Jumat, 25 November 2016

Apa Istimewanya Pengendara Moge?

Kali ini saya mau mengungkapkan kata hati yang paling dalam. Awalnya saya hanya ingin memendam rasa anyel dan jengkel saya ini dalam hati. Tapi lama-lama kok panas juga. Kalau panas banget sih tidak, tapi saya ingin berbagi cerita.
Inilah kisah saya (Alhamdulillah, saya mengawali tulisan ini tidak dengan Pada suatu hari. Hore, saya berhasil….).
Saya dan teman-teman MGMP Kimia yang mengikuti ujian online (setelah diklat Tatap Muka Mandiri di Semarang), pulang dari ujian hari Rabu, 23 Nopember 2016. Pokoknya saat itu lega. Rasanya perjalanan pulang dari Semarang menuju Karanganyar lancar-lancar saja.
Tiba di Boyolali, terdengar suara sirine. Saya dan teman-teman kompak berseru kepada pengemudi,”Minggir lo Pak, ada ambulan mau lewat.”
Badalah, bukan ambulan yang lewat, melainkan rombongan moge yang dikawal polisi. Mereka dengan kecepatan yang sip-sip-sip. Semua pengendara, pengguna jalan raya minggir, memberi jalan khusus untuk rombongan pengendara moge yang dikawal polisi dengan suara sirine tak berhenti tersebut.
Saya jadi ingat, beberapa waktu yang silam, pernah saya baca berita di Provinsi DIY bagian selatan, rombongan moge dihentikan oleh pengendara (biasa) ketika akan menerobos lampu merah. (lanjutan beritanya tak usah saya ceritakan). Saya langsung berkomentar, apik tenan.
Emang pengendara moge itu siapa? Pejabat pemerintah, kah? Ambulan yang membawa orang sakit, kah? Ambulan yang membawa jenazah, kah? Mobil pemadam kebakaran yang semuanya serba darurat, kah? Tidak! Mereka statusnya sama dengan saya ketika saya naik sepeda motor di jalan raya.  Sama-sama pengguna jalan yang memiliki hak dan kewajiban. Yang seharusnya kena tilang bila melanggar lampu merah. Tapi kenyataannya tidak demikian. Selain rombongan motor moge semua harus minggir…. Karena pengendara moge yang diistimewakan akan lewat dengan kecepatan tinggi.
Okey, setelah kami memberi jalan untuk mereka yang tak bisa “beretika di jalan raya”, kami berharap tak bertemu lagi. Nasib apes, setelah menempuh jalan sekian kilometer suara sirine itu terdengar lagi. Secara refleks saya menoleh, sebab saya duduk di jok belakang.
“Wow, gile. Moge itu lagi.”
“Terus tadi mereka pada ke mana kok bisa di belakang kita? Apakah ada jalan lain selain jalan raya ini? Minggir Pak….. Moge mau lewat.”
Teman saya yang mengemudikan mobil dengan kalem berkata,”E, ya sabar to mas mas. Iki dalane wong akeh.”
“Awas yo, titenana angger mengko kepethuk meneh!” seru teman saya yang lain.
Beneran, setelah melanggar kami dua kali, rombongan moge tersebut berhenti di SPBU.
“Oalahhhhh. kalau tiap ada SPBU kamu berhenti, berarti perjalananku terganggu!”
Lupakan rombongan moge. Perut kami keroncongan dan membutuhkan yang hangat-hangat. Maka kami makan sore di Warung Soto mBok Giyem, Boyolali. Ketika kami asyik menyantap soto, rombongan moge itu lewat.
“Oiiii” seru teman saya.
Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan. Lega rasanya tak perlu minggir memberi jalan buaat rombongan moge lagi sebab mereka sudah lewat. Ternyata dugaan kami meleset jauh, alias salah total! Di SPBU (masih Boyolali, perbatasan dengan Kartasura) rombongan moge itu berhenti lagi .
Astaghfirullah. Baiklah, kami sudah hampir sampai Kartasura, selamat berpisah moge! Pelan namun pasti akhirnya kami sampai di jalan Slamet Riyadi Solo. Hemhhh, tangan saya mengepal, ketika saya menoleh ternyata ada beberapa moge yang melewati jalan Slamet Riyadi. Toh ketika lampu TL menyala merah, mereka juga tak berani melanggar. Takut ya!
Pesan saya sebagai warga Negara yang baik untuk pengendara Moge, melintaslah di jalan raya dengan memenuhi aturan lalu lintas. Anda tak perlu dikawal Polisi. Memangnya kalau sudah dikawal begitu, status Anda menjadi istimewa? Rasanya tidak! Menurut saya, saya, pengendara kendaraan lain dan Anda memiliki hak yang sama selama di jalan raya.
Ingat, Anda juga tidak jarang (alias kerap) melintas dengan kecepatan tinggi. Kalau beberapa tahun yang silam ada pengendara moge terjebak lubang kemudian jatuh, pengendara di belakangnya tak bisa menghindar, ya wajarlah. Kecepatannya tinggi, bro.
Menurut saya, tak ada yang istimewa dari Anda. Yang istimewa adalah motornya beda dengan minthi dan bebek. Ah, jadi ngelantur. Selamat sore, sore yang hujan.

Karanganyar, 25 Nopember 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar