak nasi dan lauk ramai-ramai.

Kalau pakai katering, satu porsi sarapan dengan lauk standar protein hewani jemaah haji harus mengeluarkan uang 15 riyal. Ada juga yang per porsi harganya 20 riyal.

Untuk pengiritan sana sini, langkah cerdasnya adalah memasak bareng-bareng. Dana diambilkan dari iuran rombongan. Alhamdulillah, semua bisa teratasi dan makanan benar-benar ramah lansia.

Pesan untuk teman-teman yang akan berangkat haji tahun 2024 tetap bawa beras ya, setidaknya bawa 1 kg. Bawa 1,5 kg lebih aman. Masaknya pakai mejikom. Mejikom bisa dibeli di tanah suci. 

Selain beras, apa saja yang harus dibawa? Nantikan tulisan berikutnya.

00000

Sabtu, 05 Agustus 2023

Kembali ke Baitullah



Bagi teman-teman yang sudah menunaikan haji dan umrah, saya yakin pasti mereka ingin kembali ke Baitullah. Sebab, sebelum mereka ke tanah suci saja sudah rindu Baitullah, apalagi sudah pernah berhaji dan umrah.

Bila daftar tunggu untuk menunaikan ibadah haji cukup lama, sementara ada cukup uang maka umrah bisa segera dilaksanakan tanpa harus menunda lagi. Teman-teman nanti akan "tuman" alias ketagihan untuk berlama-lama di Baitullah. 

Di Baitullah hati lebih tenteram, tenang, dan damai. Hati terpaut. Tiap mulut melantunkan doa, ada tetes air mata. 

Untuk itu, segeralah ke Baitullah bila secara finansial teman-teman mampu. Setelah mendaftar umrah, juga ikut bimbingan manasik umrah. Semoga semuanya lancar.

Rabu, 21 Juni 2023

Makanan yang Perlu Dibawa Saat Naik Haji Reguler



Alhamdulillah, tahun 2023 ini jemaah haji Indonesia mendapatkan makan tiga kali dalam sehari. Menunya juga enak-enak, tapi sayangnya padu padannya kurang greget. Misal pagi hari nasi kuning lauknya kering kacang dan teri. Siangnya sudah cocok, malqm hari menunya sedikit aneh. Hari berikutnya, pagi hari menu sarapan nasi uduk lauknya oseng tempe bumbu kecap. 

Meskipun sudah ada daftar menu untuk seminggu, tetap saja kalau buka kotak aluminium foil rada kaget juga. Maka salah satu cara agar makannya tetap lahap adalah makanan/lauk kering yang dibawa dari tanah air dieksekusi. Biasanya sambal pecel tak pernah ketinggalan. Ada juga abon, kering tempe, serundeng, sambal terasi/tomat, kecap dan mi instan atau mi gelas. 

Bagi Anda yang akan naik haji pada tahun yang akan datang, mangga bisa dibaca. Siapa tahu bermanfaat.

Lauk kering:
Kering tempe mix kacang atau teri, abon ayam/sapi, serundeng ori/pedas, sambal pecel, tempe keripik, rempeyek, dan makanan kering kesukaan ya.

Makanan/camilan:
Biskuit, enting-enting, keripik jagung  onde-onde mini, slondok.

Minuman instan:
Jahe, susu jahe, energen, kopi, teh, gula pasir, gula jawa, dan lain-lain. 

Permen:
Kopiko, relaksa, kiss, permen jahe, atau permen kesukaan. 

Makanan/camilan dan permen selain dikonsumsi sendiri juga bisa disedekahkan saat berada di Masjidil Haram atau masjid terdekat.

Saya selalu bawa tas ransel kecil berisi bikuit dan permen. Makanan tersebut saya bagikan pada orang yang saya temui.

Suatu hari saya berjemaah di masjid dekat hotel. Ketika pulang, saya berbagi permen pada perempuan berkulit hitam. Tiba-tiba ada laki-laki berkulit bersih menunjuk permen yang saya beriksn pada perempuan tadi. Buru-buru saya ulurkan 2 buah permen. Laki-laki itu memberi kode kurang. Maka saya berikan 2 buah lagi. Dia tersenyum memberi isyarat terima kasih.

Dari pengalaman itu, saya sarankan untuk membawa camilan atau permen dalam jumlah banyak untuk berbagi. Berbagi tidak membuat kita miskin. Berbagi membuat kita lebih kaya. 

