Kamis, 28 April 2016

[Utang-Piutang] Delcon, Delete Contact

Telaga Mandirda
dok.pri
Dhenok bercerita tiba-tiba teman ketika masih SD dan masih tetangga men-delete contact-nya. Dhenok merasa aneh saja, tapi dia hanya bisa mengira-ngira. Mungkin si Teman tadi tidak ingin sepak terjangnya diketahui Dhenok. Padahal si Dhenok ini orangnya cuek bebek, enggak ada urusan, enggak ngganggu.
“Dulu yang meng-invite siapa?”tanya saya
“Dhenok.”
“Ya, sudah. Dia tidak membutuhkan kamu, santai saja.”
00000
Sehari setelah saya ngobrol dengan Dhenok soal delcon ini, saya bertemu tetangga yang kebetulan dekat secara emosional. Saya ceritakan masalah delcon tadi. Ternyata di luar dugaan saya sasuatu telah terjadi.
“Nyah, sampeyan apa nggak tau. Mereka kan sudah pindah.”
“Apa?” mata saya membola.
Pantas saja si Teman delcon Dhenok. Ternyata benar, supaya sepak terjangnya tidak lagi diketahui dan keberadaannya tidak diketahui. Lantas saya merenung, kok Ibunya si Teman tadi tidak pamit saya ya? [ sok terkenal dan dibutuhkan kale].
Sampai di rumah saya ingin menulis, tapi tangan ini terasa berat untuk memencet tuts. Akhirnya saya hanya bisa membatin. Tiga setengah tahun bukan waktu yang singkat. Saya telah memberi kelonggaran pada keluarga itu. Gaya hidupnya itu yang membuat saya tidak merasa kasihan. Orang mengaku tak punya tapi dolannya di kafe, jajan di rumah makan, pesiar ke mana-mana, ulang tahun dirayakan, mengontrak rumah juga yang mahal.
Uang gajiku sebulan lebih dipinjam selama tiga setengah tahun, sampai sekarang belum dikembalikan. Padahal saya  merencanakan mau menagih uang saya sendiri (duh, seperti mengemis), berapapun saya terima. Saya mau menyelamatkan keluarga itu dari siksa. Bukankah utang harus dibayar? Bahkan Nabi saja tidak mau menshalatkan orang meninggal yang masih punya utang.
Semoga dia punya itikad baik. Mau berjuang dan sukses lalu mendatangi saya. Membayar utangnya dengan lunas. Kehidupannya menjadi lebih mapan. Tapi caranya itu mbok nggak usah delcon gitu loh.
Karanganyar, 28 April 2016
Cerita ini fiktif belaka. Bila ada persamaan nama dan keadaan, itu memang disengaja penulisnya.

Sabtu, 23 April 2016

Bekali Jajanan Agar Anak Tak Mengambil Milik Temannya

Gambar 1. Bekal Anak Sekolah
dok.pri
Seorang anak membawa pulang beberapa makanan kecil. Sang Ibu tidak merasa membekali anaknya jajanan, dan kebetulan makanan tersebut membuat anaknya batuk. Ibu dari anak tadi komplain pada sekolah tempat anaknya belajar.
Kata-kata Ibu tersebut kurang lebih menyalahkan pihak sekolah yang memberikan jajanan pada anaknya. Jajanan yang tidak sehat, yang menyebabkan anaknya sakit. Guru-guru mendapatkan kesempatan untuk angkat bicara. Selama ini guru-guru sudah mengingatkan pada si Anak untuk tidak mengambil milik temannya. Ternyata si Anak hobinya mengambil makanan milik temannya tanpa minta izin terlebih dahulu.

Jumat, 22 April 2016

Sedekah Tak Menunggu Kaya

Gambar : sedekah uang receh
dok.pri
Sampai di rumah, belanjaan di dalam kardus dikeluarkannya. Ada 2 buah kardus, kardus pertama berisi mie instan dan kardus kedua berisi gula kemasan ½ -an kg dan 10 kotak teh celup. Dengan cekatan, dia menyediakan beberapa plastik kresek hitam. Tiap tas diisi mie instan, gula dan teh. Hari ini perempuan itu bernafas lega. Dia sudah menyiapkan beberapa paket untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan.
Biasanya perempuan itu akan memberikan paket-paket tersebut kepada tetangganya saat waktu telah gelap, sehingga tak ada orang yang mengetahui. Atau siang hari di saat orang-orang sedang bekerja, sehingga kampung begitu sepi.
Namun demikian,

