Minggu, 29 Oktober 2017

DUDU BOJO GALAK, BOJOKU BAGUS


Dina iki dak nyetatus nganggo basa Jawa, ben ketok kekinian. Judul tulisan iki ojo diprotes. Aku nulis, nulis karepku dewe, terinspirasi saka obrolane kanca-kancane bojoku. (sik sik, tak siapke kaca pengilon karo bedak…)

Mau bengi, aku lan anakku lanang sing bagus dewe dijak bojoku reuni karo kanca-kanca SMA-ne. Gandheng aku ya wis kenal karo kanca2ne bojoku, aku ora duwe rasa kikuk babarblas.

Kanca-kanca SMA sing arang-arang ketemu bojoku, mesthine nyawang bojoku saiki karo jaman 27 taun kepungkur  rumangsa beda banget. Malah ana sing pangling, ora kelingan blas.

Pancen dak akoni, beda adoh. Ora usah dak sebut bedane neng endi. Njaluk ngapura, foto orasah dak pajang, mengko ndhak padha kaget lan takjub. Wowwww, mripate terus dadi bunder kepleng.

Sing marai mrinding lan ser-seran atiku ukarane kanca-kancane bojoku, ngene iki,
“Budi ki mbiyen zaman SMP lan SMA bagus banget. Nganti akih sing naksir.”
Mak prempeng, dak akoni bojoku pancen bagus.

Foto zaman SMP, SMA lan kuliah dijejer jentrek-jentrek. Dhenok karo thole nate takon,
“Mi, niku fotone sinten?”
“Tanglet Ayah mawon.”
Sing rumangsa duwe foto rada-rada GR mesam-mesem.
Wis, aku mung arep nyetatus BOJOKU BAGUS.

*****
Mula aku gumun karo lagu sing mbukak aib bojo lan kawuarga neng umum. Lagu sing kerep aku krungu. Gek malah mau bengi nunut numpak mobil kancane bojoku, lagu sing diputer bola-bali, yaiku : BOJO GALAK. Ora, bojoku ora galak, ananging BOJOKU BAGUS..

#kahfinoer

Jumat, 27 Oktober 2017

Karanganyar Berpuisi Memecahkan Rekor MURI, 25.257 Orang Pembaca Puisi


Dalam rangka memperingati Ulang Tahun Kabupaten Karanganyar ke-100, Karanganyar menyelenggarakan pembacaan puisi massal dengan tajuk Karanganyar Berpuisi.

Karanganyar Berpuisi dilaksanakan pada hari Jumat, 27 Oktober 2017 di Alun-alun Karanganyar dari pukul 07.00 WIB sampai selesai. Bupati Karanganyar, Bapak Juliatmono dan Wakil Bupati, Bapak Rohadi Widodo, berkenan hadir dan membacakan puisi.

Sebelum Bapak Juliatmono dan Bapak Rohadi naik di atas panggung kehormatan, para seniman dan seniwati dari pulau-pulau yang berada di Indonesia membacakan puisi terlebih dahulu.

Pembaca puisi dalam Karanganyar Berpuisi merupakan siswa-siswi, guru dan karyawan, pegawai di lingkungan Karanganyar, dan semua elemen masyarakat. Karanganyar Berpuisi bukan hanya warga Karanganyar saja yang membaca puisi secara serentak, melainkan tamu-tamu dari kota lain yang memang datang khusus untuk membacakan puisi.

Setelah Bapak Juliatmono dan Bapak Rohadi membacakan puisi, lalu Bapak Juliatmono memberikan aba-aba untuk membaca puisi bersama-sama secara serentak. Pembacaan puisi ini memang luar biasa, membuat hati berdesir, meluapkan kegembiraan, emosi, mengharu biru.dan perasaan yang sulit untuk digambarkan.

Apalagi di antara pembacaan puisi, peserta juga melantunkan lagu Indonesia Pusaka dan lagu Desaku (lagu wajib orang Karanganyar), benar-benar membuat merinding.


Setelah pembacaan puisi selesai, Tim dari MURI akan menyerahkan piagam penghargaan kepaka Bupati Karanganyar. Dalam Karanganyar Berpuisi ini tercatat sebanyak 25.257 orang membacakan puisi. Jumlah ini lebih banyak dari Rekor MURI sebelumnya yaitu pembaca puisi sebanyak 22.000 orang. Dengan demikian, Karanganyar Berpuisi ini memecahkan rekor MURI dalam pembaca puisi terbanyak.

 Karanganyar Berpuisi ini menggerakkan setiap pembaca puisi untuk menulis 2 lembar puisi yang sama. Pembaca puisi bisa menulis puisi hasil karya sendiri maupun orang lain. Ada hal menarik yang positif dari siswa, guru dan karyawan di sekolah kami. Baik siswa, guru dan karyawan mendadak jadi orang yang puitis, mendadak jadi pengarang dan penulis. Ada yang menulis puisi hasil pemikiran sendiri, ada yang menyalin dari buku kumpulan puisi dan browsing internet. Luar biasa!



Karanganyar Berpuisi ini kebetulan berlangsung sehari sebelum peringatan Sumpah Pemuda, 28 Oktober. Bulan Oktober dikenal dengan sebutan bulan Bahasa . Menurut saya, hal ini sangat positif dan sangat pas.