00000

Selasa, 20 Juni 2023

Berhaji Bawa 6 Stel Baju, Begini Cara Gonta Ganti Pakaian


Barang bawaan jemaah haji sangat dibatasi, beratnya sehingga harus pandai memadupadankan pakaian yang dikenakan. Saya hanya membawa 6 stel pakaian, dan 5 buah kerudung. Gamis putih 1 potong, 1 stel atasan dan bawahan putih, 1 potong kaos putih, 3 gamis, 1 daster, 2 kerudung hitam, 2 kerudung putih, dan 1 kerudung cokelat ukuran jumbo. 

Karena jumlah pakaian terbatas, maka harus pandai mengatur agar pakaian cepat dicuci, dikeringkan lalu dipakai lagi, alias ringgo (garing dinggo). 😂😂😂

Di hotel Namma Mawaddah disediakan mesin cuci. Mesin cuci yang tak pernah berhenti beroperasi karena jemaahnya banyak. Tempat cuci pakaian di lantai Restorasi paling ujung.

Saya mengakali, agar nggak lama antrenya. Cuci dan bilas pakaian di kamar mandi lalu mengeringkan pakaian di tempat pencucian. Setelah dikeringkan, pakaian yang besar dihanger lalu digantung di dalam kamar mandi. Cucian yang kecil, dijemur di dalam kamar ditempelkan pada gordin jendela disemat pakai peniti. Dengan cara demikian, maka tak perlu menunggu lama kering dan hemat barang bawaan. Hahaha.

Ini ternyata dilakukan jemaah secara turun temurun. Semoga cara ini bermanfaat bagi Anda yang kelak akan menunaikan ibadah haji. Namun, ini hanya berlaku di Mekah. Sebab hotel di Madinah, menurut info tidak ada fasilitas mesin cuci. Yo wis rapapa. 



Sabtu, 17 Juni 2023

Setiap Jemaah Haji Memiliki Ujian Sendiri-sendiri

 


Setiap jemaah haji pasti diuji. Ujiannya satu orang dengan yang lain berbeda. Ada yang diuji dengan kesehatannya, pasangannya, dengan orang tuanya, dengan temannya, dan lain-lain.

Saya diuji dengan kesehatan atau badan saya. Selama di tanah suci, tensi tinggi padahal ketika di tanah air selalu normal dan baik-baik saja. Evaluasi: mungkin beberapa terakhir sebelum berangkat saya kecapaian, kurang tidur, banyak tamu yang datang, capai membersihkan rumah, dan lain-lain.

Solusi: tidak memaksakan fisik untuk mengeluarkan tenaga lebih besar. Saya membatasi salat di Masjidil Haram. Sebab, aktivitas menuju Masjidil Haram berjalan dengan cepat. Tidak ada orang yang berjalan santai seperti melakukan rockpot. Berjalan cepat dengan tetap memperhatikan orang-orang tinggi besar di sekitar. 

Saya diuji dengan terpisah dari suami di Masjidil Haram. Solusi: tetap bergandengan tangan kecuali sedang salat.

Saya diuji dengan "ketidaknyamanan dengan seseorang". Solusi: tidak jidal. Tetap rendah hati dan tidak sombong, tidak merasa punya power, mengalah saja. Apapun bentuk gesekan, cukup mengalah dan beristigfar. 

Saya berada di kamar yang isinya 4 orang. Tiga orang selain saya adalah  Ibu S (68 tahun) dan anaknya (46 tahun) serta kakak (73 tahun). Di kamar lain ada anak laki-laki dari ibu (68 tahun) dan suami dari anak (46 tahun). Jadi, teman sekamar saya ini berlima dalam satu keluarga besar. Teman sekamar tersebut, yakni Ibu S, pinginnya ke Masjidil Haram terus. 

Suatu pagi, anak perempuan dan suaminya berangkat ke Masjidil Haram. Anak laki-laki dan ibunya juga ke Masjidil Haram, sedang kakak yang usianya 73 tahun tinggal di hotel. Saya ke Masjidil Haram, suami tidak karena piket untuk mengambil konsumsi dan ikut senam kloter 59.

Singkat cerita setelah tiba di terminal, saya turun lalu ikut menggandeng tangan kanan  Ibu S. Tangan kiri Ibu S digandeng anak laki-lakinya. Ternyata kami thawaf di lantai dasar. Alhamdulillah, kami bisa dekat dengan Hijr Ismail tapi kemudian menjauh agar saat azan subuh bisa salat di belakang. Thawaf, salat Subuh dan Shuruq telah kami tunaikan dengan lancar.