Rabu, 20 April 2016

Nasi Timbel Bukan Arem-arem, Serupa Tapi Tak Sama

Gambar : Nasi Timbel
dok.pri
Tahun ajaran baru 2015/2016, setelah acara MOS siswa-siswi SMP N 2 Karanganyar, dilanjutkan dengan Persami. Kebetulan saat itu bulan Puasa. Saya jadi ikut berbuka puasa di sekolah tempat suami mengajar. Kebetulan buka puasa tersebut menunya adalah Nasi Timbel.
Awalnya saya tidak begitu memerhatikan menu dalam kotak. Akan tetapi ketika si kecil mulutnya kepedasan setelah makan nasi wujudnya seperti arem-arem, saya penasaran. Apakah benar nasinya pedas, atau thole hanya pura-pura saja? Saya mencicipi bungkusan serupa arem-arem tersebut. Ternyata pedas, pedasnya pakai banget. Pantas saja thole huhah-huhah terus. Saya memberikan makanan yang lain buat thole.
Setelah agak larut, saya diantar suami untuk pulang ke rumah. Suami sendiri kembali lagi ke sekolah karena memunyai tanggung jawab terhadap kegiatan Persami. Sampai di rumah thole langsung bleksek, angler (tidur nyenyak).
Saya mulai membuka lagi menu buka puasa, satu box yang masih utuh. Saya keluarkan isinya satu per satu dari wadahnya. Yang seperti arem-arem tadi namanya nasi timbel. Tahu tempe bacem, ayam goreng, gereh, lalapan, oseng daun kates, semangka, dan aqua gelas.
00000
Pagi tadi, saya berbincang-bincang dengan teman kantor. Biasa, ibu-ibu yang diobrolkan tentang makanan. Saya menyebut nasi pedas dibungkus seperti arem-arem tapi bukan arem-arem.
“Nasinya gimana sih? Penasaran aku,”tanya teman saya.
“Nasinya seperti arem-arem tapi pedas, ada sayurannya (kemangi), ada jagung manisnya, ada terinya.”
Pulang sekolah, saya mampir ke warung untuk membeli sayur. Suami mengirim pesan singkat,”mami, aku bawa nasi kesukaanmu.” Saya jawab, terima kasih.
Begitu sampai rumah, si kecil membukakan pintu.
“Mama tadi ke penitipan menjemput aku?”
“Tidak le, mama belum ke sana. Kamu sudah dijemput Ayah ta?”
Di dapur Ayah memberikan bungkusan tas plastic hitam.
“Ini kesukaanmu.”
Begitu saya buka, Alhamdulillah, Nasi Timbel. Ya, kata suami saya itu namanya Nasi Timbel. Nasi yang wujudnya seperti arem-arem tapi ukurannya besar. Di dalam kotak berisi Nasi Timbel, tahu tempe bacem, gereh, ayam goreng, sambal korek, lalapan, oseng daun kates, dan pisang.
Satu porsi Nasi Timbel cukup mengenyangkan perut. Nasi Timbel sangat pas bila disantap untuk makan siang. Kebetulan yang ini nasinya tidak terlalu pedas, tidak seperti saat Bulan Puasa dulu.
Saya sangat bersyukur mengenal kuliner yang satu ini di Kabupaten Karanganyar. Sebelumnya saya mengenal sambal tumpang juga di Karanganyar, beberapa bulan setelah saya menikah (tahun 1999).
Kalau Anda penasaran dengan Nasi Timbel, Anda bisa membuat sendiri.

Karanganyar, 20 April 2016

Berbagi Buku Berbagi Ilmu


Kalau melihat pameran buku atau jalan-jalan ke toko buku melihat-lihat buku yang berkualitas dengan diskon menarik, pingin borong. Membeli buku ibaratnya investasi dunia akhirat, berguna dan tak sia-sia.
Buku-buku yang terlalu banyak di rumah, yang hanya sekali dua kali dibaca akan lebih bermanfaat lagi bila dipinjamkan kepada orang-orang yang membutuhkan. Lebih baik lagi bila buku-buku tersebut sebagian diberikan kepada pihak yang membutuhkan, misalnya perpustakaan.
Keuntungan yang kita dapatkan adalah kita berbagi ilmu dan pengetahuan, bisa ikut mencerdaskan pembacanya, apabila buku tersebut diambil manfaatnya oleh orang banyak dan selama digunakan, kita mendapatkan pahala jariyah. Oleh sebab itu mari kita mulai dari skala kecil, pinjamkan buku yang kita miliki kepada orang lain. Berikan beberapa buku yang bisa mencerahkan kepada pengelola. Buku yang kita berikan bisa bermanfaat.
Ayo, lakukan sekarang jangan menunda-nunda.
Karanganyar, 20 April 2016

Selasa, 19 April 2016

Sehat Itu Mahal Harganya

Gambar 1. Ruang Operasi
dok.pri
Sehat itu mahal harganya. Lebih baik punya uang banyak badan sehat daripada tak punya uang tapi sakit (eh, ini pilihan tepat). Ya Allah, sehatkan badan kami, sehatkan pendengaran kami dan sehatkan penglihatan kami. Ya Allah, jadikan saya manusia yang bermanfaat bagi orang lain dan membuat nyaman mereka.
Itu doa saya setiap hari. Orang yang diberi ganjaran sakit, bukan perkara bisa beli obat, bisa membayar penginapan di RS, tapi lihat kerepotannya. Contoh, sakit pusing kepala. Mau melek saja kepala berat, badannya panas. Kadang terasa mau muntah. Mau shalat saja ketika ruku dan sujud harus memicingkan mata. Belum lagi kalau pusingnya pakai muter-muter.
Yang kedua batuk. Batuk sekali dia kali tak masalah. Terbatuk-batuk dalam kurun waktu beberapa menit, apa tidak membuat banjir atau terkencing-kencing. Repot kan? Sakit batuk saja harus memakai pampers.
Sakit gigi, ini lebih parah lagi. Jangan sampai Anda mengalaminya. Jangan percaya dengan lagu-lagu romantic yang disampaikan penyanyi. “daripada sakit hati, lebih baik sakit gigi….” Sakit gigi itu sakitnya pakai banget. Makan saja tidak enak. Malah gara-gara sakit gigi, teman saya ada yang berat badannya turun drastic. Sadis banget kan?
Ambeien, sakit yang benar-benar sakit. Duduk sakit, berbaring sakit, berdiri dan berjalan sakit, pokoknya sakit! Masih banyak lagi sakit-sakit yang tak usah saya sebutkan satu per satu.
Ya, dari sedikit pengalaman orang-orang yang berhasil saya simpan dalam memori, intinya kita wajib minta pada Allah untuk diberi sehat. Kita wajib bersyukur kepada Allah. Bersyukur tak memerlukan syarat. Bila kita banyak bersyukur, maka Allah akan menambah kenikmatan lagi.
Kalau Allah menguji rezeki kita tidak melimpah, tetap bersyukurlah. Berbaik sangka pada Allah. Pasti ada hikmah di balik semua itu. Sebab rezeki melimpah, harta berlebihan kadang membuat kita lupa. Sujud dan ruku kita mungkin tidak khusyu’. Ketika cobaan datang, saya bersyukur. Ketika nikmat datang, saya bersabar dan bersyukur.

