Tampilkan postingan dengan label giveaway. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label giveaway. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 September 2018

Momentum Terindah Waktu Panen dan Wisata Air

Dikapyuk air
dok. Suyat


Ketika masih mengajar, saya biasa memotret kegiatan di sekolah. Kegiatan penting di sekolah sering saya jadikan berita dan saya kirim ke koran lokal. Selain di sekolah, kegiatan di luar sekolah yang ada kaitannya dengan pembelajaran juga saya abadikan dengan kamera ponsel.
Kegiatan di rumah, di jalan, di tempat wisata, dan momentum penting lainnya juga saya abadikan dengan kamera ponsel. Foto-foto hasil bidikan ini, saya pergunakan untuk melengkapi tulisan saya di blog, apalagi untuk kepentingan lomba.
Hari terakhir libur kenaikan kelas, saya dan teman-teman mengadakan perjalanan wisata ke Malioboro dan Pantai Parangkusumo. Saat tiba di Malioboro tengah hari, panasnya sungguh menyengat. Akan tetapi, untuk bukti bahwa kami benar-benar sudah sampai Malioboro dan dalam rangka pamer, ya harus ada fotonya dong.

Malioboro
dok.pri

Sebagai orang Yogya, sebenarnya saya sudah pernah diajak lewat pantai selatan yang jumlahnya tidak hanya satu dua. Dari pantai Depok, suami juga pernah melanjutkan perjalanan ke Parangtritis, lalu naik sampai Gunung Kidul.
Jadi, sebenarnya saya juga pernah dilewatkan di Pantai Parang Kusumo. Hanya saja, dulu bagian depan belum ada tulisan manis seperti nama-nama tempat di zaman now.
Ada sesuatu yang menarik dengan Pantai Parang Kusumo. Konon di pantai ini, banyak orang melakukan ziarah, melakukan ritual tertentu, ada dunia lain yang sengaja dikunjungi para peziarah.
Saya sempat melihat seorang lelaki sedang melakukan lelaku. Lelaki berambut panjang, memakai pakaian Jawa bercelana panjang dan memakai iket kepala. Lelaki tua itu duduk bersila menghadap pantai. Celana dan pakaiannya sudah basah. Entah sudah berapa kali lelaki tersebut kena ombak besar.
Dua teman saya yang tahu dua lain mendadak perutnya terasa mual dan pingin muntah. Katanya, lelaki tersebut sedang berkomunikasi dengan penguasa pantai. Dia ditemui punggawa atau penjaga pantai. Saya tak pernah bisa mengikuti alur cerita mereka.
Hal-hal gaib itu memang ada dan sebagai muslim, saya harus percaya. Hanya saja saya membatasi diri untuk tidak lebih jauh untuk tahu lebih banyak. Seandainya ada prosesi labuhan atau apapun yang berkaitan dengan dunia mereka yang "percaya", tentu saya hanya bisa mencatatnya sebagai tulisan yang bisa untuk diceritakan kepada orang lain. Parang Kusumo biasa digunakan untuk nenepi, kata orang-orang.
Setelah lelaki yang melakukan lelaku telah pergi, saya dan teman-teman mendekat ke air. Salah satu teman saya bilang sebentar lagi ombak datang. Teman yang lain malah dengan sengaja  mengajak kami untuk berbasah-basah diterjang ombak.
Takut air

Oleh karena saya takut air, saya selalu waspada. Bila air datang, saya harus siap. Dan benar, ombak datang. Pasir tempat saya berdiri lama-lama terkikis. Hampir saja saya kehilangan keseimbangan. Teman saya berteriak, “Ayo, saling berpegangan!”
Lega rasanya, meski masih deg-degan, saya merasa ada sensasi tersendiri yang tak mungkin saya lupakan.

Bebas
dok.pri

Setelah tidak mengajar, saya lebih sering mengikuti lomba penulisan, kelas menulis, pertemuan penulis, dan kegiatan yang ada kaitannya dengan menulis. Tentu saja setiap kegiatan selalu ada fotonya.
Temu penulis
dok.pri

Beberapa hari terakhir, saya sedang asyik-asyiknya memanen hasil kebun. Memanen sukun itu sangat mengasyikkan, tapi risikonya juga besar. Mengapa demikian? Karena buah sukun yang akan dipanen berada di tempat yang tinggi. Sebagai Ibu yang lemah lembut, tentu saja tidak selayaknya “pecicilan” memanjat pohon sukun. Cukuplah suami saja yang menjatuhkan sukun dengan cara dipotong tangkainya memakai galah yang dilengkapi pisau.
Panen alpukat
dok.pri

Nah, untuk saya cukup memanen buah alpukat. Itu saja juga tidak perlu memanjat pohonnya, cukup berdiri di atas kursi plastik (itu saja pakai gemetaran).
Selama ini saya mengabadikan momentum penting dan indah dengan kamera ponsel. ponsel tersebut memiliki spesifikasi berikut:  Cipset: Snapdragon 636, Layar: Full HD 6,2 inci, aspek rasio 19:9, Kamera belakang: 12 MP & 8 MP, Kamera depan: 8 MP, Baterai: 3.200 mAh, Memori: 4 GB, ROM: 64 GB/128 GB, dan OS: Android Oreo..
Beberapa waktu yang lalu, ada teman yang membisikkan pada saya untuk ganti ponsel terkini. Saya jadi ingat tentang Huawei Nova 3i. Gawai yang cakep betul luar dalamnya, bikin saya jatuh cinta. Mengapa saya tertarik dengan smartphone yang satu ini? .Inilah beberapa alasan saya, yakni:
dok.sujiwo.com

1.    Smartphone ini punya desain irish purple yang luar biasa keren. Cantiknya bikin luluh dalam pandangan pertama. Tidak butuh case macam-macam, dia indah dari sananya
2.    Pernah dengar AI? Membuat kamera smartphone memiliki kecerdasan buatan, sehingga bisa menghasilkan foto dengan apik tanpa perlu kita terlalu pusing setting sana sini. Huawei Nova 3i, punya 4 kamera AI! Gila.
3.    Storage-nya 128Gb! Ya, paling besar di kelas smartphone mid-end saat ini
4.    Kesukaan saya selain AI dalam kameranya, adalah GPU Turbo yang dia miliki.
Oleh karena ada yang memberi iming-iming smartphone ini, saya jadi merengek-rengek pada suami untuk mewujudkan keinginan saya memilikinya. Selama ini, suami tahu hobi saya, yaitu menulis dan memotret. Menurutnya, hobi saya positif dan perlu dukungan. Dukungan di sini bukan hanya sebatas kata-kata saja, melainkan diperkuat dengan difasilitasi berupa barang, hehe.   
Saya ingin memiliki smartphone yang dengan desain yang keren, memiliki kamera yang diperkuat AI, Storage 128 GB paling besar di kelas smartphone mid-end saat ini, dan diperkuat dengan GPU Turbo untuk kemampuan gaming


Jumat, 16 Desember 2016

Bukuku Diterbitkan Penerbit Mayor

Setelah aktif menulis lagi, saya berusaha untuk mengirimkan naskah ke media dan menulis setiap hari. Dahulu saya memang tidak pernah bermimpi menjadi penulis. Menulis saya lakukan untuk sekedar mengisi waktu saja. Akan tetapi setelah mengenal beberapa penulis dan dekat dengan penulis (karena saya bergabung di komunitas penulis) jadilah saya ingin menjadi penulis professional.
Beberapa tulisan tentang menulis saya kumpulkan dalam satu file. Suatu saat ada tawaran dari kenalan saya untuk membuat buku secara indie dan beliau mau untuk mengedit, membuat lay out, memberikan cover secara gratis, mengurus ISBN dan lain-lain. Saya hanya terima beres. Bagi saya ini tawaran yang menarik. Meskipun saya harus mengeluarkan dana sendiri, saya yakin buku pertama yang akan saya terbitkan tersebut merupakan awal menuju keberhasilan berikutnya.
Buku Menjadi Kaya Dengan Menulis
dok.pri
Buku berjudul “Menjadi Kaya Dengan Menulis” ini akhirnya terbit juga. Biasanya kalau ada pertemuan/mengikuti silaturahmi, saya membawa buku “Menjadi Kaya Dengan Menulis”. Saya berikan buku tersebut sebagai doorprize. Tujuan saya adalah berbagi ilmu, tidak dengan berbicara langsung melainkan lewat tulisan dan pembaca bisa menikmati tulisan sederhana saya.
Suatu saat saya membuka google, lalu menulis nama saya sendiri, lalu klik. Saya kaget, ternyata oleh penerbit buku saya juga dibuat e-book dan dijual secara online. Saya bersyukur, ternyata penerbit juga berusaha untuk menjual buku saya. Apapun yang terjadi, semoga buku pertama saya tersebut benar-benar merupakan tangga menuju keberhasilan.
Perjalanan Wisata Candi Sukuh
dok.pri
Setelah buku terbit dan sering mengikuti KOPDAR di komunitas, ternyata benar adanya beberapa kegiatan kepenulisan yang saya ikuti membuat nama saya mulai dikenal orang. Hal itu didukung karena saya juga aktif ngeblog. Dengan selalu mengisi blog dan ikut Giveaway, pengunjung blog saya juga lumayan. Biasanya saya menuliskan tentang kehidupan sehari-hari (lifestyle). Selain lifestyle, saya menulis tentang penulisan.
Alhamdulillah, tulisan saya juga ada yang tayang/muncul di Koran Solopos. Kalau sudah seperti itu di tahun 2016 ini saya tinggal mengecek rekening. Rekening gendut berkat menulis! Saya juga bersyukur, dari mengikuti GA ngeblog, saya mendapatkan hadiah berupa barang dan uang. Sungguh tak pernah saya sangka, ternyata saya bisa menulis juga. Satu lagi, dari ngeblog saya mendapatkan tawaran mereview produk (dapat fee).
Kalau awal menulis, saya menulis mengalir begitu saja, kadang-kadang bahasanya memakai bahasa tak baku/tak resmi. Sekarang menulis selain mengalir begitu saja juga perlu edit sana-sini, perlu membetulkan bahasa baku, EYD dan aturan pokok penulisan. Tujuan saya melakukan semua itu adalah agar tulisan saya enak dibaca dan layak untuk terbit/tayang. Memang saya tidak asal menulis. Saya memiliki prinsip menulis itu harus professional, total dan tidak setengah-setengah.
Ternyata setelah saya buka-buka file, ada banyak tulisan yang sudah layak untuk dibukukan.  Beberapa waktu yang lalu saya mulai mengklasifikasi tulisan. Tentu saja saya harus mengedit tulisan yang sudah tayang di blog atau tulisan baru tetapi sudah mengendap beberapa hari.
Untuk tahun ini, #Resolusiku2017 ada beberapa yang ingin saya wujudkan, di antaranya:
1.      Fokus pada si kecil untuk belajar di luar setelah sekolah
2.      Menyelesaikan tulisan khusus tentang Kimia
3.      Mewujudkan agenda satu bulan satu tempat wisata yang akan dikunjungi
4.      Mengisi blog secara konsisten satu hari satu artikel
5.      Berpindah rumah dari blogspot ke .com
6.      Memberikan/berbagi ilmu penulisan di Perpustakaan Karanganyar
7.      Mudik sebulan sekali
8.      Mengirimkan naskah ke penerbit mayor
9.      Kembali bercocok tanam
Nah, #Resolusiku2017 yang paling ingin saya wujudkan adalah saya ingin menawarkan tulisan saya ke penerbit. Saya berusaha untuk tidak menerbitkan buku secara indie. Saya iri pada teman-teman komunitas yang bukunya banyak, dicetak ulang dan diterbitkan penerbit mayor. Saya ingin buku saya bisa diterbitkan penerbit mayor. Inilah keinginan saya pada tahun 2017 nanti. Bermimpi dan memiliki cita-cita kan boleh, tidak ada larangan. Justeru memiliki cita-cita bukuku diterbitkan penerbit mayor membuat usaha dan perjuangan saya semakin besar.
Semoga saja kesampaian cita-cita saya. Untuk jangka pendek, cita-cita saya adalah tulisan saya “sering” menghiasi Koran lokal, dapat job nulis dan bisa berbagi pengalaman menulis untuk orang-orang yang ingin menulis.



Kamis, 20 Oktober 2016

Momen yang Paling Berkesan dan Tak Terlupakan

Dua puluh satu tahun (sejak tahun 1995)  mengenalnya, kini bersamanya, selalu indah ceritanya. Bersama anak-anak lengkap sudah kebahagiaan itu. Di balik semua yang pernah aku dan dia alami, ada sesuatu yang sangat berkesan dan tak mungkin aku lupakan. Dua puluh satu tahun yang silam, kala kami baru beberapa hari bertemu. Jelas, waktu itu aku tak pernah menilainya omong kosong atau ngegombal belaka. Karena dia adalah orang yang serius dan tak suka bercanda (kala itu).
Ketika aku melanjutkan kuliah dari D3 ke S1, aku pernah mengikuti program semester pendek. Aku mengambil mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata). Ternyata sebagian besar mahasiswa mengambil mata kuliah KKN pada semester pendek.
Sebelum berangkat ke lokasi KKN, aku mengikuti program pembekalan KKN. Di sinilah aku bertemu dia. Kebetulan aku dan dia berada dalam satu kelompok kecil. Artinya, nantinya tinggal di tempat yang sama.
Pada saat pembekalan, dia bertanya padaku. Apakah aku adalah mahasiswa yang naik sepeda onthel dengan rute bla-bla pada tahun 1990-an? Aku jawab ya. Kok kamu tahu? Katanya, dia juga naik sepeda onthel dan melewati jalan yang sama denganku. Kebetulan dia mengambil Jurusan Pendidikan Olahraga sedang aku mengambil Jurusan Pendidikan Kimia. Kampus kami tidak begitu jauh jaraknya.
Singkat cerita, aku dan teman-teman yang bergabung dalam kelompok kecil, tinggal di rumah penduduk. Selama 2 bulan, kami melakukan kegiatan bersama. Sebagian besar kegiatan kami adalah bergabung dengan penduduk di desa dalam banyak kegiatan. Kegiatan tersebut dilaksanakan dari pagi hingga malam hari.
Biasanya kami saling berbagi tugas. Dalam kelompok kecil ini terdiri dari 5 mahasiswa dan 5 mahasiswi. Untuk menyediakan sarapan, makan siang dan makan malam serta minumannya, kami bekerja sama.
Kalau malam hari, dalam suasana santai, kami merencanakan program berikutnya pada keesokan harinya dan melakukan evaluasi kegiatan yang sudah  kami laksanakan.  
Suatu hari dia bilang ingin menunaikan ibadah haji bersamaku. Aku tersenyum. Jawabku, Insya Allah. Ternyata temanku yang lain juga mengatakan hal yang sama, ingin menunaikan ibadah haji bersamaku. Tapi, apa mungkin? Aku dari Yogyakarta, dia dari Karanganyar, dan temanku lainnya dari Blora. Ya, mungkin kami bisa berangkat pada tahun yang sama, tapi kan belum tentu bisa bertemu saat di Mekah atau Madinah. Betapa nekatnya dia, dia bilang ada cara agar aku dan dia bisa sampai ke tanah suci bersama.
00000
Tahun 2011, aku diuji dengan kelebihan uang. Aku bilang ke laki-laki yang pernah mengajak naik haji bersama tahun 1995 tersebut.
“Berangkatlah ke tanah suci lebih dahulu. Lalu panggil aku dan anak-anakmu, agar kami juga bisa segera ke tanah suci,”kataku
“Aku akan berangkat bersamamu. Kalau kita bisa bersama, Allah akan memudahkan urusan kita ketika berada di tanah suci. Semua bisa kita kerjakan bersama,”jawabnya.
Hampir saja air mataku meleleh. Rasanya harus menunda lebih lama karena kami hanya memiliki dana untuk mendaftar satu orang (mendapat porsi). Rupanya Allah menunjukkan jalan-Nya. Tahun 2012, ketika aku berada di depan petugas DEPAG, mendaftarkan “naik haji”, ditanya siapa muhrimnya, laki-laki itu menjawab,”saya, suaminya.” Nyes! Laki-laki itu adalah dia yang tahun 1995 pernah bilang,”aku ingin naik haji bersamamu.”
Aku baru menyadari, bahwa tahun 1995 ketika dia mengatakan ingin naik haji bersamaku adalah momen yang sangat mengesankan dan tak pernah aku lupakan. Dan ketika dia bilang,”ada cara kita bisa naik haji bersama,” rupanya itulah cara dia melamarku dengan cara yang santun dan elegan, tidak main-main.
Semoga Allah memudahkan urusan kami baik di dunia maupun di akhirat.



Kamis, 16 Juni 2016

Lebih Produktif Menulis Saat Bulan Ramadan

Komunitas Nulis Yang Ngompori
dok.pri
Dahulu ketika masih menjadi mahasiswa bila Bulan Ramadan tiba, aktivitas saya di masjid sangat padat. Sebagai remaja masjid, wajar bila ingin memakmurkan masjid. Tidak hanya saat Ramadan, tetapi di bulan lain juga demikian.

Beruntung, saya bisa membagi waktu. Kegiatan di masjid dengan kuliah bisa seiring sejalan. Memang kegiatan di masjid selama Ramadan banyak dan bisa menambah nilai pahala. Pada saat Ramadan, remaja masjid berlomba-lomba untuk memakmurkan masjid.

Sangat disayangkan, saya tidak pernah mendokumentasikan kegiatan bulan Ramadan dalam buku harian. Semua berjalan begitu saja. Sebenarnya bila semua kegiatan dituliskan, tentu sangat bermanfaat.

Ya, yang lalu biarlah berlalu. Sekarang saya mulai tertib diri merekam semua kegiatan di buku harian (berupa file). Oleh karena sekarang sudah memiliki 2 anak yang perlu pengawasan, saya fokus untuk ibadah dan mengawasi anak-anak.

Bila kegiatan sehari-hari sebagai perempuan yang harus “serba bisa” sudah selesai, saya kembali menekuni menulis. Pada bulan Ramadan ini saya tetap harus bisa menghasilkan tulisan. Saya berusaha untuk membuat tulisan yang lebih baik dari sebelumnya.

Dengan cara mengikuti lomba penulisan (giveaway), saya berharap tulisan saya semakin berbobot dan berkualitas. Yang berbobot ternyata bukan hanya yang gemuk-gemuk lo. Hehe…

Tantangan yang harus saya taklukkan adalah bila persyaratan dalam lomba penulisan tersebut banyak dan bikin saya patah semangat. Contoh kalau syarat lomba harus dengan follow, like, (akun atau fanpage), awalnya saya akan bilang lahhh syaratnya uakih men. Tapi saya tetap harus mencoba. Gara-gara mau menaklukkan syarat yang seabrek, Alhamdulillah saya bisa mendapatkan uang dan barang karena memenangkan giveaway. Ternyata usahakeras saya bisa menghasilkan uang. (ya… edisi matrenya muncul).

Selama Ramadan ini, saya berkomitmen akan menyirami blog dan membersihkan rumput dan lumut. Agar blog saya juga enak dipandang, terus ada tamu yang berkunjung ke blog saya. Hanya, blog saya masih mendompleng. Saya belum punya rumah pribadi. Akan tetapi tamu-tamu saya juga sudah pada tahu alamat rumah kontrakan saya ini.


Semoga saya bisa konsisten dengan satu hari satu artikel. Lebih bersyukur lagi kalau bisa nulis satu hari 2 artikel selama Ramadan. Tetap semangat, tetap produktif, Ramadan tidak bisa dijadikan alasan untuk bermalas-malasan.

