Selasa, 31 Mei 2016

Selamat Tinggal Koperasi

Menabung Uang Receh
dok.pri
Berat rasanya berpisah dengan koperasi. Bagaimanapun saya banyak mendapatkan manfaat dari koperasi. Akan tetapi beberapa bulan yang lalu, saya telah memantapkan hati untuk meninggalkan koperasi. Saya akan memilih jalan saya sendiri.
Teman-teman saya kaget ketika saya mengutarakan hal itu. Bahkan, sebenarnya untuk tahun ini saya akan dipilih kembali untuk menjabat bendahara koperasi. Keputusan saya keluar menjadi anggota koperasi sangat disayangkan teman-teman.
Saya jadi ingat kisah awal saya ikut koperasi (menjadi anggota koperasi). Tahun 1999, awal tahun ajaran baru, saya masuk di SMK Tunas Muda sebagai guru baru. Waktu itu saya baru saja pindah dari SMA N di Blora, Jateng. Kebetulan saya mengikuti suami yang tinggal di Karanganyar. Waktu itu, kami baru beberapa bulan melangsungkan pernikahan. Alhamdulillah, Allah mempercayakan kepada saya untuk segera momong anak alias saya mengandung.
Waktu itu suami masih berstatus CPNS dengan gaji hanya pas untuk kebutuhan sehari-hari. Semakin mendekati hari kelahiran, saya belum memiliki perlengkapan bayi sama sekali. Saya dan suami tak ingin merepotkan orang tua. Jalan satu-satunya yang saya tempuh adalah meminjam uang dari koperasi untuk membeli perlengkapan bayi. Uang Rp. 300.000,00 cukup untuk membeli pakaian bayi, popok, gurita, bedong, kaos tangan/kaos kaki, selimut, selendang, kain jarik, handuk dan lain-lain.
Dengan cicilan ringan, saya bisa menyelesaikan pinjaman dengan sukses. Setelah itu saya tidak mudah tergiur untuk meminjam uang di koperasi. Saya memiliki prinsip kalau tidak kepepet, saya tidak akan berhutang. Demikian juga suami saya, orangnya juga tidak mudah tergiur meminjam uang ke koperasi. Bila kami menginginkan sesuatu, tapi belum ada dana, kami cukup sabar dan sabar.
Selama saya mengikuti koperasi, saya akui, saya sangat terbantu. Kami bisa membuat rumah, memperbaiki rumah, biaya berobat di rumah sakit, juga karena kemurahan koperasi. Ya, mungkin ada unsur ribanya. Saya mengakui itu! Saya tidak memungkirinya. Saya merasa itu jalan satu-satunya yang bisa saya tempuh, sebab ketika saya datang ke saudara untuk meminjam uang, mereka juga tidak memiliki. Misalnya mereka punya uang, tapi mereka juga punya kebutuhan sendiri. Saya tidak mau mengganggu mereka. Dengan meminjam koperasi, saya dan suami tidak ada rasa pekewuh karena meminjam uang adalah salah satu hak kami.
Kalau sekarang mungkin saya dan suami akan lebih berhati-hati dalam mengelola uang. Saya lebih memprioritaskan menabung. Menabung untuk anak-anak, menabung untuk saya dan suami terutama tabungan akhirat. Semoga Allah menitipkan kemudahan buat kami, amin.
Kembali ke masalah koperasi, saya akhirnya memutuskan untuk keluar dari keanggotaan. Ketika saya ditanya alasan saya keluar dari koperasi, saya tidak perlu menjawab. Saya tidak mau menyakiti orang-orang yang telah terlanjur dekat dengan saya. Kalau saya akhirnya dianggap sok-sokan, ya biarlah mereka berbicara apa saja. Itu hak mereka dan saya tak perlu tersinggung. Dibuat gampang saja. Hidup ini indah kalau kita tidak mudah merasa sakit hati. Sedikit-sedikit sakit hati, bisa makan hati, yang rugi pasti saya sendiri.
Saya selalu terbuka dengan pendapat orang lain. Sekalipun mereka tak sepaham dengan saya, saya akan menghargai pendapat mereka. Walaupun masih ada perbedaan pendapat dengan suami, Insya Allah dia akan memahami dengan berjalannya waktu.
Sahabat, maafkan saya yang mendadak meninggalkan koperasi (ah, sudah beberapa bulan kok wacananya). Maafkan kesalahan saya ketika dulu saya menjadi pengurus koperasi. Mungkin kalau koperasi yang akan datang mekanismenya berbeda, saya bisa bergabung lagi.
Karanganyar, 31 Mei 2016 