Semoga Karanganyar Berpuisi ini merupakan awal yang baik. Setiap hari warga Karanganyar bisa menuangkan idenya dalam bentuk puisi.
Semoga tulisan ini bermanfaat.

Karanganyar, 27 Oktober 2017

Senin, 23 Oktober 2017

Pergeseran Kesetimbangan Kimia

Pergeseran kesetimbangan
Ada 3 aksi yang dapat dilakukan agar system kesetimbangan dapat bergeser ke arah yang dikehendaki, yaitu mengubah konsentrasi zat, mengubah suhu dan mengubah tekanan atau volume gas.
Menurut Henry Louis Le Chatelier dari Perancis, apabila dalam system kesetimbangan diberikan aksi, maka system akan mengadakan reaksi sedemikian rupa, sehingga pengaruh aksi tadi menjadi sekecil-kecilnya.
Prinsip ini kemudian dikenal dengan prinsip pergeseran kesetimbangan atau Azas Le Chatelier. Dengan demikian, bila pada suatu system kesetimbangan diberikan aksi (perubahan-perubahan), maka system akan mengadakan reaksi (menggeser letak kesetimbangan).
1.   Pengaruh perubahan konsentrasi
Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka sistem akan bergeser dari arah zat tersebut. Jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka system akan bergeser ke arah zat tersebut
2.   Pengaruh perubahan suhu
Apabila suhu system dinaikkan, reaksi akan bergeser ke arah endotermis. Apabila suhu system diturunkan, maka reaksi akan bergeser ke arah eksotermis.
3.   Pengaruh perubahan tekanan atau volume
Jika tekanan diperbesar (volume diperkecil), maka system akan bergeser ke arah reaksi dengan jumlah mol yang lebih kecil.
Jika tekanan diperkecil (volume diperbesar), maka system akan bergeser ke arah reaksi dengan jumlah mol yang lebih besar.
Pengaruh katalisator
Dalam system kesetimbangan, katalisator tak mempengaruhi letak kesetimbangan. Penambahan katalis pada system kesetimbangan berfungsi untuk mempercepat tercapainya keadaan setimbang.
Latihan
Pada suatu system kesetimbangan berikut:
H2 (g) + I2 (g) 2HI (g)      ∆H = + 11,3 kJ
Kalau ∆H = positif maka reaksinya endoterm
Kalau ∆H = negative maka reaksinya eksoterm
Tentukan ke arah manakah reaksi akan bergeser, bila:
a.   Konsentrasi H2 diperbesar
b.   Konsentrasi H2 diperkecil
c.    Konsentrasi HI diperbesar
d.   Suhu dinaikkan
e.   Tekanan diperbesar

TETAPAN KESETIMBANGAN KIMIA (Kc)
Reaksi kesetimbangan:
1.   3H2 + N2 2NH3
Kc = [NH3]2/ [H2]3 . [N2]
2.   H2 + I2 2HI
Kc = [HI]2 / [H2] . [I2]

LATIHAN (dikumpulkan)
1.   Sebutkan ciri-ciri kesetimbangan dinamis!
2.   Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan kimia!
3.   Dari nomor 2, jelaskan masing-masing!
Sebutkan bunyi azas Le Chatelier!

Jumat, 20 Oktober 2017

Kualitas Hidup Ditentukan Oleh Kualitas Shalat


Setiap masuk waktunya shalat atau azan berkumandang, kami (guru dan murid) tidak segera menunaikan shalat berjemaah. Oleh karena istirahat pada pukul 11.55 WIB maka kami baru bisa melaksanakan shalat pada saat itu. Bagi kami tidak masalah, toh waktu untuk menunaikan shalat zuhur masih panjang.

Mendirikan shalat tepat waktu setelah azan, dengan berjemaah dan dilaksanakan di masjid, itu sangat utama. Tidak setiap orang bisa melaksanakan shalat berjemaah di masjid dengan tepat waktu. Dengan demikian, bagi mereka yang bisa melaksanakan dengan baik maka kualitas hidupnya lebih baik.

Orang yang sudah menjaga shalatnya, dia akan menjaga tutur kata dan perbuatannya. Orang tersebut akan berhati-hati dalam berbicara. Setiap yang dikatakannya pasti sudah dipikirkan baik dan buruknya serta akibat yang ditimbulkan.

Orang yang sudah menjaga shalatnya lima waktu, tidak akan menyakiti orang lain secara verbal maupun perbuatan. Kalau ada orang yang mendirikan shalat berjemaah di masjid dengan tepat waktu, tapi lisannya membuat orang lain terancam dan tidak nyaman, maka kualitas shalatnya patut dipertanyakan.

Saya mengajak siapa saja terutama diri saya pribadi untuk menjaga kualitas shalat, menjaga lisan dan perbuatan. Jangan sampai orang lain merasa tidak aman dengan lisan kita. Kita menyakiti secara verbal maupun perbuatan.

Mulai dari sekarang, tahan lisan kita. Karena sekali sudah keluar, lisan tidak dapat ditarik kembali. Sekali lisan kita melukai orang lain, kita tidak dapat mengobatinya hanya dengan permintaan maaf.

Bertutur katalah yang santun. Bicaralah seperlunya sebab berlebihan dalam bicara bisa “menjerumuskan” kita sendiri.