Sampai di hotel, ternyata pasangan suami istri anak dari Ibu S juga tiba. Setelah sarapan, teman saya bercerita bagaimana dia dan suami bisa berdoa di Hijr Ismail, memegang Multazam, dan berdoa sesuai hajatnya. Saya mendengarkan. Saya hanya bilang, "alhamdulillah saya, ibu S dan adik njenengan bisa dekat dengan Hijr Ismail tapi terus menjauh."

"Buk, pokoknya besok suatu saat aku ajak sampai di depan Ka'bah."

Saya merasa menyesal lalu beristigfar, karena  membocorkan telah sampat di putaran dekat dengan Ka'bah. Seharusnya saya diam. Namun, Ibu S bilang, "terima kasih ya, Bu. Sudah menggandeng saya selama thawaf, menemani ketika salat Subuh."

"Sama-sama."

Teman saya bertanya, "tadi tongkatnya nggak dibawa?"

Saya balik bertanya, "ketika  thawaf di lantai dasar, njenengan lihat orang thawaf pakai tongkat atau tidak?"

"Lihat seorang bapak-bapak memakai thawaf."

"Hanya seorang atau banyak orang?"

"Seorang."

"Saya tadi lihat seorang perempuan memakai kruk. Kruk mengenai kaki saya, juga seorang. Menurut njenengan, kalau Ibu S pakai tongkat kira-kira repot atau tidak dengan kondisi penuh berdesakan?"

"Kayaknya tidak bisa."

Saya tak perlu berdebat. Begitulah, nggak mungkin kita bawa tongkat. Toh tanpa tongkat, Ibu S juga bisa menyelesaikan thawaf. 

Setelah selesai membicarakan pengalaman thawaf tadi, saya menyingkir. Beristigfar. Tak terasa air mata saya menetes. Siapa saya? Apa hubungan saya dengan Ibu S? Tentang tongkat, bukan kewajiban saya untuk membawakannya. Saya beristigfar dan, "Ya Allah, mudahkan urusan saya."



Pagi tadi, saya ke Masjidil Haram bersama suami. Ibu S dan anak laki-lakinya juga ke Masjidil Haram. Saya dan suami bergandengan menuju lantai 4, beratapkan langit. Saya dan suami tidak melakukan thawaf. Menunggu Subuh dengan salat tahajud, berdoa, dan berzikir. Selesai salat Subuh kami langsung pulang, tidak menunggu Shuruq.

Singkat cerita kami tiba di hotel. Ibu S juga sudah berada di hotel. Saya bertanya pada ibu S, "Ibu tadi juga thawaf di lantai 1?"

"Tidak. Penuh banget. Sampai masjid langsung cari tempat salat seperti kita kemarin, Bu."

"O, njih."

Sudahlah, simpulkan sendiri. 

Jadi, ujian pasti akan datang pada kita dan bentuknya macam-macam. Kuncinya istigfar.

00000


Jumat, 16 Juni 2023

Sandal Yang Berputar

 


Dari tanah air, saya dan suami membawa cukup alas kaki. Jadi, kalau ada yang ngecek koper kami pasti akan memberi komentar  "arep dodolan sandal pa?" Tiap orang punya pemikiran berbeda. Dan, saya juga termasuk orang aneh dan nyleneh.

Pada hari pertama berada di Masjidil Haram, seperti yang saya bagikan sebelumnya saya diberi sandal oleh petugas PPIH. Sorenya ketika di hotel suami bilang pada saya, "Mi, sandalku kuberikan pada jemaah haji di lantai bawah. Aku minta sandal lainnya."

Saya heran campur gemas. Hahaha. Di koper suami juga banyak sandal lo. Kok ya kudu njaluk punya saya.

Saya ambilkan sandal yang ada. "Wis rapapa. Artinya sandal dari petugas haji tadi bisa diberikan ke orang lain."

