Jumat, 19 Februari 2016

Menikmati Hidup

Menikmati Hidup
1. Menikmati waktu beribadah
2. Menikmati waktu untuk keluarga
3. Menikmati waktu luang
4. Menikmati waktu bekerja
5. Menikmati waktu istirahat
6. menikmati waktu bersosial

Jangan sampai kita hidup tapi tidak menikmati hidup. Enam waktu tersebut bila dimanfaatkan dengan baik, maka hasilnya luar biasa. Jangan sia-siakan hidup kita. Seimbangkan waktu untuk kebutuhan dunia dan akhirat. Kalau hidup tak dinikmati, ada apa denganmu?

Kamis, 18 Februari 2016

Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Gambar 1. Bambu bermanfaat
dok. Faiqah Nur Fajri
Bagi siswa yang akan melakukan PKL, beberapa yang harus dipersiapkan adalah:
1. Fisik dan mental 
2. Disiplin dan tertib
3. Mandiri dan sosialisasi
4. Komunikasi yang baik
5. Jujur

Apabila hal-hal yang telah disebutkan disiapkan dengan matang maka sesuanya akan berjalan dengan baik dan PKL bisa berjalan dengan sukses.

Di tempat PKL, Anda tidak hanya berhubungan dengan teman Anda satu sekolah, maka bersosialisasi bisa mengatasi problem Anda. Bekerja sama dengan teman akan mempermudah pekerjaan Anda. Mandiri, dalam hal ini tidak tergantung teman, melainkan bekerja sesuai porsinya. Kebiasaan tertib dan disiplin akan membuat Anda bekerja seolah tidak ada beban. Tak kalah penting adalah fisik dan mental dipersiapkan dengan baik. Bekerja di tempat PKL baik bengkel maupun perusahaan memerlukan energi yang banyak, fisik harus kuat. Bila ada kekurangan atau kesalahan, seandainya ditegur atasan tidak perlu berkecil hati. Tujukkan bahwa Anda bisa dan mampu. Jangan sampai nglokro, loyo, putus asa, mutung, lalu tidak melanjutkan bekerja, malah hengkang.

Stop menjadi anak cengeng. Sekarang waktunya Anda belajar langsung di tempat kerja. Selamat belajar di Dunia Usaha dan Dunia Industri. Oleh karena itu, bila Bu Guru cantik ini keras pada Anda, sebenarnya semua untuk Anda sendiri. Yang merasakan manfaat Anda!

Jangan menyerah, ayo pasti Anda bisa. Kalau saya bisa, mereka bisa, tentu saja Anda juga bisa.


Minggu, 14 Februari 2016

Bahagianya Nyemplung Kolam

Dua hari ini, kemarin dan hari ini, saya kedatangan tamu. Bagi saya mereka adalah tamu istimewa, yaitu murid-murid saya yang manut-manut dan baik hati. Tujuan mereka datang ke rumah saya adalah bersilaturahmi sekaligus mengambil hikmah dari silaturahmi. Hikmahnya adalah rejeki lancar, hehe. Kebetulan di rumah saya ada pohon jambu air yang buahnya mulai merah, menggoda iman dan menggoda mata. Seketika air liur mereka menetes. Dan ada pisang yang sudah matang siap santap. Belum dipersilahkan, mereka sudah pada berebut pisang dan jambu. Hadehhhhh.

Sejak dari sekolah, mereka sudah minta ijin kepada saya mau bersilaturahmi. Maka saya juga mempersiapkan diri untuk didatangi pasukan Bayu Agil dan kawan-kawan. Mereka berlima. Kebetulan di rumah juga ada makanan kecil, sirup, mie instan dan telur. Bak chef dadakan, saya masak mie dengan cekatan. Tujuh buah mie instan dan telur saya masak dengan penuh kasih sayang.

Begitu matang, saya minta murid-murid yang kesemuanya laki-laki untuk membantu saya membawakan gelas, piring dan panci yang panas ke ruang tamu.  Lima piring dan sendok saya jejer dengan rapi. Mulai saya menuangkan mie telur di atas piring-piring. Tanpa malu-malu mereka minta piring yang sudah diincar untuk ditambah isinya. Saya tersenyum, ulah mereka membuat saya bahagia dan lebih berarti. (Kalau anak perempuan saya yang kelas 8 SMP ada, mungkin suasananya akan berbeda).

Saya melihat murid-murid saya makan mie dengan lahap dan sesi terakhir adalah rebutan mie yang tinggal sedikit di dalam panci. Bikin saya tertawa.
Acara berikutnya adalah melongok kolam ikan.

= Boleh ambil ikannya, bu?” tanya Heri
+ Boleh. Pakai tempat sampah dari bambu itu cara mengambilnya!

Heri dan Bayu siap nyemplung kolam. Ngambil ikan saja pake action, soalnya sang fotografer siap jeprat-jepret. Alim dan Yongki hanya lihat di pinggir kolam dan Ilvan dengan HP nya mengambil gambar kegiatan teman-temannya. Wuih.... ramenya.