Karanganyar, 19 April 2016

Senin, 18 April 2016

Ajari Anak Menabung Sejak Dini

Gambar 1. Akhirnya Buka Rekening
dok.pri
Sebenarnya saya memunyai niat untuk memberikan tabungan buat anak-anak sejak masih kecil. Contohnya Dhenok, dulu saya simpankan uang tiap bulan Rp. 25.000,00. Coba kalau sampai sekarang konsisten dan tabungan tidak pernah diambil, tentu uangnya boleh dibilang tidak sedikit. Usia Dhenok sekarang 16 tahun. Secara matematis uang yang ada seharusnya 16 x 12 x Rp.25.000,00 = Rp. 4.800.000,00. Akan tetapi uang tersebut sekarang wujudnya berbeda, tidak tunai.
Ketika saya membangun dan merenovasi rumah, eh ternyata tabungan Dhenok ikut terbawa arus. Ikut dipakai untuk transaksi pembelian semen dan keramik. Meskipun demikian, saya berterus terang pada Dhenok. Suatu saat saya akan mengembalikan dalam bentuk yang berbeda. Niat saya kan baik.
Coba dihitung secara cermat, misalnya delapan tahun yang lalu, berarti tabungan Dhenok sebesar Rp. 2.400.000,00. Saat itu bisa untuk membeli keramik sekian meter. Kalau uang tersebut tidak saya pakai untuk membeli keramik, tentu saat ini sudah tak ada nilainya lagi. Wah, simboknya ini pandai berdalih ya. Ya, beberapa waktu yang lalu saya belikan cincin. Harapan saya beberapa tahun yang akan datang, cincin emas tersebut tidak turun harganya.
Selain emas, pada bulan ini saya memenuhi janji saya untuk membuka rekening atas nama Dhenok. Tapi sayangnya, belum bisa karena Dhenok belum 17 tahun. Jadi rekening tersebut atas nama saya dan Dhenok. Saya sebagai walinya. Ya sudah tak apa-apa, yang penting mulai sekarang harus bisa mengatur uang.
Adapun syarat untuk membuka rekening buat Dhenok antara lain:  2 lembar fc akta kelahiran, 2 lembar fc Kartu Keluarga, 2 lembar fc KTP wali, 2 lembar fc identitas pelajar (kartu pelajar/KTA), 1 buah materai 6000. Pengisian formulir atas nama wali diberi garis miring nama Dhenok. Untuk pembuatan kartu ATM, atas nama Dhenok.  Pembuatannya tidak memerlukan waktu yang lama. Akhirnya selesai sudah proses pembukaan rekening buat Dhenok dengan produk TabunganKu dari Bank Jateng.
Gambar 2. Tabungan Thole, recehan
dok.pri
Nah, untuk si kecil saya juga sudah menyiapkan tabungan. Tabungan berupa uang receh. Nanti kalau sudah mencapai sejumlah tertentu, bisa digunakan dulu untuk kepentingan simboknya. Lalu simboknya harus mengembalikan kalau anaknya sudah agak besar. Misalnya uang Thole (usia 6 tahun) sekarang Rp. 1.800.000,00 kan bisa untuk membeli barang yang produktif hehe. Barulah besok dikembalikan, kalau anaknya sudah besar dan secara ekonomi simboknya mapan benar.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Menabunglah sedikit demi sedikit, lama-lama bisa untuk bekal ke Tanah Suci. Amin, amin.
Karanganyar, 18 April 2016 

Selasa, 12 April 2016

Tahu Kupat, Alternatif Makan Siang


Saya hampir tak bisa membagi waktu di sekolah. sejak pimpinan sekolah yang baru ini memimpin, banyak sekali aturan sekolah yang berubah. Nyaris semua berubah total.
Misalnya, minuman yang dulu disiapkan di meja guru sejak pagi, sekarang minuman tersedia setelah pukul 07.15. Konon katanya kalau minuman sejak pagi sudah terhidang, maka guru-guru yang mengajar jam pertama tidak segera mengajar malah menikmati teh hangat. Aturan yang kedua, selama jam kerja, guru dan karyawan tidak boleh izin makan keluar dari sekolah. Izin keperluan lain (meskipun tidak mengajar) harus langsung ke Bapak Kepala Sekolah. Misalnya, beli alat tulis, fotokopi di toko sebelah juga harus izin Bapak Kepala Sekolah. Repot banget!  
Hari ini saya minta izin keluar pada Bu Guru yang sedang piket. Saya izin mau membeli pulsa di toko sebelah. Saya hanya mengajar jam 1-2 saja (setelah itu sampai jam ke-10 saya tidak mengajar). Karena saya lapar (sarapannya baru dua sendok makan saja), sekalian izin makan.
Petugas piket dengan nada bercanda meminta pada saya untuk minta izin langsung kepada Bapak Kepala Sekolah. Bagi saya ribet dan repot.
Akhirnya saya bisa ke toko sebelah, di dekatnya ada warung tahu kupat. Semoga makan saya hari ini membawa keberkahan. Saya tak perlu berlama-lama menyantap tahu kupat. Bahkan saya tak menikmati sama sekali. Tapi tak apa-apa, semoga tetap jadi daging, tidak hanya “makani” cacing yang ada di perut.
Sampai di sekolah saya ditertawakan Bu Guru piket. Kata saya,”Maaf mbak Rosita, saya kok malah lupa beli pulsa.” (padahal niat awalnya memang makan, bukan beli pulsa).
Mohon maaf, saya terpaksa berbohong demi kebaikan. Bagi saya, teh panas sebelum mengajar sangat penting. Dan menikmati makanan sangat perlu, karena nikmat makanan bukan terletak pada enak/tidaknya lauk melainkan nyaman ketika menyantap. Selamat siang selamat menikmati makan siang.