Sisi Positif Penggunaan Media Sosial

Medsos Untuk Berkomunikasi Komunitas
dok.pri
Medsos tidak selamanya negatif, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya. Kalau ada orang yang fulltime tergantung medsos, itu juga tidak pertanda buruk. Bisa saja mereka membutuhkan medsos untuk melancarkan usahanya. Saya kira tak perlu sinis menyikapinya. Kalau kita bisa membatasi diri dalam menggunakan medsos, maka lebih baik jangan mencemooh pada orang lain yang tidak seperti kita.
Saya sendiri hampir setiap hari memerlukan medsos, dengan tujuan berbagi tulisan. Berbagi pengalaman dan berbagi manfaat, siapa tahu berguna untuk orang lain. Kalau tulisan kita bermanfaat, kita mendapatkan pahala, bukan? Ternyata mencari pahala tidak terlalu rumit.
Hari Senin, 30 Mei 2016, kebetulan masih ulangan umum. Saya berangkat ke sekolah agak siang. Sebelum mengunci pintu, saya menghidupkan hp dan menyempatkan diri membuka fb. Di beranda saya, ada kiriman dari seseorang untuk teman saya. Isi kirimannya (statusnya) adalah:
“Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun. Dik Anto, Mas sekeluarga nderek belasungkawa atas meninggalnya Ayahanda (Pak Lik Syamsoedin) dan kami mendoakan,”Allahumma firlahu,…. Dst, Allahumma amin.”
Saya mengerutkan kening. Saya tidak mendapatkan kabar lelayu, ternyata bapak dari sahabat dekat saya meninggal dunia. Dari fb tersebut, saya mengirimkan berita lewat WA pada sahabat dekat saya lainnya. Lalu saya mematikan hp, saya berangkat sekolah.
Sampai di sekolah, teman saya yang sedang kehilangan Bapak mendekati saya. Saya kaget, kok dia tetap sekolah, masuk seperti biasa seolah tak ada apa-apa?
“Kamu kirim WA, beritanya dari mana?”
“Dari facebook.”
“Kok ngerti?”
“Nggon beranda kan ada.”
Karena teman saya tak begitu paham tentang facebook, yang penting bisa kirim inbox, buat status, upload foto, maka dia tidak habis mengerti kok saya bisa copas berita. Yang tak kalah kaget adalah teman saya yang saya kirimi WA. Dia sama sekali tak mengenal FB.
Teman saya yang bernama Pak Har (Dik Anto) berpesan pada saya bahwa berita lelayu ini tak perlu disebarluaskan. Saya tahu maksudnya. Tiga teman saya lainnya yang tahu berita ini juga bungkam.
Kami, sebagai teman dekat sebetulnya ingin bersilaturahmi ke rumah keluarga Pak Har, tetapi Pak Har tidak menanggapi. Tidak menyetujui atau menolak. Rupanya dia tidak ingin merepotkan teman-temannya. Apalagi beritanya sampai Bapak Pimpinan.
00000
Ternyata dari medsos, saya bisa mengetahui berita tentang lelayu, meski teman saya menutupinya. Padahal dia sendiri tidak menyebarkan berita.
Memang kita harus bijak memanfaatkan medsos. Gunakan secukupnya (ini juga relatif), bagi pelaku bisnis yang mengandalkan medsos, ini memang tidak bisa dibatasi. Bagi yang usahanya tak memerlukan medsos, jangan merasa atau memperlakukan hp secara berlebihan. Jangan memperlakukan hp melebihi perlakuan kita pada anak-anak. Anak-anak saja belum tentu dalam sehari kita sentuh, tapi hp kita setiap saat kita sentuh.
Saya memerlukan medsos, tapi saya tetap mengutamakan Dhenok dan Thole. Bagi saya, mereka harta tak ternilai yang kami miliki.
Karanganyar, 31 Mei 2016 (01.24 WIB)

Catatan: karena listrik mati, Senin malam, posting tulisannya diundur.

Minggu, 29 Mei 2016

Mendukung Anak Berwirausaha, Berjualan

Nostalgia Kulakan
dok.pri
Ketika Faiq memutuskan untuk berjualan di kelas, modalnya patungan dengan temannya, saya tidak melarang. Saya membiarkan mereka berdua untuk terjun di dunia usaha. Daripada membeli jajanan, lebih baik berjualan jajanan. Keuntungannya dibagi 2, buat Faiq dan temannya.
Saya tahu, Faiq termasuk anak yang kreatif. Selain menjual jajanan, Faiq juga membuat kerajinan dari kain flannel berupa wadah hp. Hasil kerajinan tangan tersebut ditawarkan kepada teman-temannya. Ada bando lucu dan jepit kupu-kupu. Tapi sekarang tak ada sisanya.
Saya suka dengan keseharian Faiq sepulang sekolah. Langsung ke pasar tradisional, kulakan. Naik sepeda dengan dilengkapi keranjang. Dagangannya ditaruh di keranjang. Jajanan anak-anak tidak terlalu berat. Sampai di rumah, langsung ganti pakaian, makan siang lalu tiduran.
Malam harinya hanya sebentar membuka-buka buku. Saya tak menekan, tak memaksa Faiq belajar. Saya repot dengan si kecil yang usianya belum 1 tahun, sering sakit. Sementara Ayah tidak telaten dan sabar menunggui Faiq belajar. Kalau Faiz kecil sudah dapat diatasi, saya akan membantu Faiq belajar. Saya memang harus ekstra sabar, sebab Faiq tidak mau membaca. Jadilah saya membacakan materi pelajaran. (Sampai sekarang juga begitu. Yang mau ujian ini siapa?)  
Walaupun Faiq terjun langsung di dunia usaha, tapi prestasinya  tidak  kalah dengan temannya yang tak punya kegiatan apapun. Saya bersyukur, saya memberikan kenyamanan bagi Faiq. Mungkin karena Maminya ini tidak pernah memaksa menjadi yang terbaik, Faiq juga punya tanggung jawab. Menurut saya Faiq is the best.
Setelah naik kelas 6, Faiq tak lagi berjualan jajanan. Dia mulai mengatur waktu untuk belajar menghadapi ujian. Waktu itu Faiz masih 2 tahun, sementara Ayah beberapa hari repot tugas ke luar kota. Ayah mendampingi atlit badminton yang akan bertanding pada POPDA Provinsi, di Semarang. Saya membiarkan Faiq mandiri mengikuti les. Berangkat dan pulang les naik sepeda.
00000
Faiq yang dulu imut pandai mencari uang, kini mulai ingin memiliki usaha. Sebenarnya saya menyarankan berjualan di Car Free Day. Bisa sendiri atau dengan teman sekolahnya yang rumahnya dekat  kota. Tapi rupanya dia merasa tidak sreg. Ingin membuka usaha kalau sudah kuliah saja (masih lama yooo).
Lupakan Faiq yang belum memulai usaha di usia remaja ini. Tadi pagi, Faiq menagih saya untuk belanja ke Pasar Jungke Karanganyar. Ceritanya dia ingin terong goreng, ayam, dan membuat sambal.
Selesai berbelanja, Faiq mengajak saya ke tempat dia kulakan ketika masih SD dulu. Kali ini Faiq membeli jajanan banyak, tapi tidak untuk dijual, melainkan untuk stok menemaninya belajar. (walaupun Faiq sudah 4 tahun tidak jualan lagi, tapi pedagangnya hapal, sebab Faiq kadang-kadang membeli jajanan dalam jumlah banyak). Selain jajanan, Faiq membeli kopi. Saya jadi heran, dia memiliki kebiasaan minum kopi (tidak selalu pagi, kadang siang atau malam). Awal bulan kemarin dia membeli Fresco, pagi tadi membeli White Koffie. Saya tak pernah mengenalkan padanya minuman kopi.
Kopi dan cerita
dok.pri
Oh, mungkin kami memiliki kebiasaan yang sama, begadang. Bedanya dulu saya belajar hanya ditemani suara radio, sekarang Faiq ditemani lagu-lagu dari hp. Kalau malam telah larut, yang ada suara murotal. Bila suara murotal, hanya satu surat saja, berarti dia sambil menghapal. Tapi kalau saya panggil, tak ada sahutan, itu artinya saya harus mematikan hp.
Bagi saya, kalau Faiq membeli jajanan dalam jumlah banyak, itu pertanda mengurangi jajan di sekolah. Sekarang Faiq memiliki kesadaran sendiri mengurangi pengeluaran. Dia minta uang saku seminggu sekali. Karena uang yang diterima dalam seminggu jumlahnya banyak, dia merasa sayang untuk boros. Semoga Faiq bisa mewujudkan cita-citanya ketika masih kecil, yaitu memiliki toko atau rumah makan. Sekarang waktunya mengumpulkan modal.
Karanganyar, 29 Mei 2016