Saya mengemasi piring dan panci yang sudah tidak terpakai. Setelah itu saya membuka internet. Saya biarkan murid-murid sepuasnya berada di kolam. Ternyata dapat ikan banyak dan ukurannya lumayan untuk digoreng.

Karena Bayu dan Heri nyemplung kolam dan kotor, mereka minta ijin untuk mandi. Ilvan membuka fb dan upload foto. Facebook saya juga ditandai. Keren abisss. Gurunya ikut nampang ceile... habis itu yang kirim jempol dan komen banyak. Teman-teman sekelas yang gak ikut pada ngiri.

00000

Hari kedua setelah dhuhur, kali ini pasukannya lebih banyak, yaitu tujuh orang. Sedari pagi saya sudah masak besar, sop ayam buat murid-murid.
Supaya adil, seperti kemarin, saya membagi sop ayamnya dahulu. Anak-anak mengambil nasi sendiri-sendiri. Saya melirik piring anak-anak, luar biasa..... ternyata anak-anak makannya banyak dan gak sungkan sama gurunya. Alhamdulillah, semoga sedekah keluarga saya hari ini diterima Allah dan barokah.

Habis makan siang, murid-murid saya : Bayu, Ilvan, Heri, Yongki, Adi, Astan, dan Ridwan keluar dan duduk di bawah pohon mangga yang mulai berbuah. Mereka sudah berpesan pada saya kalau mangganya sudah matang, mereka ingin saya mengundangnya. Mungkin karena kekenyangan Bayu liyer-liyer tertidur di kursi panjang di bawah pohon mangga. Ilvan mengambil posisi tidur di ruang tamu.

Astan dan Heri masih penasaran dengan ikan kakap dan nyemplung kolam lagi. Yang lainnya mengambil jambu air. Saya membiarkan murid-murid melakukan apa saja, asal masih sopan.  
 Setelah makanan kecil ludes, sirup juga sisa sedikit mereka pamit. Tidak lupa mereka minta maaf kalau sudah mengganggu saya dan keluarga. Sekali lagi saya bersyukur, Allah menitipkan waktu luang dan sehat kepada saya dan keluarga. Rasa syukur itu saya ungkapkan dengan mengundang siswa-siswa saya dan siswa-siswa suami saya untuk bersilaturahmi ke rumah.

Semoga bermanfaat.
Karanganyar, 12 September 2013
Noer Ima Kaltsum

ABG Bolos Sekolah, Orang Tua Perlu Lakukan Ini

Jangan bertanya siapa saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya bukan orang penting. Saya sadar diri, tidak menjadi orang yang sok penting. Saya hanya orang biasa, sederhana, simple dan apa adanya. Kalau bertanya pada saya tentang hal-hal rumit, akan saya sederhanakan dulu dan tentu jawaban saya tak akan bertele-tele, berbelit-belit. Langsung pada sasaran, dorrr. Moga tidak salah sasaran.
Ketika seorang siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang beraneka macam, pasti akan saya jebak dengan pengakuan saya bertemu dia di suatu tempat. Jelas dia akan mengelak dan ujung-ujungnya mengaku. Simple bukan?
“Kemarin tidak masuk sekolah, ke mana Mas?”Tanya saya
“Di rumah?”jawab siswa saya
“Memang Bapak/Ibu tidak ngopyak-opyak ke sekolah?”
“Bapak dan Ibu merantau.”
“Di rumah sama siapa?”
“Sama kakek dan nenek. Itu saja mereka sudah tua.”
“Tak ada saudara lain, misalnya Bulik, Paklik atau sepupu?”
“Ada, mereka repot sendiri.”
“Kemarin saya lihat kamu sama cewek berboncengan, ke mana?”kata saya sekenanya
“Nggak mungkin Bu.”
“Ngaku wae. Tinimbang urusannya panjang, walimu saya suruh ke sekolah lo.”gaya saya kalau memaksa anak mengaku.
“Ke Tawangmangu (ada yang bilang di kebun the Kemuning, Sarangan, Candi Cetho, Candi Sukuh. Sondokoro), Bu. Tapi tidak sendiri, sama teman-teman.”
Akhirnya dengan suka rela dia akan cerita ke mana bolosnya, sama siapa dia bolosnya. Memang serba salah sebagai wali kelas. Kalau anak dimarahi nanti dianggap pelanggaran HAM. Kalau tidak dikerasi anak tidak tertib, tidak disiplin. Anak tidak menghargai sekolah sebagai tempat membentuk karakter. Ujung-ujungnya pihak sekolah disalahkan tidak bisa mendidik siswanya. Harusnya ada kerja sama antara sekolah dengan orang tua.
Kalau di sekolah anak tanggung jawab Bapak dan Ibu Guru. Kalau di rumah, tentu saja tanggung jawab orang tua/walinya.
Berbeda dengan anak-anak yang rajin. Anak-anak bisa membagi waktu dan mengatur waktu. Seolah mereka memiliki menejemen waktu. Kapan mereka sekolah, kapan mereka bermain dan kapan belajar di rumah. Kalau ada anak yang tiap hari harus membantu orang tua, maka tiap menit bagi mereka waktunya sangat berharga.
Saya memang orang yang simple. Saya harus memberikan contoh mengatur waktu ala saya. Saya tidak pernah lupa  menyisipkan pesan untuk menuliskan sesuatu. Baik di fb maupun blog, bagi mereka yang memiliki. Bagi yang tidak memiliki akun, cukup menulis di buku dahulu.  Simple bukan? Karena saya memberikan contoh dengan karya-karya saya. Bahkan kalau di sekolah biasanya teman-teman bilang,”ini dia penulis.”
Meskipun nama saya belum besar, saya belum tenar, setidaknya tulisan saya bermanfaat bagi orang lain. Saya tidak malu disebut penulis. Saya teramat bangga. Tidak setiap orang bisa disebut penulis meski dia sering menulis. Kadang saya merasa berbunga-bunga. Selain menjadi guru, saya juga penulis (penulis fb dan blog).
Sebagai guru saya ingin bersikap tegas dan keras pada anak didik agar tidak diremehkan. Nada bicara, volume yang keluar bila terlalu lembut,  di depan anak-anak seperti lemah. Saya tidak mau seperti itu. Saya seperti apa adanya, simple, keras dan menyayangi siswa. Kalau terlalu lemah lembat malah tidak sayang siswa.
Pesan untuk orang tua: jangan terlalu percaya pada anak. Sekali tempo cek anak di sekolah. orang tua bekerja sama dengan pihak sekolah. segera mencari solusi bila ada tanda-tanda anak mulai tidak beres.
Semoga tulisan ini bermanfaat.