Karanganyar, 12 April 2016

Minggu, 10 April 2016

Tandon Air, Solusi Tepat Warga Perumahan

Bulan April ini, hujan deras masih kerap terjadi. Namun demikian, udara tetap panas. Siang dan malam, diperlukan kipas angin. Tanpa kipas angin, keringat akan mengucur deras. Persediaan air sumur dan PAM masih melimpah. Tak ada kesulitan yang berarti akan kebutuhan air.
Sebentar lagi musim kemarau tiba. Saatnya kita berbenah dan menyiapkan wadah besar untuk menabung air. Hal ini sangat penting terutama bagi warga perumahan yang mengandalkan PAM sebagai sumber mata air (maklum, orang perumahan jarang yang memiliki sumur karena lahannya terbatas).
Saya merupakan salah satu contoh yang mengandalkan PAM karena tidak memiliki sumur di rumah. Sebenarnya lahan yang kami miliki luas, tapi membuat sumur di daerah kami gampang-gampang susah. Untuk membuat sumur, hambatan yang sering terjadi adalah: 1) mata airnya terlalu dalam (sumure jero), 2) selama penggalian sering terbentur oleh batuan besar (banyak batu besar yang harus dipecah sedikit-demi sedikit selama penggalian), 3) kualitas air (kebetulan kami menempati lahan persawahan, airnya keruh dan berbau)
Sebenarnya semua bisa diatasi, tapi membutuhkan biaya cukup besar. Daripada mengeluarkan biaya cukup besar dengan resiko yang berat, maka diputuskan memenuhi kebutuhan akan air dengan menggunakan air PAM.
Sekitar 15-10 tahun yang lalu, air PAM lancar. Kebetulan warga perumahan belum begitu banyak. Selama 5 tahun terakhir, air PAM membuat kesehatan menurun karena sering emosi. Debit air berkurang, sering terjadi pada pagi hari air mati (karena pengguna banyak sekali).
Di rumah, saya memasang tandon air untuk menampung air pada malam hari. Tandon air ukurannya 250 liter. 10-15 tahun yang lalu, ketika debit airnya besar, antara jam 1-2 siang dan malam hari, air bisa mengalir naik dan masuk tandon. Akan tetapi sekarang tidak lagi. Air mengalir dan bisa naik masuk tandon hanya pada malam hari (jam 10-3 pagi).
Kalau hanya memiliki satu buah tandon, untuk keperluan rumah tangga saja tidak cukup. Untuk memasak, mencuci dan mandi diperlukan air yang banyak. Maka saya berusaha untuk memiliki 2 buah tandon air. Dengan memiliki 2 tandon air, rasanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa merasa emosi tingkat tinggi, terutama bila ada tamu yang menginap.
Kalau tak memiliki tandon air, memang repot sekali karena persediaan air sangat terbatas. Apabila tidak memiliki tandon air khusus, kita juga bisa menggunakan gentong plastik untuk cadangan air, ember besar, atau memiliki kolam besar sebagai bak penampungan air.
Semua kembali pada diri kita masing-masing. Bagi saya air adalah salah satu kebutuhan hidup yang tak bisa diganti. Tanpa air semua aktifitas di seputar dapur dan kamar mandi berhenti. Dahulu pernah terjadi air PAM mati selama hampir 24 jam (padahal tak punya sumur) dan listrik mati. Aktifitas di dalam rumah benar-benar berhenti. (SELESAI)
Karanganyar, 10 April 2016
 

Jumat, 08 April 2016

Menjenguk Teman Sakit, Jajan Bakso "Gendhut"