Jagalah shalat kita, jagalah sujud kita.

Kamis, 19 Oktober 2017

Berkunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Dayu


Mendampingi suami bertugas untuk mengontrol siswa-siswinya yang mengikuti lomba pramuka adalah hal yang menyenangkan. Hari Minggu, 15 Oktober 2017 pagi, suami sudah menyiapkan siswa-siswinya berangkat mengikuti lomba pramuka. Lomba tersebut dilaksanakan di SMA N Gondangrejo. Pendamping utama adalah Ibu-Ibu guru yang biasa mendampingi anak-anak melaksanakan kegiatan di luar sekolah.


Sekitar pukul 10.00 WIB, saya, suami dan si kecil berangkat menuju SMA N Gondangrejo. Cukup lama, kami berada di sekolah tersebut. Suami tidak mengikuti agenda kegiatan lomba sampai selesai. Akhirnya, kami melanjutkan perjalanan menuju museum yang berada tidak jauh dari Gondangrejo. Sambil menyelam minum air. Tibalah kami di Museum Manusia Purba Sangiran  Dengan membayar tiket Rp. 5.000,00 per orang, kami bisa belajar sejarah.




Museum purbakala Dayu menempati lahan seluas  kurang lebih 10.500 m2 yang terletak di desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, Museum purbakala Dayu beserta situs arkeologinya merupakan bagian dari situs manusia purba Sangiran yang dikelola oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran yang berpusat di Desa Krikilan Kec. Kalijambe Kab. Sragen. Di Desa Dayu selain menjadi lokasi temuan Fosil-fosil yang merupakan jejak kehidupan manusia purba juga  menjadi pusat penelitian ilmu pengetahuan tentang kehidupan Pra sejarah, museum ini dapat menjadi Destinasi Wisata yang memiliki daya tarik tersendiri bagi pendidikan generasi selanjutnya.


Di museum ini kita dapat melihat  dan mempelajari jejak kehidupan manusia purba dari struktur dan lapisan tanah yang telah ada berjuta-juta tahun silam. Di museum ini dapat diperoleh informasi lengkap tentang kehidupan manusia purba di pulau Jawa yang dapat menyumbang perkembangan  ilmu pengetahuan seperti antropologi, arkeologi, geologi, paleoantropologi, magantropus, erektus, dll.



Sebenarnya saya ingin mencari informasi lebih banyak di museum ini tetapi tidak bisa. Alasannya adalah si kecil rewel, takut masuk ruang diorama, dan menurutnya tidak asyik. Memang untuk anak usia 7 tahun, museum bukan tempat yang menyenangkan. Saya hanya akan menampilkan beberapa gambar, tanpa saya beri keterangan detail.


Semoga bermanfaat.

Senin, 16 Oktober 2017

Pagi Yang Repot

Sudah bangun kesiangan, si kecil masih ogah-ogahan. 
Meski semalam segalanya sudah dipersiapkan, tetap saja waktu terasa sempit. 
Sarapan ala kadarnya, bekal tak sesuai harapan. 
Sudah dandan rapi, tinggal berangkat. 
Sang Ayah buru-buru karena menyiapkan untuk siswa jam pertama.

Keluar dari rumah, belum ada 5 menit, kembali lagi. 
Ternyata dompet sang Ayah ketinggalan. 
Setelah mengantar si kecil, sang Ayah menuju sekolah. 
Jam pertama tidak upacara. 
Sang Ayah sadar, masih ada benda yang tertinggal.
 Kaos olahraga dan training. 
Waktu tidak memungkinkan untuk kembali ke rumah. 
Jam pertama diisi brifing.

Brifing selesai, seorang teman menyodorkan tas mungil.
“Dari Ibunya anak-anak, Pak.”
Masya Allah, meski pagi selalu repot, 
istri selalu bisa bergerak cepat dan memberikan solusi. 
Seperti pagi sebelumnya, pagi ini adalah pagi yang repot, 
tapi semua berjalan baik-baik saja

Sabtu, 14 Oktober 2017

TIPS MENGURANGI KEREPOTAN PEKERJAAN DI PAGI HARI



Pada saat mengikuti sharing ngeblog, ada peserta yang memberikan contoh judul yang bisa dipakai. Kurang lebih judulnya seperti di atas.

Bagi Ibu-Ibu, pagi hari adalah waktu yang semuanya menjadi harus serba cepat. Bangun tidur lebih awal, kadang-kadang belum bisa menyelesaikan masalah repotnya di pagi hari. Harus ada usaha untuk membuat pagi tidak terlalu repot..

Saya sendiri mengalami kerepotan di pagi hari. Padahal yang memerlukan perhatian ekstra hanya si kecil. Kadang, saya membandingkan aktivitas saya dengan Ibu saya (ketika saya masih remaja). Saat ini, saya memiliki 2 anak, yang besar kelas XII SMA sedangkan yang kecil kelas I SD. Ibu saya memiliki 6 anak. Sepertinya Ibu saya tidak serepot saya. Kok bisa, ya? Ya, karena Bapak saya bisa bekerja sama dengan Ibu untuk melakukan pekerjaan rumah.