Jumat, 12 Februari 2016

Berbagi Kabel Saat Pembelajaran dan Praktek Kimia

Akhir-akhir ini dalam setiap  kegiatan pembelajaran untuk semua mata diklat, guru-guru (saya dan teman-teman) menggunakan laptop dan LCD proyektor (baca: LCD saja) di dalam kelas. Sebenarnya sudah sejak lama kami menggunakannya. Ada beberapa keuntungan pada saat pelajaran berlangsung dengan menggunakan laptop dan LCD. Salah satu keuntungannya adalah kepraktisan (materi dapat digunakan beberapa kali). Keuntungan yang lain tidak perlu saya sebutkan.
Ada yang menarik dalam setiap kesempatan menggunakan laptop dan LCD untuk pembelajaran, yaitu kami harus membawa kabel dari kantor. Sebenarnya di setiap ruangan kelas sudah ada stopkontak-nya. Karena letak stopkontak berada di atas, maka perlu kabel sambungan agar laptop dan LCD mendapatkan arus.
Mungkin ada yang bertanya, mengapa LCD tidak dipasang secara permanen di atas? Karena siswa-siswa sering usil. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka LCD dipasang ketika mau dipakai dan dikemas kembali setelah selesai untuk dibawa ke kantor. Oleh karena jumlah LCD terbatas maka kami berbagi kesempatan dengan teman guru. Kami saling mengalah. Biarpun mungkin saya lebih membutuhkan LCD, saya akan merelakan benda itu untuk teman guru lainnya.
Demikian pula guru lainnya. Biasanya mereka akan bertanya siapa yang akan menggunakan LCD? Selain LCD, kami juga berbagi kabel. Ya, kabel ini sangat penting. Apalagi kalau tiba-tiba kabel (bagian dalam) putus, membuat pembelajaran terganggu bila tak segera diatasi.
Pada kesempatan yang lain guru-guru tidak menggunakan kabel dan LCD untuk pelajaran produktif, sebab kalau sudah berada di bengkel, utak-atik benda kerja lebih mengasyikkan. Siswa juga akan lebih paham belajar secara langsung menyentuh benda kerja dibanding teori atau hanya melihat gambar.
Demikian juga untuk pelajaran kimia yang saya ampu. Praktek sederhana, praktikum/demonstrasi tentang kimia yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari lebih menyenangkan daripada belajar hanya secara teoritis saja.
Jadi ada kalanya kami serentak mengajar praktek, dan suatu saat serentak berada di kelas lalu menggunakan alat yang lain. Bagi kami tak menjadi masalah. Justeru di sinilah indahnya berbagi apa saja. Kebersamaan kami memang membuat hubungan kami, satu sama lain menjadi dekat.
Kalau ditanya, lo mengajar kan ada RPP-nya. Apa sudah sesuai dengan RPP? RPP yang dibuat bisa dilaksanakan dengan fleksibel, tidak kaku. Karena menjadi guru itu ibaratnya dalang. Dalang ora kentekan lakon. Harus bisa menghadapi segala situasi dan kondisi.
Semoga bermanfaat.
Karanganyar, 28 Agustus 2015
Jangan lupa baca yang satu ini pula, catatan saya di blog pribadi : http://kahfinoer.blogspot.com/2015/08/mie-jawa-vs-mie-instan.html