Bagi saya, waktu sangat berharga dan berarti. Saya ingin menghabiskan waktu setelah pulang mengajar bersama anak-anak. Kalau kebetulan saya libur kelas atau tidak mengajar di sekolah, saya akan mengerjakan kegiatan di rumah. Menjadi isteri dan ibu sepenuhnya. Akan tetapi saya tidak lantas mengerjakan keperjaan rumah dari pagi sampai selesai. Kebiasaan saya kalau pas libur tidak mengajar, setelah suami dan anak-anak meninggalkan rumah menuju sekolah, saya akan menulis lebih dahulu. Kadang, karena terlalu asyik, saya jadi lupa waktu. Pekerjaan rumah saya kerjakan setelah menulis.
Hari ini saya mendapatkan pemberitahuan lewat sms, bahwa guru dan karyawan akan menjenguk salah seorang guru yang sedang sakit. Setelah menjenguk teman dilanjutkan “tilik bayi”. Tilik bayi adalah bahasa lain menjenguk bayi yang baru lahir (tapi bukan yang baru saja lahir lo). Selain menjenguk bayi tentunya menjenguk ibu si bayi dan keluarganya. Kebetulan Ayah dari sang bayi adalah keluarga yayasan.
Rencananya kami akan berangkat bersama-sama, berkumpul di sekolah terlebih dahulu. Jadwalnya jam satu siang berangkat. Saya berangkat ke sekolah setelah shalat dhuhur. Sayang, sampai jam setengah dua tak ada tanda-tanda kami mau berangkat. Bagi saya waktu saya terbuang dengan percuma. Tahu seperti ini, saya datangnya mepet-mepet saja.(ternyata teman-teman banyak yang gedumel).
Akhirnya Bapak Kepala Sekolah memberi tahu bahwa pengisian angket atau apa (saya tidak mudeng, karena berhubungan dengan UNBK), agak lama. Hal ini dikarenakan koneksi ke pusat juga sulit. intinya sebagian dari kami berangkat duluan, sedangkan yang ada kepentingan dengan UNBK menyusul.
00000
Ternyata teman saya sakit gejala tipes. Tapi sudah agak mendingan. Kami tidak lama-lama di rumah Mbak Rosita, guru yang masih muda, guru yang sakit. Setelah mendoakan kesembuhan mbak Rosita, kami menuju warung bakso. Acara tilik bayi batal, karena waktunya tidak memungkinkan, terlalu sore nanti pulangnya.
Jajan bakso ramai-ramai bersama teman guru, ini yang saya tunggu-tunggu. Apalagi jajannya gratis, saya sangat suka. Saya tidak takut terhadap bendahara yang guntingnya tajam. Sekarang guntingnya sudah tumpul. Jadi tidak sedikit-sedikit potong gaji.
Kami sepakat makan bakso di warung milik orang tua murid saya yang sudah lulus. Murid saya bernama Feri, dulu jurusan Multi Media. Alhamdulillah, anaknya masih ingat dengan saya. Mungkin yang diingat-ingat adalah karena suka menghukum siswa yang terlambat dengan hukuman push up lima kali saja.
Warung bakso milik orang tua Feri berada di kampung Celeb, Jaten, Karanganyar. Lumayanlah, rasanya mantap. Tapi sayang, yang pesan es teh dan es jeruk agak kecewa karena lupa diberi gula pasir. Yang teh jadi es teh tawar dan yang pesen es jeruk cengir-cengir karena masam. Tapi semua bisa diatasi, karena lupa belum dikasih gula pasir, timggal diberi gula saja.
Saya bersyukur, jajan bareng kali ini penuh dengan suka cita, sebab tidak ada rasa sungkan dan rasa tak enak. Mengapa demikian? Karena Bapak Kepala Sekolah masih ada urusan di sekolah, jadi tidak bisa ikut. Rupanya teman-teman juga merasa bebas, merdeka! Eh, saya juga merasa merdeka!
Acara makan bakso cukup singkat alias waktunya secukupnya saja. Tidak berlama-lama. Nah, ini yang paling penting, kata teman saya “wartawane mengko mesthi poto-poto, terus wawancara.”
Ya jelas, namanya juga ketemu murid. Hehe, pastinya masuk blog juga. Selamat menikmati Bakso Gendhut.
Karanganyar, 7-8 April 2016