Untuk mengurangi kerepotan (baca kemrungsung) pekerjaan di pagi hari, usaha yang saya lakukan adalah:
1.    Menyiapkan pakaian di malam hari
Pakaian kerja dan seragam sekolah si kecil, saya siapkan pada malam hari. Oleh karena suami guru olahraga, maka saya harus menyiapkan pakaian olahraga dan seragam dinas sesuai jadwal yang telah ditetapkan sekolah. Untuk si kecil, saya juga menyiapkan pakaian ganti yang akan dikenakan sepulang sekolah selama berada di Taman Penitipan Anak. Tidak lupa kaos kaki dan sepatu juga dipersiapkan pada malam hari.
2.    Menyiapkan alat tulis/properti di malam hari
Pulang sekolah, biasanya pada sore hari si kecil bermain di sekitar rumah. Pada malam hari, saya ajak si kecil untuk belajar membaca (biar lancar) dan mengerjakan latihan soal. Setelah selesai, saya menyiapkan buku-buku yang akan dibawa sesuai jadwal keesokan harinya. Saya juga menyiapkan benda-benda yang harus dibawa yang ada kaitannya dengan pelajaran ketrampilan, termasuk fotokopi tugas..

Untuk saya dan suami, tas beserta isinya juga harus disiapkan pada malam hari. Termasuk pekerjaan mencetak suatu dokumen.

3.    Membuat lauk yang praktis
Memasak air dan menanak nasi bisa saya lakukan pada pagi hari. Saya cukup menyiapkan sarapan untuk anak-anak sesuai kesukaannya. Sarapan pada pagi hari kadang-kadang tidak berselera. Oleh karena itu, saya tidak memaksa anak untuk sarapan sesuai keinginan saya.

Saya bukan tipe ibu rumah tangga yang suka mencoba berbagai resep masakan. Saya lebih suka memasak yang praktis saja.  Tahu dan tempe goreng adalah lauk yang tidak membosankan. Telur dadar dan telur mata sapi juga kesukaan anak-anak.

Untuk sayur, di dekat rumah ada warung makan yang menyediakan makanan dan sayur. Untuk alasan praktis, mending saya beli sayur matang daripada harus repot memasak. (Saya mempunyai alasan khusus untuk hal yang satu ini)

4.    Mengecek kendaraan di malam hari
Membersihkan sepeda motor, mengecek kembali bahan bakar, dan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan sepeda motor, saya lakukan pada malam hari. Pada pagi hari, tinggal mengeluarkan sepeda motor, memanasi dan berangkat!

5.    Mencuci alat dapur, mencuci pakaian dan merapikannya, sepulang bekerja
Pulang sekolah/kerja, tidak lantas beristirahat. Saya lebih suka mencuci pakaian sambil mencuci alat-alat dapur. Kalau sudah selesai, bisa juga sambil mengambil pakaian yang sudah kering dari jemuran lalu melipatnya. Semua saya lakukan dengan santai tidak merasa terbebani.

6.    Menyetrika pakaian seperlunya
Kalau ada waktu dan badan tidak lelah, saya menyetrika pakaian seperlunya. Saya tidak menyetrika seluruh pakaian. Bagi saya, cara saya yang demikian adalah menghemat waktu. Pakaian yang belum disetrika, cukup dilipat lalu dimasukkan ke dalam lemari. Yang penting, pakaian rapi tertata.

7.    Membersihkan rumah, menyapu dan mengepel pada sore hari
Selesai urusan cucian, istirahat barang sebentar. Selonjorkan kaki sambil membaca Koran. Nah, kalau sudah begitu biasanya mata gampang terpejam. Bagi saya, tidak ada alasan susah tidur. Badan saya sudah cukup tahu diri kalau waktunya harus beristirahat. Oleh karena saya tidak memiliki pesawat TV, jadi hiburan saya adalah Koran, buku, majalah, dan menulis.

Sore hari barulah saya bekerja yang sifatnya “lebih ringan”, yaitu membersihkan rumah, menyapu dan mengepel. Apakah semua saya lakukan sendiri? O, tentu saja tidak! Ada suami dan anak saya yang besar, yang bisa membantu. Akan tetapi saya tidak tergantung pada mereka. Saya bukan tipe Ibu yang suka marah-marah dan suka perintah-perintah. Sebisa mungkin pekerjaan saya lakukan. Kalau saya tidak sanggup melakukan semua, maka saya akan berhenti bekerja. “Alon-alon waton klakon.”

Untuk anak saya yang sudah besar, dia memiliki tugas menyetrika baju sendiri, membersihkan kamar sendiri, merawat barang-barangnya sendiri. Saya tidak membebani anak saya dengan pekerjaan rumah, karena dia sudah memiliki kesibukan yang bisa mendatangkan uang.


Beberapa usaha yang saya lakukan tersebut bisa mengurangi kerepotan saya pada pagi hari. Mungkin pembaca ada yang memiliki kerepotan yang sama, semoga bisa mengatasi pagi yang repot dengan solusinya.

Jumat, 13 Oktober 2017

TIPS AGAR ILMU BERTAMBAH SETELAH MEMBACA BUKU



Menulis dan membaca adalah kegemaran saya sejak dulu, sejak saya masih sekolah. Dahulu, saya suka kalau setelah membaca lalu meringkas suatu materi. Jadi, untuk memahami sesuatu, saya perlu membaca dengan cara diulang lalu menulis bagian-bagian yang penting.