Kamis, 11 Februari 2016

Kopdar Bersama mbak Lygia

Gambar 1. Narsis sebelum kopdar
dok.pri
Hari Kamis, 11 Februari IIDN Solo mengadakan Kopdar dan akan mengundang Mbak Lygia (Lygia Pecanduhujan) yang kebetulan berada di Solo. Awalnya saya pamit, tidak bisa ikut karena tidak ada yang mengantar. Akan tetapi saya selalu mengikuti perkembangan di Group WA IIDN Solo. Terakhir yang saya baca adalah rencananya kopdar dilaksanakan di Rumah Makan Bakso Kadipolo, depan PKU Muhammadiyah Surakarta. Ketika suami saya minta untuk mengantar ke tempat kopdar ternyata suami tidak keberatan.
Saya pamit pada dhenok (BBM) dan berpesan supaya dhenok berangkat les. Jadilah saya berangkat ke Solo diantar suami. Dari Karanganyar cuaca tidak bersahabat, awan tebal dan hitam berada di atas saya. Sampai di dekat Pasar Gede, hujan turun. Saya mengenakan jas hujan. Alhamdulillah, sampai di tempat kopdar ternyata mbak Hana sudah duduk manis (makhluk manis, menunggu dengan harap-harap cemas).
Gambar 2. Kopdar Mantap
dok.pri
Kemudian datang mbak Nurhas dan bu Yuni. Lalu kami membicarakan pengalaman menulis pada tahun 2015. Lantas sedikit membicarakan cita-cita di tahun 2016 (bahasa kerennya target penulisan). Tak lama kemudian mbak Candra, mbak Lygia dan teman-teman datang. Sebelum acara dimulai, kami menyantap bakso. Kami memakai system datang, pesan, makan, sebab kami tidak bisa datang bersamaan. Setelah itu acara dimulai dalam suasana hangat dan santai.
Karena kami penulis, maka yang dibicarakan juga seputar tulisan. Mungkin garis besar yang saya dapat/terima dari mbak Lygia berbeda dengan teman-teman lainnya. Tentang penulisan blog, kalau bisa menjadi blogger yang mengelola blognya dengan baik sehingga semakin lama semakin berkualitas dan bisa dilirik oleh sponsor. Caranya dengan menulis dan memosting artikel ke dalam blog secara rutin. Kalau bisa blog yang kita miliki memiliki domain pribadi (nah itu sebetulnya yang saya mau).
Mengikuti lomba penulisan, mereview buku, menulis artikel, lebih-lebih membuka peluang jasa penulisan artikel (yang ini pasti ujung-ujungnya duwit), itu sarannya mbak Lygia. Kalau ketemu teman-teman penulis jadi ikutan matre, karena terus semangat menulis meningkat tajam. Lalu ingin segera menuangkan ide, kirim naskah/artikel, nunggu surat cinta, menunggu wesel atau rekening gemuk. Waduh, jadi lupa kalau saya adalah seorang ibu yang harus menyediakan makan buat anak-anak dan menyiapkan kebutuhan keluarga.
Gambar 3. Silaturahmi membawa berkah
dok.pri
Tentang blog saya yang masih sederhana, mbak Lygia memberikan beberapa masukan. Wow, kemarin saya baru memraktekkan ilmu baru setelah berkunjung ke blog seorang blogger. Ternyata di sini juga mendapatkan ilmu tentang mempermanis blog (dulu pernah disampaikan mbak Ety).
Kalau sudah memiliki domain pribadi, maka kita bisa mendapatkan banyak keuntungan dari mengelola blog. Mbak Lygia memberi contoh bagi pelaku bisnis online (jualan atau memberikan jasa), bila blog kita menggunakan domain pribadi diharapkan tiap orang yang menuliskan sesuatu yang dicari maka blog kita langsung terlacak. Harapan kita akan segera ada transaksi (nah, duwit lagi ujung-ujungnya).
Untuk IIDN Solo juga diberi masukan agar memiliki web dan bisa membuka jasa penulisan artikel. Semua dikelola oleh anggota IIDN Solo. Sepertinya ini nilai plus. Yang tak kalah penting IIDN Solo sebaiknya mempunyai alamat kantor (tidak berlebihan lo, kantor di sini bisa menggunakan alamat salah satu anggota IIDN). Lebih baik lagi kalau memiliki kartu nama IIDN Solo. (Setuju-setuju)
Mbak Hana pamit duluan karena akan bekerja. Setelah mbak Hana pergi, datanglah mbak Fafa. Semakin lama semakin asyik, tapi hari semakin gelap menuju malam. Udara dingin, hujan tak kunjung reda. Sebenarnya saya ingin mengikuti acara kopdar ini sampai selesai, tapi waktu menunjukkan pukul 17.20 WIB.   Saya harus menjemput si thole yang masih di penitipan lalu menjemput si dhenok yang les. Dengan berat hati saya dan suami pamit.
Perjalanan pulang menuju Karanganyar hujan tak juga reda. Sampai di penitipan si  thole menyambut dengan suka cita. Sebagai ucapan terima kasih karena tidak rewel, thole saya belikan nasgor kesukaannya. Dilanjut jemput kakak. Alhamdulillah, sampai di rumah semua selamat dan sehat.
Semoga kopdar hari ini banyak memberi manfaat dan penuh keberkahan, amin.