Kamis, 26 Mei 2016

Saling Merindukan

Duo Faiq-Faiz
dok.Faiqah Nur Fajri
Walaupun kalau bertemu tak selalu akur, tetapi keduanya saling merindukan. Buktinya bila kakak tidak ada di rumah, adik selalu mencari/menanyakannya atau sebaliknya. Bagaimana pun karena mereka bersaudara. Tugas saya adalah membuat keduanya saling rindu bila tak bertemu.
Kakak berencana akan ke Yogya liburan besok. Si kecil tidak mau kalah, merengek-rengek pada saya ingin ke Yogya. Kalau sudah begitu, Maminya juga ikutan ke Yogya. Lantas siapa yang menunggu rumah di desa dong?
Rencananya hanya beberapa hari saja ke rumah Bapak-Ibu. Selebihnya, liburan tetap berada di rumah, maklum  Ayah dan Mami memiliki kesibukan untuk bekerja. Kebetulan setelah terima rapor, libur panjang ini bersamaan dengan bulan Ramadhan. Kami harus bekerja ekstra sebab pas Ramadhan waktunya mencari murid.
Kalau kakak lama berada di Yogya, maka adik akan merasa kesepian. Dia merasa tidak ada orang yang bisa diajak ribut. Saya jadi kasihan sama si kecil. Semoga dengan tidak setiap hari selama 24 jam bertemu, Faiq-Faiz saling merindukan. Lalu mereka saling bercerita layaknya dua orang sahabat yang sudah lama tak bertemu

Karanganyar, 26 Mei 2016

Rabu, 25 Mei 2016

Dua Yang Tak Akur

Duo Faiq-Faiz
dok.Faiqah Nur Fajri
Dua yang tak akur ini memiliki selisih usia 10 tahun. Dhenok tak mau mengalah dan Thole maunya menang sendiri. Saya tak bisa menengahi mereka. Kalau saya menengahi, si Dhenok bilang,”Faiz yang dibela padahal salah.”
Namanya juga anaknya semua, saya tahu banyak hal tentang mereka hingga yang remeh sekalipun. Ketika Dhenok  masih kecil, kehidupan kami masih kurang dan prihatin. Pernah suatu hari, tak ada uang untuk membeli susu (beras tinggal mengambil hasil panenan, makan dengan lauk seadanya, memasak sayur tinggal memetik di sawah), Dhenok merengek minta minum susu. Saya menenangkan Dhenok dan memberinya teh hangat sambil memberi pengertian. Dan saya berjanji esok harinya pulang sekolah membawa susu. Dan saya membawa susu bendera 1 kg, hutang koperasi (potong gaji bulan berikutnya). Saya ingin membahagiakan putri saya yang ketika itu masih berusia 3-4 tahun.  Akan tetapi saya pantang mengeluh pada mertua (kalau saya mau, pasti juga diberi).
Lain halnya dengan Thole, kehidupan kami Alhamdulillah lebih mapan. Masalah rezeki, pokoknya ada saja sumbernya. Akan tetapi Thole memiliki kisah yang sedikit mengharu biru. Sejak kecil, belum ada 1 tahun usianya, Thole masuk rumah sakit karena kejang. Sebenarnya kejang yang dialami Thole termasuk ringan, penyebabnya adalah demam biasa. Demam yang menyertai batuk pilek. Thole dirawat di rumah sakit selama seminggu. Baru seminggu keluar dari rumah sakit, Thole mengalami kejang lagi (masuk rumah sakit lagi).
Sampai umur 3,5 tahun, Thole sudah 4 kali masuk rumah sakit. Tiga kali karena kejang dan satu kali karena muntaber. Dengan demikian, saya tak tega kalau pas tidak akur Thole dimarahi Dhenok. Satu lagi, bulan Nopember 2015, Thole menjalani operasi pemasangan pen karena lengan kirinya patah. Menurut saya sebagai ibunya, lengkap sudah kesusahan Thole. Kalau Dhenok sering marah-marah pada Thole, saya selalu menengahi. Memang Thole itu juga sering usil, memancing kakaknya biar marah.
Dua yang tak akur, kata teman saya, perlu ada yang ketiga. Saya hanya tersenyum. Sepulang dari Tawangmangu kemarin, sore harinya badan saya terasa lungkrah. Buntil tahu dan molen pisang yang saya makan akhirnya keluar pada malam hari. Perasaan saya, kok sama seperti ketika Thole tiduran di dalam perut saya ya. Malam hari, kondisi saya juga tak semakin baik. Tapi tidak muntah, hanya mual saja.
Pagi harinya, perasaan saya kok jadi tidak enak. Di sekolah suasananya jadi terbawa ngantuk pol. Lah, ini kan sama dengan kondisinya ketika Thole diam-diam tidur di dalam perut. Semangat, dua yang tak akur akan ditengahi satu anak yang adil.
Saya bilang pada suami,”Sudah siapkah Ayah dengan satu lagi?”
“Insya Allah, siap.”
“Kalau begitu, atur jadwal, kurangi badminton dan tenis!”
“Wah, itu tidak bisa.”
Nah, betul kan. Dulu ketika Thole lahir, dia bilang siap momong. Tapi sekarang,mau  tenis dan badminton sering main petak umpet dulu. Lalu meninggalkan tangis Thole yang kejer-kejer.  
“Sebelum pergi, beli onemed dulu. Kalau positif, ya mulai besok kurangi acara pergi-pergi.”
Ketika saya melahirkan Thole, usia saya 39 tahun. Kini Thole berusia 6 tahun. Semangat! Mata saya berbinar ketika saya lihat ada satu garis merah. Alhamdulillah, ternyata hanya kurang tidur saja dan kondisi badan tidak seimbang.
Dua yang tak akur, akan Mami jaga dengan sepenuh hati karena kalian memang punya cerita sendiri dengan latar belakang yang tak sama.