Selasa, 14 Juni 2016

Manfaat Teknologi Bagi Guru dan Penulis dalam Kehidupan Sehari-hari

Laptop dan LCD Sarana Penunjang KBM
dok.pri
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memengaruhi kehidupan sehari-hari bagi manusia. Dampak yang timbul akibat kemajuan teknologi ada yang positif, namun ada pula negatifnya. Adapun salah satu dampak negatif dari kemajuan teknologi adalah penyalahgunaan teknologi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan pribadi dan merugikan orang lain.
Adanya telepon genggam, jaringan internet, mesin ATM, adalah beberapa bentuk kemajuan teknologi selain teknologi tepat guna berupa kamera digital, peralatan kantor (laptop, komputer, printer, dan lain-lain, peralatan listrik (rumah tangga), peralatan berbahan bakar bensin, solar, dan lain-lain. Dari beberapa bentuk peralatan yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi tersebut ternyata bisa digunakan oleh orang yang tak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan. Itu contoh dari dampak buruk atau pengaruh negatif dari kemajuan teknologi.
Laptop dan Kamera Sarana Penunjang Membuat Tulisan
dokpri.
00000
Kali ini saya akan membahas dampak positif dari kemajuan dan penggunaan teknologi yang semakin meningkat. Kebetulan saya seorang guru dan penulis yang telah banyak menikmati manfaat dari kemajuan teknologi tersebut.
Beberapa tahun yang lalu, ketika belum ada telepon genggam, flasdisk, data ekternal,laptop, kamera digital, jaringan internet, hampir semua pekerjaan dilakukan dengan penuh kesabaran. Dengan adanya kemajuan teknologi, semua jadi serba mudah, pekerjaan cepat selesai.
Contoh sederhana adalah kalau dahulu orang akan menyampaikan berita harus lewat surat, yang bisa berhari-hari sampai tujuan. Sekarang tinggal mengirim lewat email atau menyampaikan berita lewat telepon, sms, medsos, berita sudah bisa menyebar ke mana-mana (tujuan positif).
Contoh yang lain adalah seorang guru akan menyampaikan suatu materi, memerlukan alat peraga atau contoh konkrit. Apabila contoh konkritnya sukar didapatkan atau terlalu repot pengadaannya, maka guru bisa menyampaikan materi lewat pemutaran video (sesuai dengan materi yang diajarkan), menampilkan gambar-gambar dan lain-lain.
Seorang guru yang akan menyampaikan materi dengan menayangkan video atau memperlihatkan foto-foto ini memerlukam suatu alat yang bisa untuk menunjang kegiatan KBM, yaitu proyektor LCD. Dengan demikian, selain guru pandai menyampaikan materi pelajaran, guru juga harus bisa mengoperasikan alat.
Nah, kalau belum bisa terus bagaimana dong? Ya, tentu saja harus belajar. Pada dasarnya kemajuan teknologi harus disikapi dengan bijak. Kita harus terbuka dengan kemajuan teknologi ini, jangan menutup diri. Jangan menganggap kemajuan teknologi berdampak buruk (tidak semua kemajuan teknologi berdampak buruk saja loh).
Mempelajari sesuatu yang baru, bagi saya sangat mengasyikkan. Kalau kita malu bertanya pada orang lain yang lebih tahu, kita juga bisa bertanya pada Google. Kalau begitu kita butuh internet dong. Tentu saja, ya. Kan di dunia ini tidak semuanya kita dapatkan secara gratis. Ya, mau dapat ilmunya tentu kita harus mau merelakan sedikit gaji/honor (baik guru PNS maupun non PNS) untuk membeli kuota internet/langganan internet.
Guru memang tidak perlu serba bisa tetapi tetap penting dengan bisa sedikit-sedikit. Mengapa harus tahu sedikit-sedikit pada banyak hal? Ya, biar kita tidak serba tidak tahu. Sebagai guru, jangan gaptek-gaptek amat. Kecuali kalau guru tersebut usianya sudah lanjut, (maaf sekali) menghidupkan dan mematikan computer/laptop, menulis saja nunak-nunuk (tidak gesit). Apakah ada guru yang demikian? Oh, ada saja. Sekian orang dari 100 orang, sudah tak mau belajar,  hehe.
00000
Tahun 1988/1989 saya mulai menulis dan beberapa tulisan saya berupa cerpen dan dongeng pernah dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat. Waktu itu, saya menulis dengan mesin ketik manual, pinjaman pula. Untuk sampai redaksi, tulisan harus saya kirim melalui pos. Bila menulis, ternyata tulisannya terdapat kata yang salah, harus ditip-ex. Kalau ada beberapa kalimat yang tulisannya salah, maka harus membuat tulisan pada kertas yang baru. Repot bukan?
Kostum Wajib, Rompi dan Tas
dok.pri
Sekarang mau menulis, ya nulis saja lalu simpan. Nanti bisa diedit, ditambah atau dikurangi. Selesai menulis mau dicetak lalu dikirim lewat pos atau langsung dikirim lewat email, tergantung syarat dan ketentuannya.
Sekarang semua serba praktis berkat kemajuan teknologi. Sebagai penulis, saya merasakan manfaat dari kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi ternyata bisa mengubah kehidupan saya. Sekarang saya menulis tidak hanya untuk dikirim ke redaksi Koran, saya bisa berbagi ilmu dan manfaat dengan menulis di medsos.
Menulis di blog tentang sesuatu yang bermanfaat, tentang parenting, kesehatan, keuangan, agama, pertanian, kehidupan sehari-hari, pendidikan, wisata, makanan dan lain-lain. sesudah memosting tulisan di blog, tulisan juga perlu dibagikan ke facebook, twitter, WA, BBM dan lain-lain. Tujuannya adalah agar bisa berbagi pengalaman dan manfaat untuk orang lain.
Agar tulisan kita memiliki nilai plus, maka perlu ditempelkan foto-foto yang menunjang. Untuk mendapatkan foto yang baik maka harus bisa memanfaatkan teknologi lagi, bukan? Kita memerlukan kamera atau memerlukan ponsel yang ada kameranya. Setelah mendapatkan gambar, tentu saja kita tak bisa sembarang memasang gambar. Kalau ada ketentuan ukuran gambar, maka kita harus bisa mengubah ukuran gambar, misalnya memperkecil ukuran gambar. Kita belajar ilmu baru dong. Santai saja, belajar dengan happy, rasanya gimanaaaa gitu.
Candi Ceto dan Kain Kampuh
dok.pri
Untuk mendapatkan gambar-gambar tertentu, saya kadang-kadang meluangkan waktu melakukan perjalanan wisata. Sudah menjadi kebiasaan, ketika bepergian saya memakai kaos lengan panjang, rompi dan tas. Itu merupakan kostum wajib saya.
Yang paling saya suka adalah mengikuti lomba penulisan. Dengan mengikuti lomba penulisan, kita harus pandai memanfaatkan teknologi. Kalau kita memenangkan lomba dan mendapatkan hadiah, rasanya segala jerih payah kita terbayarkan sudah. Nah, berkat kemajuan teknologi saya bisa memanfaatkan dengan baik dan berhasil mendapatkan materi.
Jadi dampak positif kemajuan teknologi yang saya rasakan adalah mengubah kehidupan saya dari yang biasa menjadi luar biasa.