Rabu, 10 Februari 2016

Tungku Pemanggang Sate

Gambar 1. Tungku pemanggang sate
sumber : olx.co.id
Hari Sabtu, 6 Februari 2016 saya menghadiri pertemuan ibu-ibu PKK di perumahan. Sore itu hujan turun, saya tetap harus datang. Ada alasan mengapa saya harus datang, sebab sore itu saya menjadi petugas. Bulan Februari ini setiap anggota PKK wajib mengenakan seragam PKK. Oit, kain seragam masih utuh di dalam plastik, saya simpan di loker. Sebenarnya, kalau mesin jahit di rumah tidak rewel pastilah saya kres-kres, grek-egrek, taraaaa, jadilah baju sederhana. Baju sederhana yang saya kenakan, sesederhana pemakainya. Huit.
Sayangnya mesin jahit ngadat. Saya pikir yang penting memakai kain seragam, apapun wujudnya, saya harus memakai. Masih ada waktu untuk mencoba-coba kain, mau diapain ya. Suitttt, ketemu juga akhirnya. Kain seragam saya lipat menjadi segitiga. Jadilah seperti kerudung yang super lebar. Saya mengenakan baju batik (kebiasaan saya mengenakan batik), kain seragam berbentuk segitiga tadi saya kenakan di badan, lalu bagian depan saya semat dengan keniti. Jadilah kain seragam itu menutup seluruh baju saya. Saya tinggal memakai kerudung. Praktis bukan?
Sampai di tempat pertemuan, tetangga saya yang tahu kalau saya suka menjahit baju sendiri bilang,”yang jahit baju sendiri….”
Saya mengedipkan mata. Karena gerimis masih turun, sedangkan rumah yang ditempati untuk pertemuan sempit, maka sebagian dari kami menempati rumah tetangga sebelahnya. Saya terus terang saja, gak apa-apa, akhirnya saya ditertawakan. “oala, jadi panjenengan tidak pakai baju seragam ta?”
“Yang penting kain seragamnya dipakai bulan Februari,”jawab saya (rada ngeyel)
“Bener juga.”
Ternyata ada beberapa anggota yang belum memakai seragam PKK. Aman-aman…. Acara pertemuan PKK dimulai, semua berjalan dengan lancar. Acara selesai, dilanjutkan promosi. Kebetulan sore ini ada seorang bapak-bapak mau memromosikan dagangannya. Sebenarnya barang yang dijual tidak terlalu istimewa. Itu menurut saya yang tidak hobi belanja. Barang tersebut adalah tungku panggangan sate. Tungku ini terbuat dari tanah liat. Kata bapak tadi tanah liatnya kualitas bagus, tidak sembarangan. Bila dipakai berulang-ulang akan semakin baik, dan hasil masakannya juga enak. Namanya juga promosi dagangan, jadi yang baik-baik yang diomongkan. (Saya tidak tergiur untuk membeli).
Tungku ini bisa dipakai dengan api berasal dari kompor minyak atau kompor gas. Namun demikian, hasil masakan tidak bau minyak atau gas. Katanya, bau-bauan itu terserap dalam tanah liat. Top tenan!
Cara memakai : nyalakan kompor, taruh tungku di atas kompor. Tungku jangan sampai terbalik, bagian bawah halus, sedang bagian atas yang ada garis dan lubang timbul. Setelah tungku panas, taruh makanan yang akan dibakar atau dipanggang di atas tungku. Makanan dibolak-balik. Kabarnya, bila makanan terlalu lama di atas tungku tidak akan hangus (gosong).
Yang ditunggu-tunggu adalah soal harga. Tungku tadi dijual dengan harga Rp 60.000,00 per buah. Bila membeli 5 buah maka bonusnya 3 buah. Atau dengan kata lain 8 buah seharga Rp 300.000,00. Jadi satu buah harganya Rp 37.500,00. Murah, bukan? (saya berkata dalam hati : mahal. Soalnya kalau mau bakar sate atau apa saja tinggal cari beberapa bata, ambil arang dan api. Kipas-kipas, memanggang. Hemmmm, maunya harum. Bau arang dan sedikit gosong, hehe).
Ada 10 orang yang membeli tungku. Laris manis. Pertanyaan saya : kalau sudah membeli tungku, apakah juga akan dipakai. Seberapa seringkah digunakan? Paling 1-5 kali saja setelah itu masuk ruangan/gudang. Saya sih mending pinjam tetangga saja (halah, ini pelit).
Selesai pertemuan PKK, saya mencari-cari alat masak panggangan. Nah itu dia! Bedanya milik saya dari logam. Selain bisa digunakan untuk memanggang sate dan makan seperti yang disebut tadi saat promosi, juga bisa digunakan untuk membuat dadar telur. Alat ini sudah lebih dari 5 tahun saya miliki dan sampai sekarang masih sering saya gunakan. Nah, kalau sudah punya barang yang fungsinya sama, ngapain beli barang yang lain? Eh, tapi saya tidak boleh protes, suka-suka mereka ya?
Karanganyar, 10 Februari 2016  