Kemarin sore, pas makan bareng tiba-tiba sandal suami tidak ada dan yang tersisa adalah sandal milik seseorang dengan inisial S. Karena berada di hotel yang penduduknya juga tetangga sendiri di Karanganyar dan sekitarnya maka saya wara-wara di grup rombongan tentang sandal. Hanya sekadar sandal. Di tanah suci sangat berarti lo teman-teman. Kalau di tanah air, apalagi di desa; nyeker itu hal yang biasa. Namun, jangan sekali-sekali nyeker di siang hari di jalan di tanah suci. Bisa-bisa masuk rumah sakit, apalagi yang mengidap diabetes.

Alhamdulillah, di mushala sandal suami ketemu. Akhirnya sandal dengan inisial S dibawa suami ke mushala. Semoga bertemu dengan pemiliknya. Amin.

Begitulah, siapa mempermudah urusan orang, maka Allah akan memudahkan urusannya. 

Sudah 2 hari, di tas punggung saya isi sandal jepit. Siapa tahu nanti ada yang memanfaatkan. Berbagi itu indah.

00000

Kamis, 15 Juni 2023

Sensasi Melaksanakan Umrah Sendiri



Tanggal 12 Juni 2023 sekitar pukul 3 waktu Arab Saudi, jemaah haji kloter 59 telah sampai di Bandara King Abdul Aziz. Syukur alhamdulillah, saya dan suami menangis ketika pesawat mulai berjalan di atas landasan. Terima kasih suamiku, kau telah memenuhi janjimu untuk menunaikan ibadah haji bersamaku. 

Ada sedikit kesulitan ketika cek visa secara online. Sebab, seperti pada perekaman biometrik pembuatan bio visa saudi, sidik jari sulit terdeteksi. Tetap tenang, Im! Suami yang sudah lolos menunggu di depan. 

Selanjutnya kami bebersih dan wudu untuk berniat umrah. Labaika umrata.

Dari bandara menuju hotel naik bus 48. Kami salat subuh sendiri-sendiri di dalam bus. Lalu menikmati sarapan pagi. Transit di suatu tempat. Beberapa orang penduduk setempat naik bus untuk membagikan paket sedekah/hadiah.

Beberapa saat setelah tiba di hotel, jemaah kloter 59 bersiap ke Masjidil Haram untuk melaksanakan umrah. Saya tidak ikut karena keluar lendir/fleks yang meragukan. Sabar, menunggu bersih.

Alhamdulillah  dari magrib, isya', dan sebelum subuh bersih. Saya ikut suami yang akan salat tahajud dan subuh di Masjidil Haram. 

Oleh karena suami tidak memakai pakaian ihram, maka hanya bisa salat/thawaf dilantai 2 dan 3. Bagi laki-laki yang akan thawal di lantai 1 harus memakai kain ihram. Jadi, saya dibawa suami ke lantai 2. Saya thawaf sendiri. Sedangkan suami menunggu subuh sambil berdoa. Setiap berputar, saya sempatkan melirik tempat suami duduk. Lega rasanya melihat keberadaan suami. Pada putaran ketujuh mendekati lampu hijau, saya tak memperhatikan keberadaan suami. Akhirnya thawaf 7 putaran selesai. 

Saya salat 2 rakaat, lalu menepi. Minum air zam-zam. 

"Yah, posisiku di dekat lampu hijau dekat pintu besar. Ke mana aku harus berjalan menuju tempat sai?"

"Keluar pintu lalu ke kanan."

Setelah bertanya pada jemaah haji kota lain, saya mulai sai pelan-pelan. Sepi. Doa saya panjatkan. Saya nikmati prosesi umrah ini dengan hati tenang. Setelah melangkah 7 putaran untuk thawaf dengan jarak yang lumayan lebih jauh, saya menggunakan sisa energi dengan baik untuk 7 perjalanan Shafa-Marwa dan sebaliknya. 



Alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan umrah (belum tahalul) sendiri secara mandiri. Ternyata mengikuti bimbingan manasik haji memang perlu  Tidak ada yang menemani, bahkan saya terpisah dari suami. Karena miskomunikasi, cukup lama saya mencari suami. 

Bukannya saya bingung tapi karena saya belum tahu medannya saja. Beruntung saya tidak berjalan jauh dari Marwa. Saya bertemu Petugas PPIH Indonesia. Beliau memberi saya sandal jepit dan roti untuk sarapan. Akhirnya saya bertemu suami setelah terjadi drama yang cukup panjang. Hanya satu kuncinya, yaitu sabar dan banyak istigfar. 

Umrah wajib yang sangat mengesankan.

Drama panjang dilanjutkan pada tulisan berikutnya.

00000