Rabu, 06 April 2016

Mudik Ceria Bersama Dhenok

Gambar 1. Dalam bis, mudik ceria
dok.pri
Hari ini jadi berangkat ke Yogya. Saya pikir rencana yang disusun beberapa hari yang lalu batal, pasalnya pagi tadi dhenok agak malas-malasan. Berhubung anaknya tidak siap, saya mulai membuka satu buku. Rencananya mau membuat ringkasan. Saya jadi peduli dengan buku-buku motivasi menulis. Ini efek diopyak-opyak teman.  
Laptop saya tutup kembali, dan tidak sampai 5 menit saya sudah siap dengan sepeda motor. Dhenok juga simple banget, kami memang orang yang simple dan tak suka ribet. Oke, meluncurlah ke Bejen (rumah Om-nya dhenok) untuk menitipkan sepeda motor.
Cukup lama saya menunggu bis dari arah Tawangmangu/Matesih menuju Solo. Alhamdulillah, akhirnya kami bisa duduk manis di dalam bis yang tak terlalu penuh. Dhenok mulai bercerita. Mulai dari temannya Mas Dhiva, Maya, Toba, Ari, Asa, Diki, halah banyak sekali. Lalu menceritakan dolannya ke Wonogiri, Tawangmangu, SGM, Palur dan masih banyak lagi. Simboknya yang imut ini memang harus rela mendengarkan anaknya yang ABG.
Dari Karanganyar ke Solo, tarifnya Rp. 7.000,00 per orang. Sampailah di terminal Tirtonadi. Saya harus menunggu bis yang akan membawa ke Yogya. Tak perlu buru-buru, santai dan sabar menunggu bis dari Surabaya. Alhamdulillah, tidak pakai lama bis Surabaya menuju Yogya sudah datang.
Mengapa saya berusaha naik bis jurusan Surabaya-Yogya? Mengapa saya tidak naik bis jurusan Solo-Yogya? Alasan saya sederhana, bis jurusan Surabaya-Yogya hanya menaikkan penumpang dari terminal Tirtonadi. Di jalan, bis ini tidak menaikkan penumpang lagi. Sedangkan bis jurusan Solo-Yogya, menaikkan penumpang di sepanjang jalan atau penumpang mencegat di pinggir jalan. Tarifnya juga berbeda. Kalau memakai bis jurusan Surabaya-Yogya, dari Solo ke Yogya tarifnya hanya dua belas ribu rupiah per orang. Sedangkan bis jurusan Solo-Yogya ongkosnya bisa lebih dari dua belas ribu rupiah per orang.
Karena dhenok belum sarapan, saya membeli 2 arem-arem (kecil) dan 1 bungkus tahu goreng pada pedagang asongan, harganya lima ribu rupiah. Saya bilang petualang makannya sekedarnya saja. Hehe, ngirit.
Seorang pengamen puisi masuk bis. Mendoakan penumpang, serta ikut berpromosi bis yang ditumpangi. Ngamen membaca puisi. Dia tidak mau diberi uang orang yang sudah tua dan anak-anak di bawah 17 tahun. Hehe, pengamennya sopan banget.
Sampai Giwangan sukses, dhenok tidak mabuk. Lalu saya dan dhenok naik bis jurusan Wates. Ongkosnya empat ribu rupiah per orang. Turun dari bis, mampir ke Toko Damai Indah, Jl. Bantul. Lalu berjalan kaki menuju rumah Bapak. Dhenok selfi di tempat usaha kerajinan, sebelah barat juragan kacang.
00000
Sampai di rumah Bapak, Ibu dan Bapak kaget. Apalagi keponakan saya yang kuliah di Fak. Pertanian, UGM, rada heboh. Karena sudah waktunya maksi, saya dan Afi, keponakan saya beli mie ayam di warung tetangga. Lumayan, mantap sekali. Apalagi begitu saya datang, Bapak langsung membuatkan teh hangat (walah, anaknya gak tau diri).
Setelah berbincang-bincang, dilanjutkan shalat lalu mandi. Jam setengan tiga saya harus bersiap untuk pulang. Sebenarnya yang ingin mudik kali ini si dhenok. Dia ingin foto bersama Bapak dan Ibu. Dhenok mau membandingkan foto 16 tahun yang silam dengan sekarang. Enam belas tahun yang silam, setelah syukuran aqiqoh, dhenok digendong Ibu foto bersama Bapak. Kali ini dia mau foto di tengah-tengah antara Ibu dan Bapak. Ternyata Afi ikutan foto, jadilah kami foto bergantian.
Selesai foto-foto, hujan turun dengan derasnya. Nasib, nunggu sebentar. Setelah reda, tinggal gerimis kecil, saya bilang pada Bapak untuk cenglu ke jalan raya, daripada bolak-balik. Cenglu itu bahasa kerennya dari berboncengan tiga orang.
Gambar 2. Cenglu, 3 generasi
dok.pri
Tidak lama menunggu datangnya bis yang menuju ke arah terminal. Kebetulan sekali, bis jurusan Yogya-Surabaya sudah siap menuju Solo. Bis meninggalkan terminal Giwangan. Perasaan saya tidak nyaman. Sopirnya rada ra beres le nyetir. Badalah tenan, sampai Delanggu bis mau menghantam tronton yang ada di depannya. Astaghfirulloh, banyak penumpang yang beristighfar (saya sempat senam jantung). Suara grek-grek, bis bagian depan sudah menyentuh pantatnya tronton. Rupanya si tronton mengerem mendadak. Slamet, slamet, ora papa.
00000
Jam lima sore sampai terminal Tirtonadi. Kalau sudah sore begini, kendaraan sudah jarang. Saya naik bis jurusan Matesih. Pokoknya yang penting sampai Bejen. Penumpang bis tidak terlalu banyak. Bis keluar dari terminal. Sang kondektur menawari calon penumpang untuk naik.
Sampai di Jaten, saya lihat bis Rukun Sayur. Wah, ini bakalan kebut-kebutan berebut penumpang (di sini kawasan pabrik, karyawan pabrik pada keluar mau pulang). Benar saja, di jalur utara sedemikian sempit, dua bis berdampingan, ngeri (senam jantung bagian kedua). Kalau bertabrakan atau nabrak divider terus gimana? Akhirnya bis Rukun Sayur berhenti, mengambil penumpang. Bis yang saya naiki mengambil penumpang di depannya.
Di Papahan, tidak bisa kebut-kebutan. Dari Papahan sampai Karanganyar tidak ada pembatas jalan ruas kiri dan kanan. Mau tak mau bis harus berjalan antri. Akhirnya sampai Bejen dengan selamat.  Turun dari bis, dhenok happy sekali.
Hari ini saya sudah memenuhi keinginan dhenok untuk ke Yogya menengok Mbah Uti dan Mbah Kakung yang semakin sepuh (Alhamdulillah, Ibu dan Bapak sehat selalu). Kebetulan dhenok yang lagi kelas X libur karena kelas XII sedang UN. Saya sendiri tahun ini tidak mengawasi UNBK. Jadilah saya dan dhenok menikmati mudik ceria ini. Selfinya sudah terpenuhi. Jalan-jalan santai mencari bis. Mendengarkan curhatnya. Terakhir beli nasi sambal, walah nikmatnya tiada tara.
Kapan bisa seperti ini lagi, ya?
Karanganyar, 6 April 2016

Selasa, 05 April 2016

Happy Writing, Andrias Harefa (Bagian 5, Selesai)