Selasa, 09 Februari 2016

Mie Ayam Raja 99

Gambar 1. Mie ayam Raja 99
dok.pri
Makan Siang Santap Mie Ayam Raja 99
Pulang dari sekolah rasanya ingin menyantap yang segar-segar. Saya memutuskan makan siang ini menyantap soto. Sayang, soto di warung makan yang saya maksud sudah habis. Jadilah saya dan si dhenok makan siang dengan menyantap mie ayam. Sepertinya pas sekali, udara panas lalu makan dan minum yang panas-panas.
Saya memang menghindari minuman dingin. Bukan apa-apa, saya hanya menjaga pola makan. Karena pola makan yang sehat adalah gaya hidup saya.
Jadilah saya memesan dua porsi mie ayam (dan ternyata ukurannya jumbo), halah.. seharusnya tadi beli satu untuk berdua. Demikian juga dengan minumannya. Tapi ya sudahlah, tak apa-apa. Karena sudah kenyang, akhirnya si dhenok tak menghabiskan mie ayamnya.
Bagi saya makanan yang sudah dibeli dan dibayar, harus dihabiskan. Maklum, cari uang sulit jadi makanan tidak boleh tersisa dan mubazir hanya dibuang. Dengan memaksakan diri akhirnya hanya dtinggal 2 sendok, saya menyerah.
Alhamdulillah, saya merasa puas. Mie ayam yang saya santap ini rasanya enak. Bukan sembarang mie ayam. Ketika saya membaca di dinding, ada tulisan MIE AYAM RAJA 99. Tidak salah saya memilih warung ini. Dan ternyata, harganya juga tidak mahal. Masih wajar dan hemat di kantong.
Akan tetapi si dhenok lantas kapok karena porsi yang jumbo tadi. Kalau dia sukanya makan apa saja habis satu porsi (tidak tersisa). Kalau bisa ya satu porsi mie ayam ukurannya jangan jumbo. Hehe, biar irit ibunya malah ingin mie ayam jumbo satu mangkok untuk berdua.

Warung makan ini terletak di sebelah timur terminal Jungke, Karanganyar kota, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Siapa yang mau mencoba? Silahkan datang ke Karanganyar.