Karanganyar, 25 Mei 2016

Selasa, 17 Mei 2016

Razia Tas

Jalan lurus
dok. Faiqah Nur Fajri

Sepulang dari presentasi, saya dikejutkan dengan deretan hape yang tertata rapi di meja kantor guru. Kata teman saya hape tersebut hasil dari razia. Selain hape tentu saja ada benda lain yang lazim dibawa cah lanang. Oh ya, razia ini atas inisiatif pimpinan sekolah.

Terima kasih, Pak. Dulu saya dilarang merazia tas anak-anak kalau belum minta izin anak-anak. Tapi sekarang tak berlaku lagi. Mengapa demikian? Sudah seharusnya pihak sekolah merazia tas anak-anak. Tentu semua untuk kebaikan.

Giliran membuka-buka hape, saya tidak mau. Biarlah guru yang lain saja. Saya bertugas memberikan ke anak-anak yang hapenya jadul dan tak bermasalah. Yang bermasalah saya persilakan jangan melibatkan saya.

Bagi saya, razia ini adalah positif. Melakukan razia lebih baik lagi kalau berkala, tapi jangan jatuh pada hari yang sama. Harinya yang acak saja, biar ada rasa wowwww. Atau, tiap guru yang mengajar berhak melakukan razia agar mudah terkontrol.

Buat anak-anak, saya tidak tahu-menahu lo. Saya tahunya ada hape banyak di ruang guru. Titik, ndak pakai koma. soalnya kalau koma harus masuk rumah sakit.

Senin, 16 Mei 2016

Ajal Tak Menunggu Taubatmu

Ziarah Kubur
dok.Nur Laely Roza
Mulai dari sekarang cukupi bekal kita untung pulang kampung. Pulang kampung, pakaian kita hanya kain kafan. Bekal kita amal perbuatan dan ibadah. yang berbentuk materi tidak bakalan kita bawa.

Ziarah Kubur 2
dok. Nur Laely Roza
Sudah siapkah kita pulang kampung? Ziarah kubur mengingatkan pada kita, bahwa kita juga akan kembali. tinggal menunggu giliran.

Kedua gambar di atas diambil dari dokumen dik Laely, di Surabaya hari Minggu tanggal 15 Mei 2016. mereka berziarah setelah menghadiri acara resepsi pernikahannya dik Armi, putri bulik Ami..


Mangkok, Sendok Bebek Dan Wedang Ronde

Mangkok dawet
dok.pri
Beberapa hari yang lalu, Faiq bernah bertanya pada saya,”Ma, kita punya mangkok buat wedang ronde, tidak?”
“Punya, tapi nggak banyak. Di sana letaknya.”
Saya menunjuk bawah tandon air kosong. Saya pernah membeli mangkok kecil dan sendok bebek. (Saya biasa menyebut mangkok dawet. Dulu ketika saya masih kecil, kalau membeli dawet memang menggunakan mangkok bukan gelas. Sendok bebek lazimnya dipakai untuk makan soto.)
Kata Faiq siswa kelas X Imersi diberi tugas membuat wedang ronde dan cara menyajikannya. Sebenarnya saya mau mengajarkan cara membuat bola-bola ronde, tapi Faiq mengatakan besok saja kalau sudah waktunya. Saya tidak memaksa.
Setelah maghrib, Faiq bertanya kalau mau membuat bola-bola ronde sekarang bisa tidak? Saya jawab tidak bisa, sebab saya hanya memiliki tepung ketan dan gula jawa saja. Saya tak memiliki tepung beras untuk campuran tepung ketan.
“Dipakainya kapan?”
“Besok!”
“Walah, jelas tidak bisa. Tepung berasnya habis, sedangkan sekarang hujan. Faiq kok bilangnya mendadak.”
“Sebenarnya ini tugas teman satu kelompok, tapi mereka tergantung Faiq. Mangkok dan sendok saja Faiq yang sediakan.”
“Kalau bilangnya siang, kan Mama bisa cari bahannya. Nyerah!”
Saya tahu, baru saja Faiq chatting dengan temannya. Biasanya Faiq ready, kalau tidak dadakan. Hujan-hujan begini, siapa mau basah kuyup demi beberapa butir bola-bola ronde? Ya, namanya ABG berpikirnya belum maju. Semoga kelak bisa lebih dewasa lagi.
Karanganyar, 16 Mei 2016 