BAGIAN 5
Metode 12 pas
Metode 12 pas artinya menulis buku dalam waktu 12 pekan, alias 3 bulan, nyaris 100 hari. semua itu bukan praduga, bukan target, bukan impian dan bukan teori. Namun, sudah berdasarkan praktik dan pengalaman sejumlah penulis lain, serta kemudian dipraktikkan oleh orang-orang yang belajar metode ini.
Sedikitnya ada 5 syarat yang harus dipenuhi untuk bisa menggunakan siasat ini, yaitu:
1.      Komitmen kuat untuk menulis buku,
2.      Disiplin untuk menulis 30 menit sehari atau 3 jam dalam seminggu,
3.      Bahan yang akan ditulis 80% sudah dikuasai,
4.      Tebal buku 100-200 halaman,
5.      Disarankan ada mentor yang memberi semangat, mengawasi, mengingatkan, mewanti-wanti, bahkan mengancam.
Metode aha.00
Metode aha.00 adalah motede menulis buku tanpa mengetahui metode menulis buku  tanpa pernah belajar sedikitpun tentang metode menulis buku dan tanpa bantuan mentor atau siapa pun untuk menyelesaikan sebuah buku. Metode aha. , aha. adalah singkatan nama Andrias Harefa.
Metode ini mengandalkan gerak hati yang membara. Modalnya adalah kejujuran dan hasrat yang sangat kuat untuk mengkomunikasikan gagasan agar terbaca oleh orang banyak. Ketekunan menjadi syarat perlu dan pengetahuan menjadi syarat cukup.
Metode aha.kom
Metode aha.kom merupakan metode kompilasi. Metode ini merupakan kumpulan tulisan, yaitu mengompilasikan artikel-artikel yang sebelumnya telah ada, lalu merajutnya menjadi satu kesatuan dengan perspektif yang baru.
Metode aha.cuti
Metode aha.cuti maksudnya untuk menuliskan sebuah buku diperlukan konsentrasi penuh. Dengan kata lain mencutikan diri dari berbagai kegiatan lain di luar penulisan buku itu. Pada metode aha.cuti ini, kegiatan sehari-hari sudah diagendakan, yakni membaca literature, memilah-milah gagasan dari buku yang sudah dibaca, lalu menulis dan menulis.
Metode aha.(di)waw
Metode aha.(di)waw adalah metode menulis buku berdasarkan wawancara. Penulis diwawancarai orang lain (bahan/pertanyaan sudah siapkan terlebih dahulu). Hasil wawancara diolah dan dikelompokkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan benang merahnya.
Metode wawancara inilah metode termudah untuk menulis sebuah buku. Yang diperlukan hanyalah kerangka yang jelas, dan pasangan pewawancara yang relative mengenali watak dan kepribadian kita. Sebab bagaimanapun buku haruslah mencerminkan siapa penulisnya dan bukan siapa pewawancaranya.
Metode aha.(me)waw
Metode aha.(me)waw adalah metode menulis buku berdasarkan wawancara. Penulis mewawancarai orang lain (bahan/pertanyaan sudah disiapkan terlebih dahulu). Sesungguhnya metode ini sangat tepat untuk dilakukan oleh kawan-kawan yang bergiat di bidang jurnalistik.
Yang diperlukan hanyalah pembingkaian dan pengelompokan berdasarkan tema atau gagasan inti, atau berdasarkan tokoh yang diwawancarai. Tentu, sepanjang tidak bertentangan dengan aturan perusahaan yang terkadang melarang wartawannya menerbitkan hasil wawancara atas nama pribadi (karena wawancara dilakukan dalam mewakili media terkait).
Metode aha.20
Metode aha.20 merupakan metode menulis 20 menit setiap hari, bahkan boleh kurang asal setiap hari. menulis setiap hari akan membuat memori itu tidak saja tersimpan di kepala, tetapi turun sampai ke jari-jemari yang menulis atau menekan huruf-huruf di papan ketik komputer.
Seorang alumni Writer Schoolen, Sugeng Widodo, membuktikan bahwa menulis satu gagasan selama 20 menit setiap hari bisa efektif.  Sugeng menuliskan semacam refleksi hidup sehari-hari dalam perspektif Islami. Berbagai peristiwa sederhana yang dialami dan diamatinya, ia maknai sesuai iman kepercayaannya. Tak ada teori atau referensi ilmiah yang njlimet. Ternyata kita bisa menulis selama 20 menit setiap hari, buktikan!
Metode aha.3h
Menulis dan menuntaskan buku dalam waktu 3 hari. tidak semua orang menerima tantangan ini. Tantangan ini ada yang mau menerima. Akan tetapi ada syaratnya. Mereka melalui proses seleksi untuk kesiapannya. Tim mentor sudah yakin benar bahwa mereka memiliki potensi untuk menyelesaikan bukunya dalam waktu sangat terbatas.
Pada hari pertama agendanya adalah mempelajari naskah dan menugaskan peserta untuk berpacu menghasilkan lebih banyak tulisan. Hari kedua, seluruh naskah inti harus sudah dituntaskan, jika perlu sampai dini hari sekalipun. Hari ketiga, dilakukan penyuntingan dan pemeriksaan kelengkapan naskah sebagai buku.
Lalu di akhir sesi, dilakukan presentasi buku kepada penerbit yang diundang. Dengan kerja keras dan kesungguhan hati, proses menulis dan menuntaskan buku dalam tiga hari benar-benar terjadi.
Penutup
Bila ada kemauan keras, ternyata kita bisa menulis. Menulis setiap hari selama 20 menit saja per artikel, bila dikumpulkan dalam waktu 3 bulan, maka hasilnya tak terasa sudah sekitar 100 halaman.
Setelah membaca beberapa buku motivasi menulis, jadi ingin menerbitkan buku. Membuat tulisan tak sesulit yang kita bayangkan. Menulis dulu hingga tulisan selesai kemudian mengeditnya. Dengan demikian tulisan kita benar-benar lebih baik.
Kalau kita masih juga bingung memulai menulis, mulailah menulis kesukaan kita. Yang suka jajan, tuliskan tentang kuliner. Yang suka jalan-jalan, tuliskan saja tentang travelling. Yang hobi olahraga, tulislah tentang olahraga yang ditekuni. Yang suka nulis cerita, nulis artikel dan lain-lain, ayo semangat menulis. Tinggalkan jejak, agar kita tak hilang dari sejarah.  
(SELESAI)

Happy Writing, Andrias Harefa (Bagian 4)