Senin, 08 Februari 2016

Ibu, Tamu Istimewa

Minggu-Senin, kedatangan tamu dari Yogyakarta. Adik saya yang dulu sering berkunjung ke Karanganyar kali ini datang ke KRA bersama keluarga, Ibu dan anaknya kakak saya. Ceritanya, adik saya ingin makan durian Jumantono seperti yang dilihat di TV.
Hari Minggu, setelah mendapatkan izin dari si Thole sing bagus dewe, saya menyembelih dua ekor ayam untuk saya masak sop. Lumayan, menjamu tamu dengan cara pengiritan. Saya mulai memasak dibantu si dhenok. Setelah hampir semuanya selesai tinggal memasukkan sayuran ke dalam kuah yang sudah saya beri bumbu, rombongan adik saya datang.
Alhamdulillah, kedatangan mereka disambut dengan teh panas dan tempe goreng anget. Berapapun saya menggoreng tempe, ludes. Tapi saya justeru puas, karena mungkin inilah yang dinamakan rezeki barokah. Makanan tempe yang harganya murah dan bergizi ini diminati di saat hangat-hangat enak disantap.
Episode berikutnya adalah makan siang. Menunya adalah sop ayam kampung dan tempe goreng saja. Ada karak dan rambak sebagai pelengkap kriuk-kriuk. Saya senang melihat mereka makan dengan lahap. Apalagi keponakan saya memiliki hobi ngrikiti tulang-tulang kalau makan pasti sampai tetes penghabisan.
Menjelang sore, adik saya minta diantar mencari tempat seperti yang dimaksud dalam TV, yaitu daerah Jumantono. Rombongan berangkat ke Jumantono, sementara saya, Ibu dan dhenok tinggal di rumah. Kebetulan Ibu dan dhenok mengantuk, jadi mereka tidur. Sementara saya harus membereskan tempat dan alat makan lainnya.
00000
Saya dibawakan durian oleh pasukan yang pulang dari Jumantono. Saya, Ibu dan dhenok makan durian secukupnya saja. Rasanya benar-benar mantap. Bagi adik saya yang makan durian di tempat jual-beli adalah hal yang menyenangkan. Apalagi ada garansi, bila durian yang dibuka ternyata kualitasnya jelek atau tidak manis maka durian boleh diganti.
Sore hari kami bersantai-santai istirahat.  Malam hari saya harus menanak nasi lagi untuk menyiapkan makan malam. Namanya juga menjamu tamu, maka kita muliakan dengan memberikan makanan yang terbaik. Saya tawarkan kepada mereka, apakah masih mau makan atau tidak? Kalau mau makan kira-kira lauk kesukaannya apa. Ternyata sebagaian menginginkan bebek goreng. Meskipun makan malam dengan porsi sedikit, tapi tetap saja menanak nasi dalam jumlah banyak.
Bebek goreng dengan sambal Lombok rawit hijau dan lalapan, paduan yang pas disantap malam hari. Saya bersyukur hari ini tidak hujan. Setelah makan malam, kami berbincang-bincang. Sebenarnya adik saya ingin mengajak pulang (tidak menginap) karena rumah saya yang tengah sawah banyak nyamuknya. Tapi akhirnya mau menginap dengan menyiapkan anti nyamuk bakar dan spray.
00000
Pagi harinya, Senin, kembali saya menyiapkan sarapan. Teh  manis sudah siap. Dhenok membeli sari kedelai yang sudah siap minum. Saya tidak menanak nasi lagi. Nasi yang tadi malam masih ada disantap bareng-bareng dan dibagi rata. Semua kebagian meski terpaksa porsinya lebih sedikit.
Ada yang membuat saya bahagia dua hari ini. Saya bersyukur pada hari libur ini kedatangan tamu istimewa. Terasa istimewa karena Ibu akhirnya sampai rumah saya lagi. Ibu berusia 70 tahun. Bagi saya Ibu sudah sepuh dan Ibu sekarang mudah lupa atau menjadi pelupa. Apapun yang terjadi pada ibu, beliau tetap ibu saya yang harus saya sayangi. Saya sedikit kasihan karena di rumah bersama bapak, menghabiskan waktunya hanya ngobrol dengan bapak. Memang ada anak-anak yang datang ke rumah ibu, tapi waktu anak-anak terbatas. Semoga Allah mengampuni kami, anak-anaknya, yang tidak bisa selalu dekat dengan ibu dan bapak.
Satu setengah tahun yang lalu ibu masih sehat tidak pelupa. Semua dikerjakan sendiri. Sekarang jauh berbeda, menurut ibu sendiri, tiap hari bapak yang menyiapkan minuman buat ibu. Tapi ibu masih sehat, Alhamdulillah shalat tidak tinggalkan. Semoga Allah memberikan kemudahan untuk ibu dan bapak untuk mengisi sisa umurnya untuk kegiatan yang lebih religious, Amin.
00000
Jam Sembilan, rombongan adik saya pulang meninggalkan Karanganyar menuju Yogyakarta. Beberapa saat kemudian ayah, dhenok dan thole meluncur ke Solo, mau lihat lampion. Semoga thole puas dengan diajak jalan-jalan bersama ayah dan kakak. Saya tinggal sendiri, dan menulis adalah tempat saya melepaskan penat.

Karanganyar, 8 Februari 2016 

Kamis, 04 Februari 2016

Memanfaatkan Rak

Gambar 1. Rak mainan si thole
dok.pri
Rak dapat dimanfaatkan untuk menaruh benda agar ruangan kelihatan rapi. Biasanya benda-benda yang ditaruh di dalam rak adalah benda yang ukurannya tidak besar akan tetapi jumlahnya banyak. Misalnya untuk menaruh buku, mukena, sarung, sajadah dan alquran, perlengkapan kosmetik, alat tulis seperti kertas, bolpoin dan lain-lain.
Memilih rak yang akan digunakan untuk menyimpan benda-benda tergantung kebutuhan. Misalnya bila menginginkan rak yang kuat maka bisa dipilih berbahan kayu atau logam, bila menginginkan rak yang ringan karena benda yang akan ditaruh di atas rak sifatnya ringan bisa menggunakan rak plastik.
Apapun yang kita pilih tentu saja sudah kita pertimbangkan sisi positif dan negatifnya. Bila benda-benda yang akan kita taruh di atas rak terjaga kebersihannya, maka kita bila memilih rak yang dilengkapi dengan pintu alias tertutup.
Pastikan benda-benda yang kita miliki tertata rapi dan tak berantakan. Dapat dipastikan semakin lama benda-benda yang kita miliki semakin banyak. Kadang kita akan merasa sayang untuk mengurangi benda-benda yang usianya sudah tua alias usang. Oleh karena itu kebutuhan akan rak menjadi kebutuhan yang mendesak (penting).
Semoga bermanfaat.
Karanganyar, 4 Februari 2016 