Jumat, 13 Mei 2016

[Religi] Menjaga Amanah Merahasiakan No Hp Suami

Tanaman amanah
dok.pri
Tiba-tiba ada pesan singkat melalui sms yang masuk di hp saya. Saya membuka pesan singkat tersebut tetapi tidak terburu-buru membalasnya. Isinya, si pengirim pesan minta no hp suami saya. Sebenarnya, saya dan suami mengenalnya. Oleh karena si pengirim ini tidak terlalu dekat dengan kami, saya minta pendapat suami terlebih dahulu. Dan suami membalas, saya tidak boleh memberikan no hp kepada siapa pun.
Sebelum saya membalas sms, pengirim memanggil saya lewat hp. Kebetulan saya mengajar. Dan saya tidak pernah membawa hp kalau sedang mengajar. (Bagi yang menghubungi saya dengan mengirim sms, mohon maaf kalau saya lambat merespon. Atau kalau ada yang menelepon, saya tidak mengangkat karena hp saya tinggal di ruang guru). Mohon maaf, saya tidak mengangkat panggilan tersebut.
Akhirnya saya membalas sms tersebut. Saya balas apa adanya. Saya bilang saya tidak bisa memberikan no hp suami, sesuai amanahnya. Si pengirim membalas, sebenarnya dia mau sowan (bertamu ke rumah kami).
00000
Begitu bertemu suami di rumah, saya memperlihatkan sms dari si pengirim. Siapakah si pengirim tersebut? Beliau adalah seorang guru, yang pernah menjadi tetangga saya. Sepengetahuan saya,  beliau seorang janda yang kemudian menikah dengan orang yang rumahnya satu desa dengan Ibu mertua saya. Laki-laki yang menikahi guru tersebut mengaku saudara suami saya. (wadowwww, suami kena dampak atau imbas dari seseorang yang mengaku masih ada hubungan kekerabatan dengan suami).
Akan tetapi pernikahan tersebut tidak bertahan lama. Akhirnya mereka bercerai. Saya dan suami tidak tahu-menahu alasan mereka bercerai. Setelah bercerai, yang laki-laki kembali ke rumahnya (bersama anak-anaknya) dan si ibu tadi tinggal di dekat sekolah tempat beliau mengajar.
Suatu hari saya mau berpresentasi, memromosikan sekolah SMK tempat saya mengajar di sekolah (SLTP) tempat si Ibu tadi mengajar. Kami bertemu, lalu beliau minta no hp saya. Selanjutnya, saya selalu curiga (curiga saya mendasar sih).
00000
Suami saya rutin melakukan tenis lapangan dekat sekolah tempat suami mengajar. Kebetulan lapangan yang dipakai masih satu kompleks dengan SLTP tempat si Ibu mengajar.
Sore itu saya dan suami mau menjemput si Thole. Suami yang biasa tenis, sore itu izin. Ada teman tenis yang mengirim pesan lewat sms. Beliau menanyakan kepada suami, sore ini berangkat tenis atau tidak. Suami menjawab tidak. Lantas temannya mengirim pesan bahwa si Ibu Guru mau ketemu suami saya untuk minta bantuan. Suami menjawab, tidak bisa membantu.  Ibu Guru tadi Cuma ingin tahu kabar mantan suaminya yang masih ada hubungan kekerabatan dengan suami. Suami menjawab bahwa dia sudah lama tidak bertemu. Disuruh mencari bantuan yang lain saja. Ternyata teman suami saya tahu maksudnya.
Suami bilang,”Wong bukan saudara kok ya ngaku-ngaku saudara. Itu hanya karena tinggal satu desa. Kalau saudara/kerabat pasti sudah pernah ketemu di acara keluarga besar. Saya belum pernah bertemu sama sekali.”
Saya juga jadi malas untuk berurusan dengan orang-orang yang mengaku saudara dengan saya. Ingat, saya bukan asli orang Karanganyar. Kalau Cuma mengaku-ngaku dan sok meyakinkan pada saya bahwa saya masih bersaudara dengannya, jangan harap saya percaya. Bagi saya, saudara saya dari garis suami sudah jelas. Dan saya hanya mengakui yang masih ikut trah saja. Selebihnya, mohon maaf jangan memaksa saya percaya.
Kami memang lugu. Bila ada telepon dari no hp asing masuk ke hp kami, kami tidak akan mengangkat. Kalau ada sms, kami juga tidak merespon kalau no hp si pengirim tersebut asing di hp saya dan suami. Kalau mengirim sms, lantas memberi nama diakhir tulisan, itu juga tidak serta merta kami langsung menjawab. Bagi kami, hanya orang yang berurusan dengan masalah pekerjaan dan saudara saja yang masuk daftar dalam kategori penting.
Mohon dimaklumi.
Karanganyar, 13 Mei 2016

[Religi] Berhasil Melewati Masa Ujian

Jalan lurus
dok. faiqah nur fajri
Kamis, 12 Mei 2016
Alarm hp milik suami berbunyi. Itu berarti waktu menunjukkan pukul 5 pagi lebih. Itu artinya saya bangun kesiangan. Itu artinya saya tidak makan sahur. Saya ragu-ragu, apakah saya bisa melanjutkan puasa untuk hari ini. Tadi malam saya tidur sudah pukul 01.30 dini hari.
Sekitar pukul 12.00 malam saya memang sudah makan, sekadar satu bungkus nasi bandeng seharga Rp. 1.500,00 dengan lauk kerupuk. Saya belum minum madu dan makan kurma.
Saya berharap tidak ada godaan lebih banyak dari hari sebelumnya. Cuaca tidak begitu panas. Waktu jam terakhir, karyawan TU ada yang mengajak maksi di ayam-ayam mBak Dwi. Kemecer sekali, tetapi saya bertahan tetap puasa. Saya menolak dengan alasan berpuasa.
Pulang sekolah, saya membeli sayur terlebih dahulu. Sampai di rumah si Thole tidur pulas. Sebentar kemudian Dhenok pulang dari sekolah. Dhenok hanya membersihkan badan dan shalat lalu bersiap untuk mengikuti les tambahan. Thole juga terbangun, bersiap ikut Ayah tenis lapangan.
Setelah Ayah, Dhenok dan Thole meninggalkan rumah, saya mulai beraktivitas. Biasanya, pulang sekolah saya membuka laptop lalu menulis. Kali ini tidak, alasannya laptop saya sedikit ada masalah alias sulaya. Kata teman saya yang pernah menangani laptop saya, ada yang perlu diganti. Mungkin memang waktunya ada yang diganti. Maklum, laptop juga sudah lama dan wajar saja, toh sudah menghasilkan uang banyak. Saya tidak merasa dunia runtuh dengan tak ada laptop. Ya, masih ada yang lain. Pinjam dulu saja, tak usah buru-buru ganti yang baru.
Hari ini saya tidak menulis di blog. Saya memanfaatkan waktu dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang ringan dan menyiapkan buka puasa. Ternyata waktu begitu cepat berlalu. Tahu-tahu azan maghrib berkumandang. Alhamdulillah, puasa kali ini diberi kemudahan.
Meskipun tidak makan sahur, saya tetap kuat dan tidak merasa terganggu dalam melakukan aktivitas. Dengan niat yang kuat saya berhasil melewati ujian dalam menjalani puasa hari ini.   Malam harinya, saya makan nasi sebelum tidur. Saya berjaga-jaga, agar tetap dalam keadaan kenyang meskipun tidak makan sahur esok harinya.
Jum’at, 13 Mei 2016
Sebelum fajar saya bangun dan masih bisa menyantap makan sahur, minum teh panas, makan kurma dan biskuit. Sampai sore ini, tak ada gangguan yang berarti.
Kebahagiaan saya bertambah, dengan bisa menulis di laptop suami. Matur nuwun, gih Mas. Mugi-mugi amal panjenengan pun tampi. Nanti pinjam laptopnya lagi ya, hehe.
One day one article, tetapi kali ini mungkin dua artikel.
Karanganyar, 13 Mei 2016