Tulisan ini diikutsertakan dalam GA, "Lomba ini diselenggarakan oleh IDCopy.net dan Eliska.id"

Minggu, 12 Juni 2016

Aku, Kamera Ponselku Dan Dunia Menulis


Satu tahun yang lalu, ketika rumah saya kemalingan, saya harus merelakan barang-barang berharga yang saya gunakan untuk keberlangsungan mengajar, menulis, dan mengambil gambar. Dua benda, laptop dan kamera, yang ke mana-mana saya bawa akhirnya berpindah tangan. Sebagai guru dan seorang penulis, saya sangat kecewa. Setiap hari dua benda tersebut saya bawa ke mana-mana. 

Rumah saya kan jauh dari tetangga, jadi biar aman saya masukkan tas ransel dan tas kerja. Kalau ada sesuatu yang menarik, saya langsung jepret-jepret. Beginilah penulis, ambil gambar, lalu bikin narasi, nulis di blog, ditempelin foto, terus diposting. Ternyata tulisan saya bermanfaat dan menarik, apalagi didukung gambar yang bagus.

Kopdar IIDN Solo
dok.pri
Keluarga saya, nun di Yogyakarta, tahu kalau saya kemalingan maka saya diminta segera pulang. Saya sudah siap dengan komentar saudara-saudara saya yang ceplas-ceplos tanpa tedeng aling-aling. Saya membatin, paling-paling mereka bilang sedekahnya kurang banyak! Karena saya sudah tahu watak saudara-saudara saya, saya persiapkan mental saya. Ambil napas dalam-dalam dan wushhh. 

Sampai di rumah Bapak, kakak perempuan yang kedua, mbak Anna bilang,”biarpun kita sedekahnya banyak, tapi kalau Allah menghendaki barangmu hilang, maka ada saja jalannya, yaitu kemalingan.”
Indari Mastuti, Kopdar IIDN, EPY, IIDB Me1 2016
dok.pri
Wah, saya lega. Saudara saya tidak mengatakan kalau saya pelit atau kurang sedekah. Saya dibuat melongo ketika kakak saya yang lain, mbak Lichah bilang,”Kamu belum masuk group WA keluarga. Biar kita gampang berkomunikasi, maka kamu perlu ponsel yang lebih baik.” Mbak Lichah menyodorkan ponsel ASUS Zenfone

Katanya ponsel tersebut dari mbak Anna, baru seminggu digunakan terus mati pet, wassalam. Karena discharge juga tak bisa, ponsel tersebut dibawa ke konter tempat membeli. Nah, ternyata oh ternyata kakak saya tak mengindahkan pesan dari karyawan konter. Kan sudah dibilang, baterainya tidak boleh mencapai nol. Kalau tak segera discharge, maka akan terjadi masalah. Mbak Lichah mengira kalau semua ponsel perlakuannya sama. 

Akhirnya, sang ASUS Zenfone ini harus mendapatkan perawatan secara intensif, opname. Ketika menyodorkan ponsel, kakak saya pesan pada saya bla-bla-bla. Saya manut, kebiasaan saya selalu mencharge ponsel untuk menyambung nyawa sebelum baterainya benar-benar drop. Akhirnya saya punya ponsel yang aplikasinya lumayan. Saya tak perlu repot untuk aktivitas menulis, berinternet dan mengambil gambar. 