Mempelajari materi pelajaran, kalau sifatnya teori bukan menerapkan rumus atau aplikasi, saya cukup membaca berulang-ulang. Berbeda kalau materi yang kita pelajari berkaitan dengan penerapan rumus, hitungan atau reaksi kimia. Untuk yang satu ini jelas saya tidak mungkin cukup membaca saja. Tangan saya tidak mungkin diam, pasti butuh coret-coret.

Setelah tidak sekolah/kuliah, kini kegiatan membaca tetap saya lakukan. Membaca sangat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan menambah wawasan. Bila dulu membaca dengan target, sekarang tidak perlu target pencapaian.

Pada saat membaca, biasanya saya menyediakan buku untuk menulis sesuatu yang perlu dan penting. Bila saya membaca buku, maka saya memiliki tugas untuk meringkas. Kalau hanya membaca artikel, cukup point yang penting saja yang saya tuliskan.

Kini, setelah membaca buku, saya juga akan membuat ringkasan lalu saya posting di blog. Dengan demikian, apa yang saya baca bisa saya sampaikan kepada orang lain. Dengan kata lain, saya mendapatkan ilmu lalu ilmu tersebut saya sebarkan/teruskan lagi agar orang lain juga mendapatkan ilmu yang baru.

Selain membuat ringkasan, saya juga belajar meresensi sebuah buku. Untuk membuat resensi, saya harus berkonsentrasi. Saya tidak asal menulis sebab kalau yang saya tulis tidak mewakili isi buku tersebut, berarti saya tidak menyebarkan manfaat.

Dengan membuat ringkasan dan membuat resensi, bisa kita gunakan saat kita akan menulis buku. Kita bisa menggunakan referensi  (tulisan/buku orang lain lalu dicantumkan sumber bacaannya) untuk pembuatan buku.

Apabila buku yang kita baca tebal, kita bisa mencicil dalam membuat ringkasannya. Kita tidak harus membuat ringkasan sekali jadi. Seandainya kita bisa membuat ringkasan buku tebal dalam satu waktu, ya boleh-boleh saja. Namun, bila dilihat dari segi kualitas tulisan, kita akan mendapatkan tulisan yang baik bila kita mencicil menulis ringkasan.

Lain saya, lain pembaca. Kalau pembaca ada yang bisa membuat ringkasan/resensi yang baik dengan menulis sekali jadi, ya silakan. Semua sangat tergantung dari niat, semangat dan mood kita.

Bila Anda selama ini suka membaca tetapi  belum menulis ringkasan atau resensi, silakan Anda mencoba sesuatu yang baru di luar kebiasaan. Percayalah, ilmu itu harus diikat agar tidak lari ke mana-mana. Mengikat ilmu dengan menulis. Kalau sudah membaca maka menulislah. Kalau sudah membaca buku maka tulislah resensi atau meringkas tulisan.


Semoga tulisan sederhana ini bisa bermanfaat. #kahfinoer 

Senin, 09 Oktober 2017

IDE TULISAN

Banyak hal bisa kita tuliskan. Bila kita banyak membaca, kita tidak akan kehabisan ide untuk menulis. Bila kita banyak berkomunikasi dengan banyak orang, ide yang akan kita tulis juga banyak. Sebenarnya ide bertebaran di mana-mana. Tinggal kita pandai-pandai saja menangkap ide lalu menuangkan dalam bentuk tulisan.
Seorang penulis sekali tempo akan kehabisan bahan yang akan ditulis. Itu bukan berarti lalu berhenti. Bila kita kehabisan bahan untuk tulisan kita, kita bisa membuka-buka buku, membaca koran, majalah, membuka-buka internet. Selesai, mengapa mesti bingung kehabisan bahan.
Sebenarnya bahan tulisan itu ada, yang sering kita alami adalah kemacetan alias kebuntuan dalam menulis. Kemacetan itu dikarenakan jenuh, bosan, lelah, atau memang saatnya berhenti. Kita bisa mengatasi kemacetan menulis kita dengan penyegaran. Jalan-jalan, bersepeda, refreshing adalah cara mengatasi masalah kemacetan.
Untuk menyegarkan kembali pikiran, kita tidak perlu berlama-lama berhenti menulis. Setelah kembali segar pikiran kita, kita harus segera memulai lagi untuk menulis. Kita tidak boleh menunda-nunda waktu. Semakin cepat semakin baik.
Waktu refreshing, kita juga akan mendapatkan bahan yang kita tulis. Jangan sia-siakan bahan-bahan tadi. Apa yang kita lihat, kita alami selama refreshing adalah sesuatu yang baru. Tuliskan saja semuanya. Dengan demikian tulisan kita akan penuh dengan warna.
Kadang tanpa sengaja kita akan keluar dari kerangka tulisan/outline karena mendadak ada ide. Hal semacam itu biasa saja. Karena selagi kita masih dalam proses menulis, semua kemungkinan akan terjadi.
Ide akan datang bila kita sering berinteraksi. Berinteraksi dengan buku, koran, majalah, lingkungan, orang, pasar atau apa saja.
Satu contoh yang saya alami sendiri. Suatu hari saya mengikuti diklat yang diselenggarakan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS-Surakarta). Saat melaksanakan observasi di laboratorium Biologi, saya melihat bungkusan kain kafan menyerupai pocong. Pocong tersebut nangkring di atas meja permanen di dalam almari kaca.
Menurut dosen Biologi yang menunjukkan, ternyata pocong tersebut berisi kerangka manusia asli. Muncullah ide menulis cerita lucu dan saya kirim ke rubrik Ah Tenane SOLOPOS.
Masih tentang cerita lucu, yaitu saat saya melewati pabrik tahu. Saya teringat tetangga sebelah rumah saya yang mempunyai pabrik tahu. Kebetulan anaknya mau dicabut giginya. Sang anak tenang-tenang saja. Justeru yang bermasalah adalah bapaknya. Ketika anaknya mau dicabut giginya, bapaknya mendadak pingsan. Maka jadilah tulisan berjudul “Mendadak Pingsan”.
Cerpen yang saya kirimkan dan dimuat di SOLOPOS lainnya idenya adalah dari kisah nyata. Kisah yang saya ambil dari keluarga saya sendiri. Kejadiannya adalah sekitar tiga puluh tahunan yang lalu. Cerpen yang berjudul Rahasia Ibu menceritakan seorang Ibu yang berbohong demi kebaikan.
Kalau kita peka, kalau kita pandai menangkap sesuatu, semua bisa menjadi ide. Paling tidak kita tuangkan dulu ide-ide yang banyak dan melimpah itu. baru nanti kita pilah-pilah.
Karanganyar, 11 Mei 2014 