Rabu, 11 Mei 2016

Bersyukur Atas Nikmat Sehat Dan Rezeki Barokah

Nikmat sehat dan rezeki barokah
dok.pri
Ini hari ketiga saya digoda teman-teman, diajak makan tongseng/sate/tengleng di warung sate kambing di depan Stadion 45 Karanganyar. Yang ngajak ini dermawan atau cuma menggoda saja? Selain menggoda sebenarnya teman-teman benar-benar mau mengajak makan siang. Maklum, waktu kami bisa makan siang bareng tinggal beberapa hari lagi. Bulan depan sudah memasuki bulan Ramadhan.
Saya berniat untuk mengganti puasa yang saya tinggalkan selama 6 hari. Pada hari Senin yang lalu sampai Sabtu yang akan datang, saya tidak menemani sarapan Thole dan ayah. Kalau Dhenok biasa sarapan di sekolah. Kalau sudah selesai barulah saya mau diajak makan siang ke mana saja asal gratis. (Okeh kancane nek ngene iki)
Sore hari, saya dan suami menjemput Thole di Taman Penitipan Anak. Saya pikir, setelah menjemput Thole terus pulang. Saya harus menyiapkan buka puasa sendiri. Tapi Ayah mengajak bezuk Maya, temannya Dhenok, di rumah sakit. Ya, sudahlah tak apa, yang penting sebelum Maghrib sampai rumah.
Hanya sebentar saja kami bertemu Maya dan Ibunya. Maya, Ibu dan Bapaknya mengalami keracunan makanan setelah menghadiri acara pertemuan keluarga di rumah keluarga besarnya. Tidak hanya keluarga Maya, keluarga yang lain termasuk tuan rumah (5 anggota keluarga) masuk rumah sakit dan opname. Kebetulan Ibunya Maya hanya makan nasi lauk telur, tidak mengambil lauk yang lain. Beliau selamat tidak muntaber., sedangkan Bapak dan Maya mengalami muntaber. Sudah 4 hari Maya dirawat di rumah sakit.
Pulang dari rumah sakit menuju rumah. Saya lihat Jalan Lawu bagian timur putih pertanda hujan. Kebetulan kami hanya membawa sepasang jas hujan. Kami harus berteduh. Saya terus berdoa, semoga hujan segera reda. Di tempat berteduh, saya memikirkan si Dhenok yang masih dalam perjalanan pulang.
Dhenok baru saja membezuk temannya. Pagi tadi, temannya (Salsa) dan Ibunya mengalami kecelakaan di dekat sekolah. Kaki kanan Ibunya patah, kaki kirinya retak. Salsa sendiri hanya lecet-lecet.
Setelah reda, kami melanjutkan perjalanan pulang. Tak lupa saya mampir ke warung angkringan. Beli nasi bandeng dan teh hangat. Alhamdulillah, saya berbuka puasa cukup dengan minum teh hangat.
Kembali sepeda motor membawa kami menuju Taman Pancasila. Dhenok turun dari bis di Taman Pancasila. Akhirnya kami bertemu, Dhenok diantar pulang terlebih dahulu, baru saya dijemput Ayah.
Sampai di rumah, Alhamdulillah bisa makan malam bareng. Meskipun kami menyantap makanan yang sederhana, rasanya semua harus disyukuri. Nasi bandeng, nasi tumpang, dan soto, siap untuk dihabiskan.
Seperti biasa, Dhenok bercerita tentang semua yang dialami di sekolah, di jalan dan kegiatan hari ini. Saya memang harus mendengarkan semua ceritanya dengan baik. Maklum, saya ibu yang baik, yang harus mau mendengarkan curhatnya Dhenok.
Kembali saya mengingatkan Dhenok,
“Fai, bersyukur itu kuncinya. Allah terlalu sayang pada keluarga kita. Tanpa kita minta pun Allah sudah menitipkan nikmat yang begitu banyak. Nikmatnya sehat dan rezeki lancar. Masih tidak mau bersyukur?
Keluarga Maya dan Salsa sedang diberi ujian sakit. Bersyukurlah kamu, jangan lupa shalat sama sedekah,”itu pesan saya.
Setelah makan, rupanya Thole dan Dhenok mengantuk. Ditinggal cuci piring, keduanya terus klipuk, sudah berada di alam mimpi.

Karanganyar, 11 Mei 2016

Hujan Semalam Dan Petir Menggelegar

Bersahabat dengan alam
dok.pri
Semalam hujan turun dengan derasnya. Saya yang terbiasa kalau hujan turun di malam hari bergegas menyelamatkan si Dhenok untuk menyelimuti atau sekedar melongok kamarnya, kali ini tidak. Kantuk benar-benar tak bisa saya tahan. Tapi saya tahu, Dhenok pasti berupaya sedemikian rupa supaya tidak kedinginan dan mematikan kipas anginnya.
Hujan benar-benar deras, sama seperti cerita teman saya sehari sebelumnya. Mojogedang hujan hingga pagi. Dia bersyukur karena sawah mendapatkan air yang melimpah.
Wah, saya juga harus bersyukur. Sawah belakang rumah semoga aman tidak rusak dan stok air cukup. Agar saudara saya yang menggarap sawah kelak waktu panen mendapatkan hasil yang banyak. Dengan demikian kami juga mendapatkan gabah yang sebanding, bukan?
Saya tidak tahu, saat itu jam berapa, terdengar petir menggelegar dan dahsyat. Saya pikir awalnya ada travo di luar yang meledak. Tapi listrik tetap hidup. Berarti suara tadi adalah petir. Mungkin dengan tegangan tinggi mampu menggetarkan rumah dan kaca jendela agak lama.
Si kecil langsung meringkuk. Menutupi telinganya dengan selimut. Sementara tangan satunya memegang lengan saya.
“Takut Mama.”
Saya dekap dia, saya selimuti dengan rapat. Saya berharap tidurnya kembali nyenyak.
00000
Jam tiga pagi, hujan telah reda. Saya tak mendengar sisa rintiknya sama sekali. Saya bangun untuk membuatkan susu si kecil. Lalu menyiapkan diri untuk menyantap nasi sayur sekadarnya, dua butir kurma, 2 buah biscuit  dan teh panas. Saya berharap niat saya untuk mengganti puasa yang saya tinggalkan Ramadhan tahun lalu tidak mendapatkan godaan di sekolah.
Meskipun semalam hujan deras tapi pagi ini saya sudah berkeringat karena udara tidak dingin sama sekali. Malah terasa panas dan sumuk.