 Saya guru sekaligus penulis. Saya bergabung di komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) dan Kumpulan Emak2 Blogger (KEB). Oleh karena suka memosting tulisan di blog, maka saya memerlukan bahan untuk dijadikan tulisan.

 Pada dua komunitas tersebut, saya lebih aktif di IIDN dibandingkan di KEB. Setiap pertemuan dengan anggota-anggota IIDN (kopi darat = kopdar), selalu ada sesi foto-foto. Dalam serangkaian kegiatan (selama kopdar berlangsung), tiap anggota yang datang selalu memanfaatkan ponselnya untuk mengambil gambar. 

Nah, ternyata praktis banget mengambil gambar dengan ponsel. Lalu buat status tentang kopdar, ambil foto dari ponsel dan taraaa, upload. Manis sekali hasilnya. Kalau untuk kepentingan ngeblog, saya harus memindahkan foto-foto tersebut di laptop supaya gampang untuk mengedit sana-sini, atau sekedar mengubah ukuran fotonya.
Segarnya Udara Tawangmangu, Jateng
dok.pri

Saya menulis dengan tema bermacam-macam, tinggal sedang mood nulis apa hari ini, langsung nulis saja. Kadang untuk kepentingan menyesuaikan tema (mengikuti lomba penulisan, GA), saya rela untuk melakukan perjalanan wisata, terutama kuliner. Ternyata penulis juga harus jadi fotografer lo. 

Dari GA yang saya ikuti, Alhamdulillah ada rezeki nomplok. Itu juga karena dalam penulisan di blog didukung foto-foto yang saya ambil menggunakan ponsel ASUS Zenfone. Sekarang, selain menggunakan kamera ponsel, saya juga sering menggunakan kamera digital untuk mengambil gambar. 
Wisata Kuliner
dok.pri
Pernah suatu hari, saya melakukan perjalanan wisata ke Grojogan Sewu, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jateng. Saya berusaha untuk mengambil gambar sebaik mungkin dengan kamera digital. 

 Hari masih agak gelap, sebelum berangkat, saya bertanya pada anak saya yang masih tidur. “Nok, kameranya sudah ada kartunya?” “He-eh,”jawab Dhenok, matanya masih merem. “Baterainya masih maksimal (full)?” “Iya.”
Selamat Datang Di Grojogan Sewu, Tawangmangu, Jateng
dok.pri
Saya, suami dan si kecil mulai menjalankan misi mencari inspirasi, bahan tulisan travelling. Kami lewat jalur selatan. Sesampai di Matesih, suami minta saya mulai mengambil gambar. Kamera digital saya keluarkan. 

Dan semuanya siap. Tapi, badalah….. no card. Ya ampyun…. Dhenok ini sungguh terlalu. Saya cari-cari kartu di dalam tas kamera. Tidak saya temukan kartunya. Saya berinisiatif memotret memakai ponsel ASUS Zenfone. Ketika sampai di Grojogan Sewu, saya juga mengandalkan kamera ponsel. Ya, tak apa-apa yang penting momen-momen baik ini tak terlewatkan pengambilan gambarnya. Hampir 3 jam kami berada di Tawangmangu. 

 Setelah berada di rumah dan bertemu Dhenok, saya bilang,”Nok. Kamu itu diajak ngomong mami kok nggak respek blas.” 
“Kapan, Ma?” 
“Tadi pagi. Mama nanya baterai dan kartunya sudah siap tidak? Jawabanmu he-eh. Ternyata tidak ada kartunya.” 
“Lah, aku jawab gitu ya Ma. Nggak sadar je, Ma. Lagian Mama juga nggak mencoba dulu di rumah,”Dhenok membela diri. 

00000 

 Sampai sekarang saya sangat bersyukur, ada hikmah di balik musibah kehilangan laptop dan kamera. Tapi sekarang laptopnya dah ketemu, ya ini… laptop yang saya pakai membuat tulisan. Sampai sekarang ponsel ASUS Zenfone yang saya miliki sudah menghasilkan uang dan barang. 

Dari ponsel tersebut saya beberapa kali memenangkan lomba menulis. Semoga tulisan ini bermanfaat. Tulisan ini diikutsertakan dalam 'Giveaway Aku dan Kamera Ponsel by uniekkaswarganti.com'