Minggu, 08 Oktober 2017

LEBIH BAIK TERLAMBAT DARIPADA TIDAK SAMA SEKALI

           Bulan Mei adalah bulan bekerja keras. Bulan untuk memromosikan sekolah tempat aku mengajar ke SMP/MTs. Agar sekolah yang kami tuju siswanya tertarik masuk sekolah tempat aku mengajar. Dari sini aku mendapat tantangan untuk menjual diri. Menjual kemampuanku di bidang tulis-menulis. Sebenarnya dunia tulis-menulis sudah aku mulai sejak SMA kelas 2.
Lulus SMA aku juga sering menulis. Ada dua buah dongeng anak yang sempat dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat Hari Minggu. Setelah vakum beberapa tahun, aku mulai menulis lagi. Kali ini karena di rumah ada fasilitas laptop dan internet, aku tidak mengalami kesulitan untuk mengirim karya. Mengirim tulisan melalui email lebih praktis dan lebih irit.
Setelah satu tahun buku yang kubuat secara indie jadi tapi belum aku publikasikan, aku berniat untuk membagi-bagikan ke sekolah SMP/MTs. Promosi sekolah sekaligus promosi buku. Akan tetapi buku yang aku buat tidak aku jual, melainkan aku bagi secara gratis. Semoga bisa bermanfaat. Selain itu saya berniat untuk membagikan ke masjid-masjid terdekat.
Keinginan membuat buku ini setelah mendapat motivasi dari beberapa buku yang pernah aku baca. Tulisan-tulisan mereka yang memberi semangat kepada kita untuk meninggalkan jejak sejarah. Ilmu yang sempat kita peroleh kita bukukan melalui tulisan. Tulisan kita dibaca orang lain, tentu lebih bermanfaat. Bila ilmu kita tidak kita tulis lagi, mungkin ada yang hilang dengan percuma.
Sebenarnya sudah ada beberapa draf buku yang aku buat. Bahkan kumpulan cerpen anak yang aku miliki juga bisa aku buat buku. Sebagian cerpen anak itu pernah dimuat di media massa. Walaupun mungkin terkesan terlambat membuat buku. Bagiku lebih baik terlambat menerbitkan buku daripada tidak sama sekali. Semoga apa yang pernah aku peroleh selama ini bisa bermanfaat bagi orang lain melalui tulisan. Tulisan yang sudah dikemas dalam bentuk buku. Amin.

Sabtu, 07 Oktober 2017

Sejak Kapan Memulai Menulis Lagi?



Setelah lama tidak menulis lagi, saya mendapatkan kejutan dari anak saya. Anak saya yang waktu itu kelas 5 SD membawa Majalah Bobo. Setelah saya buka-buka, ternyata ada lomba menulis cerpen yang diperuntukkan bagi guru-guru. Ini adalah sebuah tantangan. Saya mencoba menyelesaikan satu cerpen lalu saya kirim. Ternyata, saya terlambat, penerimaan naskah sudah ditutup.

Bagi saya tidak masalah. Setelah bisa merampungkan satu cerita anak, kembali saya menulis cerita anak dan saya kirim ke Redaksi Koran Solopos. Alhamdulillah, cerita anak yang saya kirim dimuat. Selain itu, naskah lomba penulisan cerpen di Majalah Bobo juga dimuat. Dari sinilah semangat menulis saya mulai kembali.

Suatu hari suami saya membelikan buku untuk saya. Buku tentang penulisan yang ditulis oleh Wijaya Kusumah (yang dikenal dengan sebutan Om Jay). Saya sangat antusias membaca buku tebal dengan bahasa ringan, sederhana, dan terkesan keseharian sekali. Di dalam buku tersebut, Om Jay bercerita tentang banyak hal tentang menulis. Selain penulis (beliau Guru) buku, Om Jay juga mengisi blog. Dari buku Om Jay inilah, saya mengenal blog keroyokan Kompasiana.