Karanganyar, 11 Mei 2016

Selasa, 10 Mei 2016

Cara Menilai Orang Lain

Kopdar IIDN
dok.pri
Kadang-kadang kita tidak tahu permasalahan orang lain. Kita bahkan tidak mengenal orang lain, tapi kita sudah memberi penilaian yang salah pada orang tersebut. Setelah memiliki cukup ilmu, saya selalu berpikir positif terhadap orang lain. Saya beranggapan orang lain lebih baik dari saya. Tujuan saya adalah agar saya tidak merasa sombong.
Kalau kita belum tahu siapa mereka, berpikirlah positif terhadap mereka. Belum tentu yang kita nilai buruk lebih buruk dari kita, bisa jadi yang kita anggap tidak baik justeru lebih baik dari kita.
Apalagi kita mengenal seseorang hanya lewat dunia maya dan belum pernah tatap muka sekalipun. Di dunia maya, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Dengan tatap muka kita bisa menilai seseorang dari cara bicaranya, dari bahasa tubuhnya dan dari isi pembicaraan.
Kalau kita sudah mengenal seseorang secara dekat baik fisik maupun emosional, pasti kita tidak akan keliru memberi penilaian. Jadi, jangan sok tahu terlebih dahulu. Jadilah orang yang pingin tahu (tapi jangan sok pingin tahu). Dengan demikian kita tidak salah total dalam bertindak dan memperlakukan orang lain.
Orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Itu manusiawi karena tidak ada manusia yang sempurna. Jangan sampai penilaian kita pada orang lain keliru.
Karanganyar, 10 Mei 2016

Senin, 09 Mei 2016

[Religi] Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Oleh-oleh dari Tawangmangu
dok.pri
Saya berniat untuk mengganti puasa yang saya tinggalkan tahun lalu. Memang menjalankan ibadah puasa, baik puasa sunah maupun mengganti puasa wajib yang ditinggalkan sangat berat. Selain berat karena tidak ada teman yang sama-sama berpuasa juga karena godaannya tidak ringan.
Hari ini saya sudah berniat untuk berpuasa. Si kecil membangunkan saya sebelum fajar karena dia biasa buang air kecil dan minta dibuatkan susu. Si kecil tidak lantas tidur, tapi malah bermain mobil-mobilan. Saya makan sahur dengan porsi teramat sedikit. saya tidak melupakan minum madu. Sebenarnya kalau di rumah ada VCO, saya akan mengkonsumsinya, agar puasa saya tidak mendapatkan halangan. Tapi VCO belum tersedia, jadi saya cukup minum teh panas dan madu saja.
Sampai di sekolah, godaan pertama datang dari petugas yang menaruh minuman di atas meja saya. Saya bilang, minuman ini menggoda iman saya. Belum juga saya tawarkan, teman saya sudah minta izin untuk memindahkan gelas saya ke mejanya.
Godaan yang kedua adalah acara syukuran. Seorang teman yang baru saja mendapatkan kelebihan rezeki membuat syukuran kecil-kecilan. Petugas menaruh kudapan 3 jenis di atas piring plasti kecil di meja saya. Lagi-lagi, saya harus menyingkirkan kudapan ini supaya saya tidak lupa memakannya. Kudapan saya taruh di meja teman saya yang duduk di belakang saya.
Dua godaan tersebut belum seberapa. Yang ketiga, yang ini benar-benar menguji iman kita. Seorang teman mengajak makan tengleng di warung sate kambing. Astaghfirullah, beruntung saya tidak kepincut. Saya tetap bertahan.
“Bu, kalau besok bagaimana? Kita ke warung sate bareng-bareng.”
Benar-benar bikin ngiler. Kalau sekarang jelas berpuasa karena sudah separo perjalanan. Nah, kalau besok jadi terus puasa atau berhenti dulu diganti hari lain?
“Maaf, jangan menawarkan makan daging kambing mulai hari ini sampai Sabtu. Saya mau mengganti puasa yang saya tinggalkan dulu. Mumpung waktunya masih longgar. Kemarin-kemarin ada saja alasan untuk tidak berpuasa. Kalau sekarang tidak ada alasan lagi.”
“O, iya. Bulan puasa sebentar lagi ya. Memang bagi ibu-ibu, bulan ini waktunya mengganti puasa yang ditinggalkan tahun lalu,”kata teman saya, yang mualaf,  yang isterinya seorang guru agama Islam.
00000
Sebenarnya saya ingin mengganti puasa bulan Ramadhan yang saya tinggalkan sesegera mungkin. Tapi apa daya, godaan selalu ada. Saya salut pada teman-teman, saudara-saudara saya yang selalu menyegerakan mengganti puasa yang ditinggalkan tanpa halangan. Saya salut pada teman-teman yang terbiasa menjalankan puasa sunah.
Saya sendiri jauh sekali dari mereka. Saya akui, mungkin saya kurang taat ya. Mulai saat ini, saya mau mencoba menjalankan puasa sunah. Memang harus ada komitmen. Paling tidak dalam sebulan, meski hanya sehari harus menjalankan puasa sunah. Semoga Allah memberi kemudahan pada saya. Wahai teman-teman saya, jangan ganggu saya dong.
Catatan : Puasa wajib yang ditinggalkan, harus diganti pada lain waktu sesegera mungkin. Mengganti puasa yang ditinggalkan bisa dilaksanakan dari bulan Syawal sampai Sya’ban (sebelum bulan Ramadhan tahun berikutnya). Apabila tahun-tahun sebelumnya, masih ada puasa yang ditinggalkan, maka kita tetap memiliki kewajiban menggantinya. Berniat kuatlah untuk mengganti puasa yang ditinggalkan. Allah Mahatahu dan Allah Maha Pengampun. Jangan berkecil hati, tetaplah berbaik sangka pada Allah.
Kalau kita sudah dalam keadaan tidak berdaya, sakit yang tak mungkin sembuh, tua renta dan senja (lemah), pikun, tak ada waktu untuk mengganti maka membayar fidyah adalah solusi. Membayar fidyah pun ada ketentuannya ya, fidyah  bukan jalan pintas lo. Untuk fidyah, silakan Anda mencari referensinya.
Semoga bermanfaat. Ayo menulis, wahai muslimah.