Camilan dan kesenangan
Apakah kaitan antara camilan dan kesenangan dengan menulis? Bagi sebagian orang mungkin tidak ada hubungannya sama sekali. Akan tetapi bagi penulis, itu bisa jadi factor penyemangat yang menyebabkan gairah menulis.
Camilan dan kesenangan (kenikmatan) dapat diperoleh sebagai hadiah setelah menuntaskan pekerjaan. Yang memberi hadiah adalah bukan orang lain, melainkan diri kita sendiri.
Bekal penulis
Tiga hal yang menjadi bekal untuk menulis, yaitu: pertama, banyak membaca. Kedua, banyak berjalan (banyak bepergian atau melakukan perjalanan). Ketiga, banyak silaturahmi. Setelah melakukan 3 bekal tersebut lalu menulislah.
Kapan membuat judul
Sebagian orang mengaku kesulitan untuk menulis karena tidak berhasil merumuskan judul apa yang ingin ditulisnya. Dalam situasi semacam ini, lupakan judul dan menulis saja. Dalam proses menulis, bisa saja muncul ide tentang judul yang tepat, atau judul diberikan setelah tulisan selesai. Jangan sampai ketidakadaan judul, lantas membuat kita tidak menulis.
Bila tulisan selesai namun tetap saja tidak mendapatkan judul, kita bisa menggunakan fasilitas call a friend untuk mendapatkan judul. Kalau tulisan berupa buku, kita bisa melakukan survey judul dengan memanfaatkan komunitas yang terkait dengan tema buku yang kita tulis.
Judul yang menarik
Bagaimana cara menentukan judul buku yang menarik? Berikut ini langkah-langkah membuat judul:
1.      Buatlah judul yang beda, unik, khas, yang lain dari yang lain,
2.      Pilihlah judul yang mengandung unsur baru,
3.      Kalau berani, buatlah judul yang kontroversial, yang menimbulkan perdebatan di kalangan tertentu,
4.      Judul yang nyeleneh, yang di luar pakem-pakem dan norma-norma baku,
5.      Judul misterius,
6.      Judul yang provokatif,
7.      Judul yang bersifat proklamatif atau deklaratif.
Kaver
Jangan menilai isi buku dari kavernya saja. Begitu nasihat orang-orang yang bisa menilai  kualitas buku. Nasihat itu sendiri lahir dari kenyataan bahwa kaver sebuah buku sangat besar pengaruhnya bagi peminat.
Menjadi jelas bahwa kaver buku mrupakan sesuatu yang sangat penting. Kaver buku bisa mengundang atau mengusir seseorang yang melihatnya. Ada sebuah buku yang melonjak penjualannya setelah kavernya diganti, padahal isinya tetap sama.
Jadi, gagasan yang dituangkan dalam buku sangat bagus, bila kita tawarkan ke penerbit jangan lupa memastikan bahwa kavernya juga mencerminkan hal itu.
Kelamin tulisan
Kelamin tulisan di sini bukan jenis kelamin lo. Maksudnya tulisan dikategorikan menjadi 2, yaitu fiksi dan non fiksi.  Fiksi menunjuk pada tulisan yang bertumpu pada imajinasi semata alias khayalan, sesuatu yang tidak sungguh-sungguh ada dalam dunia nyata. Contoh puisi, cerita pendek, dongeng, dan novel. Sementara non-fiksi menunjuk pada tulisan yang berdasarkan pada data dan fakta. Contoh opini, feature, esai, dan berita. 
Selain fiksi dan non-fiksi, ada satu kategori yaitu faksi. Faksi menunjuk kepada tulisan yang berbasis fakta dan data namun disajikan mirip cerita seperti cerpen dan novel. Contoh sejarah nabi dan sahabatnya, novel Laskar Pelangi, dan buku yang bertajuk Three Cups of Tea (sebuah kisah nyata, kisah Greg Mortenson).
Berkencan dengan gagasan
Persiapan menulis ibarat berkencan dengan gagasan. Terkadang perlu membuat scenario, mencoret-coret outline, menentukan working title, judul sementara agar penulisan bisa dimulai, mengumpulkan sejumlah referensi yang relevan untuk memperkuat argumentasi, menentukan deadline, serta menimbang media atau penerbit yang tepat untuk memublikasikannya. Apabila kesemuanya itu sudah tuntas, maka proses menulis bisa dimulai.
Apabila proses menulis sudah dimulai, maka harus konsentrasi penuh, tidak memikirkan hal lain. Dengan focus pada satu tulisan, itulah bentuk tanggung jawab dalam menulis.
Menulis itu pacaran
Menulis itu ibarat berpacaran. Berpacaran harus setia. Artinya, dalam menulis maka kita harus focus pada satu tulisan. Kalau kita menulis hal-hal lain, atau menuangkan gagasan baru, maka akan menjadi rumit. Bila tulisan yang akan kita selesaikan dalam bentuk buku, akibatnya buku tidak akan selesai-selesai.
Pada saat menulis, kita tidak perlu menyunting. Kita hanya perlu menyelesaikan tulisan. Proses menyunting dilakukan setelah tulisan berhasil diselesaikan. Dalam menyunting, titik koma dan ejaan yang salah harus kita benarkan, membuang kalimat yang tidak efektif dan menggantikan dengan kalimat yang lebih baik.
Menulis itu menyembuhkan
Ada korelasi antara kegiatan menulis dan kesehatan manusia. Dan hubungannya ternyata positif. Artinya, menulis bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Salah satu manfaat menulis adalah untuk menyembuhkan luka-luka batin dan emosi.
Menulis untuk menyembuhkan
Jika seseorang memiliki persoalan hidup yang pelik, menulis boleh jadi solusi yang perlu dicoba. Artinya, menulis dapat dijadikan kegiatan melakukan terapi diri, usaha menyembuhkan dari berbagai luka emosi atau sekedar mengatasi kecemasan yang berlebihan.
Ada tips yang bisa dipraktikkan, yaitu:
1.      Temukan waktu dan tempat yang memungkinkan kita tidak diganggu siapa pun,
2.      Menulislah tanpa berhenti sedikitnya selama 20 menit,
3.      Jangan pusing soal ejaan dan tata bahasa,
4.      Menulislah hanya untuk diri sendiri,
5.      Tulislah hal penting dan bersigat pribadi,

6.      Hadapi kejadian dan peristiwa yang bisa Anda atasi untuk saat ini.
(BERSAMBUNG)