Anak saya kemudian membuatkan blog untuk saya. Ada 2 blog yang dibuat anak saya, yaitu blogspot dan kompasiana. Dari kompasiana, saya mengenal banyak penulis, dari kalangan akademisi, traveller, pebisnis dan lain-lain.

Oleh karena saya suka membaca bacaan yang ringan-ringan dan menyenangkan, maka di kompasiana saya memilih membaca tulisan yang “menyenangkan” saja. Dari kompasiana, saya mengenal Bpk. Ngainun Naim (sampai sekarang masih sebatas teman dunia maya). Sebenarnya banyak penulis yang kemudian saya kenal di dunia nyata. Akan tetapi, saya terkesan dengan tulisan Bpk Ngainun Naim yang menulis tentang keseharian. (layaknya menulis buku harian).

Tulisan sahabat-sahabat saya di kompasiana sangat inspiratif. Sejak saat itu, saya aktif menulis lagi. Selain mengisi blog, saya juga mencoba peruntungan untuk mengikuti lomba. Beberapa kali mendapatkan rezeki dari lomba ngeblog.

Di media massa, belum begitu banyak tulisan saya yang tembus. Saya terus belajar dan mencoba. Saya tidak mengenal kata menyerah. Saya banyak belajar dari orang-orang yang memulai menulis pada saat usia tak muda lagi. Kalau mereka saja semangat, mengapa saya tidak?

Kalau ditanya kapan saya mulai menulis lagi? Jawaban saya sejak tahun 2011. Semoga saya bisa konsisten menulis. Sehari tidak menulis, serasa ada sesuatu yang hilang.


 Karanganyar, 7 Oktober 2017

Jumat, 06 Oktober 2017

Perlukah Bergabung Dengan Komunitas Penulis?



Ketika masih SMA dahulu, saya suka membaca novel remaja. Biasanya novel-novel tersebut saya dapat di perpustakaan sekolah. Saya tidak perlu membeli novel; tidak perlu keluar ongkos. Oleh karena senang membaca novel dan ternyata di sekolah teman-teman juga suka membaca novel, jadilah satu novel dipinjam bergantian. Kalau novel tersebut sudah dikembalikan, pasti sudah ada yang menunggu.

Selain novel, saya juga membaca Koran dinding. Koran dinding adalah Koran yang dipasang di tempat berkaca di depan kantor TU. Membaca Koran sambil berdiri dan berebut tempat dengan pembaca lainnya.

Biasanya, pembaca Koran dinding berjubel pada saat istirahat pertama. Saat istirahat kedua, Koran dinding sepi pembaca. Kadang-kadang, saya malah memilih membaca Koran setelah pulang sekolah. Nah, kalau ada ekstrakurikuler sore hari, ini adalah kesempatan baik membaca Koran dengan nyaman.

Kebiasaan membaca ini membuat saya jadi ingin menulis. Alhamdulillah, sejak kelas 2 SMA, saya sudah menulis. Hanya saja, dunia menulis saya adalah dunia sepi dan menyendiri. Saat itu, saya tidak tahu harus belajar menulis kepada siapa. Belajar menulis secara otodidak.

Berbeda dengan sekarang, belajar menulis bisa kita lakukan dengan cara bergabung dengan komunitas menulis. Perlukah bergabung dengan komunitas penulis? Jawaban saya, sesuai kebutuhan saya adalah perlu, bahkan sangat perlu. Banyak manfaat yang kita dapatkan dengan bergabung dengan komunitas penulis. Manfaat yang pertama adalah mempunyai banyak teman. Manfaat yang lain adalah bisa konsultasi secara gratis kepada teman. Teman dalam komunitas adalah motivator, pemberi masukan.

Komunitas menulis bisa kita jumpai di dunia maya maupun di dunia nyata. Alhamdulillah, saya bisa bertemu langsung dengan penulis-penulis yang tinggal di eks Karisidenan Surakarta. Saya bisa belajar banyak dari teman-teman penulis.

Kita sebagai makhluk sosial, sudah seharusnya berinteraksi dengan orang lain. Sebagai penulis, sangat pas kalau bergabung dengan orang-orang yang memiliki hobi atau profesi yang sama yaitu penulis.

Bagi yang ingin memulai menulis, silakan bergabung di komunitas menulis yang sesuai. Tujuannya agar keinginan untuk memulai menulis tidak sekadar ingin menulis tapi tidak segera melakukan aksi. Di dalam komunitas biasanya ada kompor yang siap membakar semangat menulis kita.


Karanganyar, 6 Oktober 2017 

Senin, 02 Oktober 2017

BERAS PAKAN AYAM


Alhamdulillah, Senin, 2 Oktober 2017 akhirnya nembus SOLOPOS lagi, horeeee
Cerita ini adalah kisah nyata. Ide cerita dari putrane sing bagus dhewe, Faiz Ahsan. Karena dia memang anak yang sangat istimewa, jadilah Ibu cantik ini harus maklum semaklum-maklumnya. Akan saya tuliskan versi naskah asli dan naskah tayang versi SOLOPOS.