Senin, 01 Februari 2016

Pie Susu Oleh-oleh Khas Pulau Dewata

Gambar 1. Pie Susu
dok.pri
Hari Senin ini saya siap menerima oleh-oleh dari teman yang selama Selasa sampai Sabtu melaksanakan kegiatan kunjungan industry dan wisata ke Malang dan Bali. Berhubung saya ada halangan maka saya tidak ikut. Saya tidak sendiri, sebab ada 5 orang guru dan karyawan yang tidak bisa ikut kegiatan ini.
Saya sudah bersiap-siap keranjang yang besar. Maklum, saya termasuk orang penting di sekolah jadi wajarlah kalau teman-teman saya akan memberikan oleh-oleh untuk saya.
Beberapa oleh-oleh yang saya terima dari teman-teman adalah makanan khas Bali yang biasa dijual di tempat wisata, yaitu pie susu. Sebenarnya sudah sering saya mengkonsumsi pie susu. Beberapa kali suami mendampingi murid-murid SMPN 2 Karanganyar study tour ke Bali.
Biasanya oleh-oleh yang dibawa adalah pie susu. Selain itu, teman akrab suami yang mengajar di SMPN 1 Karanganyar juga mendampingi murid-muridnya ke Bali. Pulang dari Bali biasanya beliau juga membawakan oleh-oleh buat anak-anak saya termasuk pie susu.
Pie susu berbahan dasar terigu, telur, mentega dan susu. Ciri khas dari pie susu ini adalah ukurannya yang tidak besar dan tipis. Soal rasa, jangan ditanya. Dijamin mantap dan tidak terlalu berlebihan manisnya sehingga tidak eneg bila mengkonsumsi pie susu. Sepertinya bila sarapan satu buah pie susu dan teh hangat sedikit, sudah mampu menegakkan badan dan tidak merasa lapar.
Oleh-oleh yang masuk dalam keranjang saya yang kedua adalah salak. Ada beberapa piring salak di meja guru. Saya mencicipi, rasanya masam. Teman saya bercerita, ada beberapa jenis salak yang dijual di Bali. Salah satunya adalah salak yang rasanya agak masam ini, kemudian salak gula pasir yang rasanya manis. Salak gula pasir ukurannya kecil-kecil, sedangkan salak yang masam ini ukurannya besar.
Gambar 2. Salak madu
dok.pri
Saya mencoba mengambil salak yang berada di plastik merah (dibeli khusus untuk guru dan karyawan), ternyata rasanya manis. Wah, kalau yang ini saya suka karena rasanya hampir sama dengan salak pondoh. Meskipun ukurannya kecil, tetapi juga manis.
Kata teman saya yang membelanjakan untuk oleh-oleh, salak yang barusan saya makan adalah salak madu. Salak madu ini dibelinya tidak di Bali, melainkan di Palur (dekat dengan Karanganyar kota). Jadi pikniknya ke Bali, tapi oleh-olehnya beli di kota asal, hehe. Disyukuri saja, sudah diberi gratis tidak usah banyak protes (okey).
Oleh-oleh berikutnya adalah sandal Joger. Anda jangan membayangkan sandal Joger dengan model macam-macam yang harganya selangit lo. Bukan, bukan sandal Joger yang itu.
Ceritanya mbak Rosita, teman saya memberi oleh-oleh khusus untuk Ibu Guru cantik ini. Terus saya protes!
“Mbak Rosita, panjenegan itu bagaimana sih. Mosok bu Ima diberi sandal kok ya cuma satu.”
“Bu Ima, santai saja. Sebenarnya kemarin saya membeli dua. Untuk saya satu buah dan untuk Bu Ima satu buah. Nanti atau kapan-kapan Bu Ima mencari pasangannya di Bali, Pulau Dewata. Gitu loh.”
“Welah dalah, sembrono tenan karo wong tuwa. Padhakke Cinderella saja. Sepatu kacanya tinggal satu lalu mencari pasangannya,”jawab saya bercanda.
Teman-teman yang mendengar perbincangan ini juga tertawa, sebab yang kami bicarakan adalah gantungan kunci sandal Joger.
Gambar 3. Sandal Joger, gantungan kunci
dok.pri
Oleh-oleh yang terakhir saya masukkan keranjang yang lain karena ukurannya besar alias jumbo, yakni cerita seru saat berada di Malang dan Bali. Saya hanya bisa mendengarkan dengan khusyu’. Sesekali tertawa karena cerita lucu teman-teman saya. Menyesal tidak bisa ikut ke Bali? Jawaban saya adalah : tidak. Saya mengutamakan kesehatan anak saya. Karena kesehatan anak saya, si thole sangat berarti bagi hidup dan semangat saya.
Hari ini saya menikmati pie susu dan salak bersama teman-teman ketika di sekolah dan bersama suami dan anak-anak ketika di rumah.
Karanganyar, 1 Februari 2016