Karanganyar, 9 Mei 2016

Kamis, 05 Mei 2016

Sediakan VCO Saat Makan Sahur Di Bulan Ramadhan

Minyak Kelapa Murni (VCO)
dok.pri
VCO atau Virgin Coconut Oil, sepuluh tahun yang silam sempat naik daun penggunaannya. VCO pada dasarnya minyak kelapa murni yang diperoleh bukan melalui pemanasan (cara dingin). Akan tetapi minyak kelapa yang dibuat melalui pemanasan juga ada manfaatnya seperti VCO.
Sampai sekarang sering saya dengar bahwa minyak kelapa menyebabkan beberapa penyakit, di antaranya kolesterol. Orang awam bila diberi tahu tentang sesuatu yang baru, tidak mau langsung mempercayainya. Siapa dulu yang berpendapat atau yang bicara. Mereka tidak memperhatikan apa yang dibicarakan melainkan siapa yang bicara.
Dulu ketika saya menawarkan VCO hasil olahan dari Yogyakarta, saya harus meyakinkan pada calon pembeli. Yang paling sering saya beri tahukan khasiatnya VCO adalah untuk memperlancar BAB, menyembuhkan sakit maag, mengenyangkan, membuat langsing, menaikkan berat badan bagi yang berat badannya kurang.
Karena memiliki manfaat mengenyangkan perut, maka VCO cocok untuk persediaan saat bulan puasa. Dulu ketika Dhenok masih kecil, setiap habis makan sahur selalu saya berikan VCO rasa mint satu sendok teh. Hasilnya Dhenok tidak mengeluhkan perut lapar. Saya juga mengkonsumsi VCO setelah makan sahur. Dengan minum VCO secara teratur, ibadah puasa saya lancar. Kalau bangun tidur sudah mendekati waktu azan subuh, saya sahur dengan minum teh panas dan minum VCO. Saya tidak khawatir lapar dan badan lemas. Semua berjalan dengan normal apa adanya.
Mari, sediakan VCO di rumah menjelang Bulan Ramadhan tahun ini. Bila sulit menemukan VCO, minyak kelapa buatan sendiri juga memiliki fungsi yang sama dengan VCO. Ibadah puasa lancar, ibadah lainnya juga lancar.
Karanganyar, 5 Mei 2016

Ternak Ayam Adalah Tabungan Si Kecil

Tabungan : ternak ayam
dok.pri
Sejak tinggal di rumah dekat sawah, saya memelihara ayam. Ayam-ayam tersebut sengaja saya pelihara  agar sisa nasi tidak terbuang dengan percuma. Dalam satu tahun, ayam beranak pinak dan saya tak perlu membeli ayam untuk konsumsi.
Beternak ayam kampung untuk konsumsi sendiri saya hentikan karena saya mulai menanam sayuran di sawah belakang rumah. harapan saya, jangan sampai tanaman sayuran rusak karena diserbu ayam-ayam yang sengaja diumbar.
Setelah tidak menanam sayuran, kembali saya memelihara ayam. Kali ini yang minta si kecil. Rupanya si kecil terobsesi memiliki beberapa jenis ternak. Katanya, dia ingin punya sapi, kambing, kelinci, ayam, bebek dan burung.
Saya tidak ingin memberikan harapan palsu dengan berbohong. Saya katakan kalau memelihara sapi, kambing dan kelinci maka dia akan kesulitan mencari rumputnya. Kalau memelihara burung perawatannya juga tidak gampang. Yang gampang memelihara ayam saja. Pakannya nasi campur katul. Untuk bebek, pakannya sama dengan ayam, si kecil hanya memiliki satu ekor saja (meri, anak bebek).
Tiap hari si kecil memberi pakan untuk ayam-ayamnya. Ketika ayamnya sudah mulai banyak, si kecil pernah merelakan ayamnya disumbangkan untuk gurunya (sekaligus pemilik Taman Penitipan Anak, tempat dia bermain sepulang sekolah). Gurunya kebetulan mau mantu.  Lima ekor ayam jago yang besar pun berpindah tangan.
Kalau dulu kebanyakan jago, sekarang hanya ada 1 ekor ayam jantan. Ada sekitar sepuluh ekor ayam betina. Memiliki ayam betina dalam jumlah banyak ada suka dan dukanya. Sukanya telur yang dihasilkan banyak. Susahnya kalau anak-anak ayam menetas banyak bersamaan dengan banyak induk.
Induk-induk ayam ini akan menyerang anak ayam yang bukan asuhannya. Kalau anak ayam dalam jumlah banyak, induknya juga banyak, kalau hanya diumbar tidak dipisahkan dalam kandang-kandang kecil, anak ayam tersebut akan mati satu persatu.
Sekarang saya mengambil anak-anak ayam, lalu saya pisahkan dari induknya. Tiap induk hanya ada seekor anak ayam yang mengikutinya. Alhamdulillah, anak-anak ayam yang saya pisahkan dan saya masukkan dalam kandang berhasil hidup sampai besar dan siap potong ayam buat lauk.
 Inilah tabungan si kecil yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan gizi keluarga. Saya ingin kedua anak saya, Dhenok dan Thole, memiliki hewan ternak dan tanaman sayuran di rumah. Dulu saya mencoba menanam sayuran untuk merintis usahanya Dhenok di bidang pertanian. Dan untuk Thole bidangnya peternakan. Klop bukan?
Semoga bermanfaat!
Karanganyar, 5 Mei 2016