Dalam penulisan cerita humor ini, sebetulnya saya sudah konsisten, tetapi dari redaksi diubah jadi agak rancu (Koplo, ditulis anak tunggal tapi pada kalimat lain ditulis Genduk Nicole adalah anak mbarep)

NASKAH ASLI
BERAS PULEN
Oleh : Noer Ima Kaltsum
Suami Cempluk selama 3 hari akan mengikuti diklat di Semarang. Oleh karena Koplo lengket dengan Bapaknya, maka Cempluk menyuruh suaminya untuk segera berangkat. Tidak perlu pamit Koplo secara langsung.
“Mumpung Koplo bermain di luar, sampeyan segera berangkat saja, Pakne. Kalau dia dipamiti bakal nangis kejer-kejer.”
Ladalah, suami Cempluk dengan sengaja menyuruh pulang Koplo dan pamit. Kontan saja Koplo mengamuk. Kaki Bapaknya dipegang kuat-kuat. Cempluk berusaha untuk melepaskan tangan Koplo dari kaki Bapaknya. Sip, berhasil lepas.
Tidak bisa lagi memegang kaki Bapaknya, Koplo memegang lalu menarik rak plastik sepatu. Semua sepatu berantakan. Sasaran berikutnya adalah rak plastik isi barang-barang.
“Pak, ndang berangkat. Anaknya semakin menjadi.”
Dengan ragu-ragu, suami Cempluk meninggalkan rumah. Cempluk dan Nicole menenangkan Koplo. Ibu dan anak tersebut berusaha agar Koplo tidak menangis lagi. Butuh waktu yang lama agar Koplo melupakan kepergian Bapaknya.
Setelah tenang, Koplo minta mandi. Akhirnya, Koplo sudah asyik dengan dunianya, yaitu bermain.. Cempluk menyetrika pakaian di samping rumah. Lama-kelamaan, Cempluk curiga karena Koplo tidak bersuara sama sekali.
“Koplo, kamu lagi ngapain?”
Tidak ada jawaban. Sampai 3 kali panggilan dan pertanyaan Cempluk, tetap tidak ada jawaban. Cempluk tidak menemukan Koplo di kamar. Cempluk menuju dapur. Betapa lemasnya Cempluk, melihat kenyataan bahwa beras pulen dalam panci besar dicampur pakan ayam.
“Koplo, kok berasnya dicampur pakan ayam?”
“Biasanya Bapak juga mencampur beras dengan pakan ayam, kalau mau makani ayam.”
“Tapi bukan beras yang disimpan di panci. Untuk pakan ayam, berasnya disimpan di dalam karung pakan ikan.”
Tanpa merasa berdosa, Koplo terus mencampuri beras pulen dengan pakan. Cempluk hanya bisa melongo. Percuma saja kalau dia  marah, toh beras juga sudah tak mungkin untuk dimasak. Padahal beras pulen tersebut untuk persediaan Iduladha yang akan datang. (SELESAI)
00000
NASKAH TAYANG VERSI SOLOPOS
BERAS PAKAN AYAM
Tom Gembus akan mengikuti diklat selama 3 hari di Semarang. Oleh karena Jon Koplo, anak tunggalnya, lengket dengan Bapaknya, maka Lady Cempluk menyuruh suaminya untuk segera berangkat. Tidak perlu pamit Koplo secara langsung.
Namun Gembus tidak tega, dengan sengaja menyuruh pulang Koplo dan berpamitan. Kontan saja Koplo ngamuk. Kaki Bapaknya dipegang kuat-kuat sambil nangis gidro-gidro
 “Pak, ndang berangkat. Koplo nangisnya semakin menjadi-jadi,”seru Cempluk
Dengan ragu-ragu, Tom Gembus  meninggalkan rumah. Cempluk dan Gendhuk Nicole, anak mbarepnya, menenangkan Koplo. Ibu dan anak tersebut berusaha agar Koplo tidak menangis lagi. Butuh waktu yang lama agar Koplo melupakan kepergian Bapaknya.
Setelah tenang, Koplo minta dimandikan. Akhirnya, Koplo sudah asyik dengan dunianya, yaitu bermain.. Cempluk menyetrika pakaian di samping rumah. Lama-kelamaan, Cempluk curiga karena Koplo tidak bersuara sama sekali.
“Koplo, kamu lagi ngapain?”
Tidak ada jawaban. Sampai 3 kali panggilan dan pertanyaan Cempluk, tetap tidak ada jawaban. Cempluk tidak menemukan Koplo di kamar. Cempluk menuju dapur. Betapa lemasnya Cempluk, melihat kenyataan bahwa beras pulen dalam panci besar dicampur pakan ayam.
“Koplo, kok berasnya dicampur pakan ayam?”
“Biasanya Bapak juga mencampur beras dengan pakan ayam, kalau mau makani ayam.”
“Tapi bukan beras yang disimpan di panci. Untuk pakan ayam, berasnya disimpan di dalam karung.”
Tanpa merasa berdosa, Koplo terus mencampuri beras pulen dengan pakan. Cempluk hanya bisa melongo. Percuma saja kalau dia  marah, toh beras juga sudah tak mungkin untuk dimasak. Padahal beras pulen tersebut untuk persediaan dimakan sendiri. (SELESAI)
00000